Rabu, 30 Mei 2012

Amal Terbaik Penguasa Zalim

on Sunday, May 30, 2010 at 2:30pm ·
(tulisan ini disebarluaskan harian Vokal)

TERBETIKLAH sebuah kisah, seorang raja yang zalim berkenan memanggil seorang darwis ke istananya untuk memberi nasihat. Ketika sufi itu tiba, Raja Zalim berkata, "Berikan aku nasihat. Amal apa yang paling utama untuk aku lakukan sebagai bekalku ke akhirat nanti?"
Sang darwis menjawab, "Amal terbaik untuk baginda adalah tidur." Raja itu keheranan, "Mengapa?" "Karena ketika tidur," jawab sufi itu, "baginda berhenti menzalimi rakyat. Ketika baginda tidur, rakyat dapat beristirahat dari kezaliman."
Manakala direlevansikan dengan berita “Pemkab Kampar Cuekin Korban Hapatitis” bisa jadi ada harapan untuk bermimpi. Kabupaten yang dipimpin Burhanuddin Husin melakukan hal yang sama. Suatu hari, terbersit pula dalam hati sang penguasa itu untuk memanggil sang penasihat spiitiual. Untung-untung penasihat tersebut berpihak pada kebenaran. Alamat hampir samalah wejangan yang akan disampaikan.
Rindu juga warga di sana akan kepemimpinan yang peduli dan empati. Memposisikan diri sebagai rakyat yang menderita penyakit. Mereka mungkin teringat kisah raja yang baik, cerdas, dan bijaksana. Seperti di zaman dahulu, ada seorang raja yang sangat adil dan penuh perhatian terhadap rakyat. Rakyat pun hidup sejahtera, tidak heran rakyat pun menyayangi.
Sang raja memiliki seorang putra dan seorang putri. Kedua anaknya hidupnya di ambang dengan kesenangan. Pada suatu hari, raja merayakan ulang tahun. dan saat pesta dimulai banyak rakyat yang memberikan hadiah. Di antaranya, ada serang petani yang memberikan hadiah berupa buah apel sebanyak satu ranjang. Raja pun mengucapkan terima kasih.
Tibalah masanya raja mencicipi buah apel. Ternyata rasanya sangat manis dan enak. Kedua anaknya juga merasakan hal yang sama. Akibatnya raja dan anaknya ketagihan. Beberpa bulan setelah itu, malang bagi raja.Ia jatuh sakit. Lalu dipanggillah seorang tabib dari negeri sebrang. ternyata penyakit sang raja semakin parah. Tatkala diobati tabib yang ketiga, raja berwasiat kepada anak lelakinya supaya kelak jadi raja, jadilah pemimpin yang adil dan penuh perhatian kepada rakyat kecil. Mendengar perkataan dari ayahnya, pangeran menangis dipelukan sang ayah. Ketika itulah, raja menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Pemerintahan itu diambil alih sang pangeran. Kerajaan menjadi pemerintah yang penuh dengan kekacauan. karena sang pangeran memimpinnya dengan cara yang zalim sehingga rakyat tidak hidup sejahtera lagi. Pangeran sudah mulai lupa dengan wasiat orang tuanya. Adik ceweknya meninggal dengan cara bunuh diri karena tidak tahan melihat tingkah laku kakaknya.
Suatu ketika pangeran ingat dengan buah apel yang manis. Karena ingin memakan buah apel, raja menyuruh prajuritnya mencari si pemilik. Tak lama berselang, orang yang memiliki apel manis itu sudah ditemukan. Pangeran pun meminta agar si pemilik perkebunan apel enyah dari mukanya. Sebelum pergi, pangeran memetik satu buah apel yang sudah matang. Alangkah kagetnya sang pangeran setelah memakannya, ternyata buah apel itu berubah menjadi pahit.
Pangeran keheranan, dan bertanya kepada si pemilik kebun apel itu:
“Kenapa buah apel ini berubah menjadi buah yang pahit?” Lalu si pemilik menjawab dengan perasaan takut; “Buah ini berubah menjadi pahit karena negeri ini telah dipimpin orang yang zalim seperti pangeran”. Mendengar jawaban itu, raja menyuruh agar prajurit membunuh rakyat itu.
Fulan! Semoga durian Kampar yang tersohor itu tak berubah pula rasanya. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar