Rabu, 30 Mei 2012

Pinjam Lidah Anjing Tuan

on Wednesday, May 5, 2010 at 6:55pm ·
(tulisan ini disebarluaskan harian vokal dan riauhariini.com)

Dua benda berbentuk kepala terbang di Indragiri Hilir mengejutkan warga. Pikiran sontak tertuju pada palasik. Manusia yang memiliki ilmu hitam tingkat tinggi dan sangat ditakuti oleh ibu-ibu di Minangkabau. Dia menghisap darah dan memakan bayi umur tiga tahun ke bawah.
Konon katanya, pelesit bekerja dengan melepaskan kepala. Ada yang badannya yang berjalan mencari makan dan ada pula yang kepalanya yang melayang-layang mencari mangsa. Cara kerjanya palasik juga tergantung pada jenisnya. Ada palasik bangkai yang memakan daging dan tulang bayi yang sudah dikubur.
Sementara palasik kudung memakan bayi dalam kandungan sehingga bayi tersebut lahir tanpa ubun-ubun atau mati dalam kandungan. Selain itu, ia juga memakan bayi yang masih rapuh sehingga sering sakit-sakitan dan akhirnya meninggal.
Berdasarkan sahibul hikayat, di zaman dulu bila di suatu nagari atau kampung ada seseorang mendadak kaya raya, tak pelak lagi pecah berita mengatakan bahwa orang itu kayanya karena palasik. Barangkali saja orang itu mendapat harta karun, tetap saja tidak dipercaya. Orang banyak yakin dan mengatakan, palasiklah yang menjadikannya kaya raya. Beroleh harta warisan tidak mungkin, karena warisan di Minangkabau milik bersama.
Demikian juga seorang bocah berusia di bawah tiga tahun jatuh sakit. Bila jangatnya terlihat mengeriput, badannya kian hari bertambah kurus, suhu badannya meninggi,
matanya senantiasa bercirit, kalau menangis seperti berhiba-hiba, tak
salah lagi palasiklah yang menjadi biang keladinya.
Manakala palasik bertemu dengan seorang anak walau digendong ibunya sekalipun, alamat akan digoda. Usai itu ditatapnya dengan mata batinnya. Sehari atau dua hari kemudian sakitlah anak itu. Ia demam berkepanjangan, suhu badannya meninggi, badannya menjadi kurus, kulitnya mengeriput, matanya selalu bercirit, bila menangis seperti berhiba-hiba. Bilamana tidak segera kepintasan obat, dipastikan anak itu akan meninggal dunia.

Sekiranya anak tersebut meninggal, kuburnya harus dijaga oleh karibnya teristimewa di malam hari. Bilamana tidak, jenazah yang sudah dipendam dalam tanah itu akan dicuri oleh palasik.
Di kalangan masyarakat Banjar, palasik disebut kuyang. Makhluk yang hidup di dua alam, di alam hantu dan di alam manusia. Siang seperti manusia pada umumnya dan malam berubah menjadi hantu yang menakutkan. Konon katanya kuyang sekarang sedang dicari-cari dan diburu karena kemampuannya untuk mendatangkan uang secara melimpah, entahlah!
Kuyang adalah manusia hantu yang suka mengisap darah bekas seorang ibu melahirkan atau pula darah bayi yang baru dilahirkannya. Kuyang biasanya terbang dengan kepala dan isi perutnya pada malam hari untuk mencari mangsanya dan untuk mengelabui mangsanya, sewaktu-waktu ia bisa berubah menjadi seekor burung malam atau kucing. Kuyang juga memiliki dua gigi taring di kiri dan kanan mulutnya.
Orang Banjar meyakini bahwa kuyang adalah makhluk jadian yang takut dengan bawang merah, terlebih-lebih dengan bawang merah tunggal. Sedangkan jika vampir atau drakula takut dengan bawang putih. Kuyang takut dengan cermin, sisir, pisau, rumput jariangau, dan Yaasin. Itulah sebabnya, menjadi tradisi dalam masyarakat Banjar untuk meletakkan benda-benda tersebut didekat seorang perempuan yang baru melahirkan dan atau bayi yang baru dilahirkannya, agar terhindar dari gangguan kuyang. Bahkan, ketika bayi yang mereka lahirkan tersebut memasuki masa diayun atau dipukung, biasanya ditali ayunan juga diikatkan Yaasin.
Boleh jadi pula, tali ijuk pada waktu dulu, tali ijuk umum digunakan oleh orang Banjar sebagai tali ayunan yang dipakai sebagai tali ayunan, kain kuning, atau pun bayi yang dipukung (dibedong, sehingga menutup bagian leher dan hanya kelihatan bagian wajah-kepala) dimaksudkan untuk mencegah dan menghindari gangguan kuyang atau makhluk-makhluk halus. Konon kuyang dan makhluk-makhluk halus pengganggu juga takut dengan tali ijuk. Karenanya, tali ijuk terkadang juga dijadikan sebagai dinding atau penghalat rumah, yakni dengan mengikatkan tali ijuk tersebut di sekeliling bagian atas (plafon) rumah.
Ilmu palasik dipercayai sifatnya turun-temurun. Apabila orangtuanya adalah seorang palasik maka anaknya pun akan jadi palasik. Tersebutlah sebuah kisah, tatkala seorang palasik mau meninggal. Keadaanya begitu tersiksa. Menjerit-jerit tiap sebentar, namun yang namanya nyawa belum jua melayang. Sudah dibuka pula atap rumah, ia belum juga pergi. Akhirnya ada yang tahu, ilmu itu harus diturunkan dulu, dengan cara menjilat ke lidah yang empunya.
Karena zaman sudah modern, anak-anak manusia palasik sudah tersentuh ilmu pengetahuan, akhirnya tak seorang pun yang mau. Kata mereka, selain dibilang syirik, juga tak masuk akal. Si palasik makin menderita, lalu disarankan, mencari seekor anjing hitam. Lidah anjing itu yang dipinjam untuk mewarisi. Sehabis itu, manusia palasik meninggal. Hmm…si Bujang Hitam! ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar