Rabu, 30 Mei 2012

Kasih Ibu di Tepi Zaman

on Wednesday, April 21, 2010 at 8:07pm ·
(tulisan ini disebarluaskan harian vokal dan riauhariini.com)

Mungkin tak mutlak lagi berlaku peribahasa; kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepenggalan. Tuan dan Puan barangkali sering mendengar begitu banyak anak dibuang ibu kandungnya, anak kandung yang dicekik ketika baru saja menghirup udara sekeluar dari rahim dan ada pula ditinggalkan begitu saja.
Zaman sudah berada di tepi. Perangai seorang ibu pun jamak jahatnya. Kasih seorang perempuan yang melahirkan pun lekang oleh waktu. Rasa sayang luntur karena perkara yang mendera.
Namun lain yang terjadi di Kameroon, Afrika. Atas nama kasih sayang, seorang ibu menyetrika payudara anaknya. Maksud hati hanya satu, yaitu melindungi anak dari pemerkosaan dan penyakit lainnya.
Walaupun tidak umumkan ke publik, tetapi banyak sekali kejadian payudara-payudara remaja wanita di Afrika disetrika. Payudara mereka disetrika setiap malam atau bahkan dua kali sehari dengan spatula (centongan), palu, batu, dan sejenisnya yang telah dipanaskan diatas arang, sampai payudara nya hilang dan menjadi datar, demikian dilansir dari Washington post.
Beberapa remaja wanita tersebut mengenakan pengikat agar payudara mereka tidak tumbuh karena kompresan dari pengikat tersebut di daerah payudara mereka. Yang lebih mengerikan lagi, payudar-payudara mereka itu disetrika oleh ibu kandung mereka sendiri. Alasan ibu-ibu itu menyetrika payudara anakanya adalah agar anak-anaknya tidak menarik perhatian para laki-laki sehingga mereka akan terhindar dari pemerkosaan dan hamil di usia remaja. Bahkan menurut Caroline Nkeih, seorang ibu yang tega menyetrika payudara anakanya, hal itu dilakukan karena kasih sayang nya terhadapa anak nya. Ibu itu mempunyai dua famili yang anak ceweknya hamil di usia 12, oleh sebab itu, ibu itu memutuskan untuk menyetrika payudara anaknya, Endam, pada saat dia berusia 10 tahun.
Praktek penyetrikaan payudara ini biasanya adalah rahasia antara remaja tersebut dengan ibunya, bahkan para bapak banyak yang tidak mengetahuinya. Anak remaja itu sendiri percaya terhadap ibunya sehingga mereka menutup mulut atas kejadian tersebut. Seperti yang dicupakan oleh josaine Matia, umur 11 tahun: "Setiap malam mama saya memerika payudara saya dan memijat (menyetrika) payudara saya kadang dengan centongan. Kalau payudara tersebut tumbuh lagi beberapa saat setelah penyetrikaan, ibu-ibu itu akan kembali menyetrika anak-anaknya. Walaupun saya menangis keras karena kesakitan, tetapi mama saya menasihati saya seperti ini: "Endure, anak saya, kamu masih muda, oleh sebab itu tidak ada gunanya mempunyai payudara di usia dini ini."Anak-anak ini sering ditakut-takutin dengan permasalahan-permasalahan seputar payudara sehingga mereka takut untuk mempunyai payudara. Mereka ditakutin terhadap kanker payudara, infeksi payudara, kerusakan tisu, dan sebagainya. Dari survei yang mereka lakukan, sekitar 4 juta remaja wanit sudah disetrika payudaranya di usia dini.
Beginilah kasih sayang seorang ibu di tepi zaman. Menggeliat seiring tuntutan waktu, lantas menjelma menjadi sebuah kejahatan. Lantas siapa yang salah? Kalau pembuangan, pembiaran, dan penelantaran anak didasarkan, menurut ibut ‘jahat’ itu atas motivasi kasih sayang sendiri? ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar