Rabu, 30 Mei 2012

Proyek di Hati Sang Pemimpi

on Tuesday, February 23, 2010 at 8:07pm ·
(tulisan ini disebarluaskan Harian Vokal dan riauhariini.com)

Mantan Ketua DPRD Provinsi Riau, H Chaidir sepertinya agak berang sama Gubernur Riau Rusli Zainal. Kebijakan Rusli Zainal dinilai tidak fokus, mengambang dan terkesan muluk-muluk. Pada tataran tertentu kentara sekali sebagai bermental proyek akal-akalan.
Rencana membangun industri hilir kelapa sawit di Dumai dinilai hanya mengalihkan isu dari kegagalan atas kebijakannya terdahulu, yakni program K2i (Kemiskinan, Kebodohan, dan Infrastruktur). Industri hilir itu hanya akal-akalan saja. Buatlah kebijakan yang realistis dan bermanfaat.
Apakah Rusli Zainal itu seorang pemimpi? Membangun daerah dengan mimpi belaka. Mimpi belum usai, lalu tidur lagi. Berharap ada kelanjutan. Tatkala terbangun dari satu tidur, rupanya bunga tidur tidak bersambung. Lantas mimpi pertama dilupakan begitu saja. Cerita beralih pada mimpi berikutnya. Begitu seterusnya.
Melirik karakter Rusli Zainal, pikiran melayang pada sebuah cerita. Lebai Malang judulnya. Pak Lebai adalah seorang guru agama yang tinggal di tepian sebuah sungai di daerah Sumatra Barat. Suatu hari, ia mendapat undangan pesta dari dua orang yang sama-sama kaya. Pak Lebai bingung, yang mana yang hendak didatanginya karena pesta itu berlangsung di waktu yang sama, di tempat berjauhan.
Jika ia datang ke undangan yang pertama, yakni di hulu sungai, tuan rumah akan memberinya dua ekor kepala kerbau. Namun, masakan di sanan konon tidak enak. Lagipula, ia tak terlalu kenal dengan tuan rumah. Jika datang ke undangan kedua, ia akan menerima satu saja kepala kerbau. Namun masakannya enak. Di sana ia juga akan mendapatkan tambahan kue-kue. Lagipula, ia kenal baik dengan tuan rumah.
Pak Lebai mulai mengayuh perahunya. Namun, ia masih belum juga bisa membuat keputusan, undangan mana yang dipilihnya. Dengan ragu ia mulai mengayuh perahunya menuju hulu sungai. Di tengah perjalanan, ia mengubah rencananya, lalu berbalik menuju hilir sungai. Ketika hilir sungai sudah makin dekat, beberapa tamu terlihat sedang mengayuh perahu menuju arah yang berlawanan. Mereka memberitahukan pada Pak Lebai. “Kerbau yang disembelih di hilir sangat kurus, Pak Lebai!”
Pak Lebai kemudian berbalik lagi ke hulu, mengikuti orang-orang itu. Sesampai di hulu, ah…. pesta ternyata sudah usai. Para tamu sudah tak ada. Makanan sudah habis. Pak Lebai lalu segera mengayuh perahunya lagi menuju hilir. Di sana pun sama, pesta juga baru saja usai. Sudah sepi, tak ada satu pun undangan yang terlihat. Pak Lebai pun lemas, juga karena kelelahan mendayung ke hulu dan hilir.
Tentu saja Rusli Zainal tidak sama dengan Lebai Malang. Semalang-malang nasib seorang kepala daerah, tentu ada yang ia terima. Lain halnya dengan Lebai, ia betul-betul tak beruntung. Malangnya Rusli Zainal, ia hanya menorehkan mimpi. Layaknya sebuah mimpi, hanya ada di alam tak nyata. Rakyat pun dibual dengan mimpi itu. **

Tidak ada komentar:

Posting Komentar