Rabu, 30 Mei 2012

Dendam Tikus di Negeri Suluk

on Sunday, May 16, 2010 at 6:01pm ·
(tulisan ini disebarluaskan harian vokal dan riauhariini.com)

Karena dendam, nyawa seorang ibu rumah tangga melayang di Desa Kepenuhan Barat, Kabupaten Rohul. Seorang lelaki di sana tak terima karena dilaporkan mencuri barang senilai Rp 15 juta. Alamat ia diseret ke ranah hukum. Hatinya marah dan bengis.
Sakit hati membuncah, lantas diupah dua pemuda dari Jambi menghabisi nyawa si ibu tersebut. Tahukah Tuan dan Puan, nilai upahnya? Hanya Rp 10 juta. Dengan nilai uang sebegitu, sejumlah parang bersarang di tubuh perempuan malang itu. Luka tusukan di perut dan bacokan di kepala. Sadis nian!
Sebuah dendam bersumber dari hati. Orang-orang yang mengizinkan segumpal daging di dadanya menjadi sumber kebencian, suka balas dendam. Layaknya seekor tikus yang tersohor sebagai hewan pendendam.
Manakala Anda menangkap tikus, jangan lepaskan. Jika iya, alamat barang-barang tertentu seperti kabel mesin cuci, kabel listrik dan sebagainya dikeratnya habis-habisan. Kena pukul sedikit saja, ia akan membalas dengan kerusakan. Malah segerombolan akan ambil bagian.
Referensi soal tikus sangat menggagumkan. Dalam tatanan budaya Orang Cina, shio tikus termasuk kategori shio tercerdas dari 12 shio yang ada. Tikus yang tampaknya kecil dan lemah dan sadar sekali akan kekurangan dirinya. Ketika semua binatang dipanggil menghadap dewa, ia mengelabui kerbau dengan naik ke atas punggung kerbau, menjelang garis finis, si tikus locat dari atas punggung kerbau dan nyampai ke garis finish duluan.
Kaum tikus yang sangat logis dalam berpikir adalah kaum yang sangat setia pada pasangannya dan sangat penyayang. Tikus memang cenderung pelit terhadap orang lain, tapi tidak pada anggota keluarganya. Mereka sangat royal dalam mebahagiakan anggota keluarga atau orang yang dikasihinya. Kaum tikus sangat jujur, blak-blakan dan paling benci jika dikhianati dan bersedia melakukan apa saja untuk mewujudkan dendamnya.
Kaum tikus senang bersosialisasi, ngobrol ngalor ngidul, bergosip dan jadi pusat perhatian. Mereka senang dengan berpenampilan bagus dan senang sekali jika dipuji. Tikus punya energi yang luar biasa dalam hidupnya dan organisatoris yang sangat andal. Namun itulah tikus. Dendam membuatnya jadi terkenal. Hatinya tak mampu memikul rasa dipersalahkan. Ia merasa benar sendiri.
Syahdan, ada sebuah kisah yang nilainya bertolak belakang kisah di atas. Tersebutlah Alfred, seorang Raja Inggris yang terkenal di abad ke-9. Zaman pemerintahannya bukanlah zaman yang selalu menyenangkan. Suatu masa, tentara Raja Alfred tercerai berai oleh tentara Denmark yang ganas. Setiap orang harus menyelamatkan diri sendiri. Alfred sendiri lari menyelamatkan diri melalui hutan dan rawa. Hingga ia tiba di dangau milik seorang penebang kayu. Lelah dan lapar, maka ia mohon kepada istri penebang kayu untuk diberi makanan dan tempat untuk tidur.
“Masuklah,” katanya dengan iba. “Aku akan memberimu makan malam kalau kamu mau menjaga kue yang sedang aku panggang. Aku mau keluar untuk memerah susu sapi. Perhatikan dengan baik, dan jaga jangan sampai hangus sementara aku pergi.”
Alfred mengucapkan terima kasih dengan sopan dan duduk di dekat perapian. Akan tetapi ia tidak berkonsentrasi pada kue. Ia sibuk berpikir tentang tentaranya, strategi untuk mengusir musuh dan kerajaan, sehingga ia tidak tahu bahwa kue sudah hangus.
Ketika wanita itu kembali, semua kue sudah hangus dan gubug itu penuh asap. Penebang kayu bertanya kepada istrinya tentang apa yang terjadi. Istrinya menghardik Alfred dengan marah, “Kamu memang orang malas tidak berguna. Kamu mau makan tetapi tidak mau berusaha untuk mendapat makan! Nah sekarang kita semua tidak punya makan malam.” Alfred hanya menunduk malu. Ketika sang penebang kayu mengenali bahwa Alfred adalah Raja, ia menegur istrinya, “Apakah kau tidak tahu siapa yang kau maki? Dia itu raja kita, pemimpin agung kita.”
Wanita itu mohon ampun dan tersungkur di kaki Alfred. Tetapi Raja Alfred yang arif itu berkata. “Anda benar telah memaki saya. Saya berjanji akan menjaga kue itu tetapi saya membiarkannya hangus. Saya patut menerima hardikan Anda. Setiap orang yang menerima tugas, apakah kecil atau besar, harus melakukannya dengan baik. Saya telah gagal kali ini, tapi itu takkan terjadi lagi. Tugas saya sebagai raja telah menunggu saya.” ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar