Rabu, 30 Mei 2012

Ini Penyesalan Tiada Tepi Tuan!

on Wednesday, August 11, 2010 at 4:03pm ·
(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN VOKAL 12 AGUSTUS 201O)

Tibalah masa anak-anak yatim dan telantar dikasihani. Diberi uang, pakaiandan lain sebagainya.Terasa benar Ramadan sebagai bulan rahmat dan berkah.Pejabat dan kalangan elitis lainnya berbondong-bondong menjenguk danmengumpulkan anak-anak malangtersebut.
Apakah betul para penyumbang dan pemberi perhatian itu sayang sama anakyatim? Apakah benar anak yatim mendapat tempat di hati mereka? Entahlah! Tapinyatanya sering tampak dermawan seperti basa-basi sosial saja dengan kebaikanyang dibuat. Cari nama atas nama suruhan agama. Niat hati lain, tampilan wajahberbeda. Menyantuni sebagai kamuflase belaka.
Sayang pada anak yatim, tentu tak sama dengan sayang pada anak sendiri.Sayang kepada darah daging saja kadangkala banyak sumbangnya. Katanya sayang,tapi perlakuanya benci. Lantas bagaimana pula dengan dermawan itu sendiri? Hehe he....biarkanlah Tuan!
Tapi pernahkah Tuan mendengar kisah seorang ayah dan ibu yang nelangsahatinya sepanjang waktu? Semuanya bermula dari kasih sayang. Begini ceritanya;ada sepasang suami isteri di kotabesar dan meninggalkan anak pada pembantu rumah sewaktu mereka bekerja. Anaktunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Sendiriania di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur.Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupunmemetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.
Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempatmobil ayahnya diparkirkan, tetapi karena lantainya terbuat dari marmer makacoretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya... karenamobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak inipun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.
Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena ingin menghindarimacet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih kesebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri,lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian ituberlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.
Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yangbaru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapakyang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, "Kerjaan siapa ini!!!"Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari keluar. Dia jugaberistighfar. Mukanya merah padam ketakutan lebih-lebih melihat wajah bengis Tuannya.Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ' Sayatidak tahu..tuan." "Kamu di rumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?"hardik si isteri lagi.
Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar darikamarnya. Dengan penuh manja dia berkata "Dita yg membuat gambar itu ayahhh..cantik ...kan!"katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa.. Si ayah yangsudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depanrumahnya, terus dipukulkannya berkali-kali ke telapak tangan anaknya. Si anakyang tak mengerti apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puasmemukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.
Sedangkan si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puasdengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harusberbuat apa. Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian gantitangan kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembanturumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.
Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecilluka-luka dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambilmenyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jeritmenahan pedih saat luka-lukanya itu terkena air. Lalu si pembantu rumahmenidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersamapembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembanturumah mengadu ke majikannya. "Oleskan obat saja!" jawab bapak si anak.
Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskanwaktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tigahari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu jugabegitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. "Dita demam,Bu"...jawab pembantunya ringkas. "Kasih minum panadol saja," jawab si ibu.Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihatanaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamarpembantunya. Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan Tuannya bahwasuhu badan Dita terlalu panas. "Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00sudah siap" kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawake klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannyasudah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak danibu anak itu. "Tidak ada pilihan.." kata dokter tersebut yang mengusulkan agarkedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksiakut. "Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannyaharus dipotong dari siku ke bawah" kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikanterkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar,tapi apa yg dapat dikatakan lagi.
Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mataisterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dariruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangiskesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih.Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkandahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anakbersuara dalam linangan air mata. "Ayah.. ibu... Dita tidak akan melakukannyalagi.... Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi... Dita sayangayah.. sayang ibu," katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasasedihnya. "Dita juga sayang Mbok Narti.." katanya memandang wajah pembanturumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.
"Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak akanmengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti?... Bagaimana Dita maubermain nanti?... Dita janji tidak akan mencoret-coret mobil lagi," katanyaberulang-ulang. Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya.Meraung-raung dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusiadapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itumeneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapatangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf.
Tahun demi tahun kedua orang tua tersebut menahan kepedihan dan kehancuranbatin sampai suatu saat sang Ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafatdiiringi tangis penyesalannya yang tak bertepi, Namun... si anak dengan segala keterbatasandan kekurangannya tersebut tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalumerindukan ayahnya.
Kata orang, terkadang manusia lebih sayang pada mangga yang jatuh ketimbanganaknya sendiri. Tatkala mangga jatuh, mereka cium dengan segala kertarikan.Akan tetapi ketika anak jatuh dari tangga, mereka memarahinya. Sungguh dramakasih sayang yang ganjil dan aneh Tuan! **

Tidak ada komentar:

Posting Komentar