Rabu, 30 Mei 2012

Para Pemangsa Kesucian Cucu Adam

on Monday, April 26, 2010 at 7:09pm ·
(tulisan ini disebarluaskan harian vokal dan riauhariini.com)

Tidak ayah kandung, tidak ayah tiri dan tidak pula ayah angkat, kerjanya menodai kehormatan anaknya. Mereka memangsa kesucian cucu Adam. Sayang seribu kali sayang, yang direnggut harga dirinya itu adalah keluarga terdekat mereka. Para bedebah itu memadamkan api masa depan orang yang semestinya mereka jaga.
Nafsu kawinnya besar. Barangkali sebanding dengan seekor kelinci jantan. Satu ekor mampu membuahi 10 betina dalam rentang waktu bersamaan. Dahsyat benar petualangan saluran kalenjer testosteronnya. Sekiranya sudah begitu, alamat hati-hatilah. Jiwa rutiangnya akan menelan korban orang-orang terdekat.
Bicara lelaki rutiang, makin mengentalkan ingatan akan kelinci. Baik yang jantan maupun betina. Sang jantan memiliki daya kawin yang kuat. Pejantan manakala sudah dewasa betul, mampu melayani 10 betina.
Kelinci jantan berumur di atas empat bulan sudah minta kawin. Bilamana tidak dipisahkan, betina yang ada dalam satu kandang akan tersiksa karena dikejar-kejar terus oleh pejantan yang selalu ingin kawin. Bisa-bisa si betina akan stress dan akhirnya bisa mati.
Bila dalam satu kandang ada dua jantan, galibnya mereka akan berkelahi habis-habisan untuk menunjukkan siapa yang paling hebat dan berkuasa. Lantaran itu, sebaiknya dipisah agar salah satu tidak terluka atau bahkan mati karena sering berkelahi.
Begitu pula dengan seekor kelinci betina. Dalam setahun, dapat beranak sampai empat kali. Pada umur 4-5 bulan, sudah siap kawin dengan masa mengandung sekitar 31 hari. Mengasuh atau menyusui diperlukan waktu sekitar 8 minggu. Cepat lambatnya mengawinkan induk kelinci akan mempengaruhi hasil produksi.
Tercenggangnya, banyak induk kelinci memakan anak-anaknya saat melahirkan. Hewan betelingga panjang ini menjadi kanibal. Tabiat tersebut, menurut Evi Nirmala, pemelihara kelinci, bukan hal yang klasik, bahkan sangat tergolong banyak, terutama pada pemelihara pemula dan mereka yang memelihara di kota-kota besar. Apakah lazim ibu kelinci memakan anaknya sendiri? Bukankah kelinci itu pemakan tumbuhan dan tidak masuk golongan hewan pemangsa?
Ini tidak wajar dan di alam bebas kanibal hampir dikatakan tidak pernah terjadi. Tetapi dalam situasi terpaksa hal itu sangat mungkin. Dari berbagai literatur, penyebab utamanya hanya dua, yakni soal pakan yang buruk dan situasi stres berkepanjangan, atau bisa juga disebabkan oleh kombinasi antara buruknya pakan dengan stres.
Sekalipun kelinci tidak memiliki tabiat memakan daging, tetapi manakala pakan tidak menjamin kehidupan dirinya (terutama saat hamil), maka ketika stres, tepatnya saat melahirkan di mana induk banyak kehilangan energi ia terdorong untuk menyelamatkan anak-anaknya dari ketidakmampuannya “melayani “ kehidupan anaknya. Menelan adalah satu-satunya cara yang bisa ia lakukan karena kelinci terpenjara. Dengan menelan, selain bertujuan menolong (sekalipun caranya salah), induk juga berpikir dirinya tidak kehilangan kesehatan akibat melahirkan.
Ternyata, memakan anak juga tidak menyelesaikan masalah. Kelinci yang berharap tidak terbebani oleh adanya anak-anak karena air susunya yang minim pada akhirnya tetap stres. Setelah makan anak-anaknya, ia tetap tidak merasa lebih bugar. Bahkan pada sebagian besar induk yang tertimpa kanibal, lalu trauma untuk tidak hamil. Itulah mengapa induk kanibal sering sulit kawin karena trauma kelak akan hamil dan menderita.
Itulah kelinci! Itulah lelaki rutiang. Sama-sama memiliki daya kawin yang kuat. Memangsa yang bisa dimangsa. Menodai siapa saja yang bisa disentuh. Upzz…tapi jangan lupa, bahwa pasangan yang belum memiliki keturunan, makanlah daging kelinci. Konon ceritanya akan mempercepat mendapatkan buah hati. He he he tentulah iya, daya kawinnya berpindah. Namun jangan pula banyak-banyak memakannya, bisa-bisa Anda jadi kelinci jantan. Kerjanya doyan kawin. Entahlah Bujang! ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar