Rabu, 30 Mei 2012

Hati-hati Men-judge Orang Tuan!

on Tuesday, August 31, 2010 at 12:47pm ·
(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN VOKAL, 1 SEPTEMBER 2010)

Deruk deram Kepala Imigrasi Bandara SSK II, M Wahidin kena caci. Perbuatannya telah membuat dia dihina. Kalanngan pimpinan di Imigrasi tidak menyangka kalau sosokk petugas yang tampilan luarnya baik, jadi pencandu sabu-sabu. Aibnya lagi, ditangkap di ruang kerja saat jam dinas.
Semua petinggi instansi tersebut geram. Mereka marah besar dengan perbuatan Wahidin. Manakala disimak, bahasa petinggi itu seperti bahasa orang suci. Orang tak pernah berdosa atau tercebur perbuatan terlarang. Hmm…hanya Tuhan yang tahu Fulan.
Manakala diinap-menungkan, pikiran teringat dengan peristiwa Nabi Isa. Sebagai utusan langit, beliau diminta untuk memutuskan hukuman pada seorang perempuan yang berzina. Begini ceritanya; Pagi-pagi benar sang Nabi berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada beliau. Ia duduk dan mengajar mereka. Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada beliau seorang perempuan yang kedapatan berbuat zina. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Isa; “Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zina. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?” Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai beliau, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan Isa. Tetapi Isa membungkuk lalu menulis dengan jari beliau di tanah. Ketika mereka terus-menerus bertanya kepada beliau, beliau pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Isa seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. Lalu Isa bangkit berdiri dan berkata kepadanya: “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?” “Tidak ada, Tuan.” Lalu kata Isa: “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”
Di negeri ini, banyak maling teraik maling. Pendosa menghakimi pendosa. Manusia berperilaku jelek memutuskan nasib seseorang. Tatkala palu vonis di tangan, walau tidak dalam kapasitas jadi hakim, dirinya seperti sosok suci tanpa debu. Bicara bak malaikat.
Fulan oh Fulan!  Itulah trik bagi orang munafik menyembunyikan kelakuan buruknya. Menyimpan bangkai perbuatan dengan tampil sok alim. Tuan! Akan datang suatu masa, giliran tuan akan tiba. Jika tabir sudah dibuka, Tuan akan merasakan pula menjadi orang yang dihakimi secara opini.
Bukankah negeri ini  baunya seperti kampung pendosa Fulan! ***

Mahkota Moral Paling Beradab

on Monday, August 30, 2010 at 4:37pm ·
(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN VOKAL, 31 AGUSTUS 2010)

Sebegitu parahkah moral sebagian petugas Imigrasi di negara ini? Selain terlibat kasus narkoba, konon kabarnya mereka juga bermental korup. Mempermainkan segala kewenangan yang ada demi meraup uang sebanyak-banyaknya. Habis itu pesta pora. Menghisap ganja dan kegiatan hedonis lainnya.
Bagaimana negara ini akan maju, bila petugasnya saja sudah sedemikian keroposnya. Penegak hukum, tapi melanggar hukum. Fungsi pengawas, namun nyatanya pagar makan tanaman. Musang berbulu ayam. Pejabat bermental penjahat. Bagaimana tak akan kacau, tongkat bawa rebah.
Kisah pejabat dengan lingkaran birokrat bermental buruk sedang menggerogoti republik ini. Sejarah mencatat, sesungguhnya bukan di sini saja pejabat amoral bercokol, Perancis juga pernah didera. Namun di sana, ada pahlawan yang tersohor dengan sebutan mahkota moral paling beradab.
Namanya Anne Robert Jacques Turgot (10 Mei 1727-18 Maret 1781). Milton Viortz dalam The Great Documents of Western Civilization (1965) mengabarkan bahwa Menteri Keuangan Prancis itu sebagai pejabat publik yang terpuruk di sudut gelap. Turgot ditelikung kartel politik sekaligus persetubuhan kolusi antara elite istana dan bangsawan yang juga bermental buruk.
"Saya akan ditakuti, malah dibenci, oleh hampir seluruh istana dan semua pencari muka," kata Turgot pada Mei 1776, setelah disingkirkannya Raja Louis XVI. "Mereka akan menyalahkan saya atas semua pemboikotan; mereka akan melukiskan saya sebagai orang yang keras, kaku, karena saya akan terpaksa memberikan saran kepada Pa-liik.i agar Paduka tidak memperkaya mereka yang Padukasayangi sekalipun, karena akan berarti mengorbankan penghidupan rakyat Paduka," ujarnya.
Konon, Turgot menulis takdir dengan percikan anggur yang memabukkan. Akan tetapi, ia dicatat sejarah dengan tinta cinta abadi. Para pun ziarah sejarah menempatkan Turgot sebagai pejuang moral, baik sebagai pejabat publik, ekonom, negarawan, maupun Menteri Keuangan Prancis.
Ini Indonesia Bung! Kata seorang kawan; ya…Semua orang tahu mental pejabat di Indonesia. Ya semua orang tahu bahwa negara ini adalah ladang tikus dan bajingan berdasi dan berduit. Wahai Fulan! Ketika bangsa membutuhkan para pemimpin yang bersih, punya integritas, mumpuni dalam melakukan pekerjaannya sebagai abdi bangsa, mereka justru memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan pribadi. Hmmm….! ***

Tuanku Bermental Tikus pada Jiran

on Sunday, August 29, 2010 at 5:34pm ·
(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN VOKAL, 29 AGUSTUS 2010)

Dua remaja sedang adu lihai. Mereka berdebat soal unjuk rasa Benteng Demokrasi Rakyat (Bendera) yang membakar bendera dan melempar tinja ke Kedubes Malaysia. Yang satu pro dan satu lagi kontra.
“Ini keterlaluan bro,” kata satu remaja.
“Tindakan Bendera sudah sesuai dengan kadar emosi anak bangsa yang berada dibawah pemerintahan yang lembek dan tidak bernyali pada negera jiran,” katanya.
“Hmm…aku bukan mau membahas pemerintahan yang lembek, tetapi apakah etis berdemo dengan melempar kotoran,” katanya.
Remaja kedua diam sejenak. Sembari memandang dalam-dalam kawannya tersebut. Lantas dia bicara perpaduan gelora sakit hati yang bermula dari sombongnya negara jiran dan tak berdaya pemerintah. Ini termaktub dalam dada warga. Mereknya nasionalisme.
Tak lama kemudian, dia mengatakan aksi Bendera itu sama dengan tindakan Luqman Hakim sebagaimana diceritakan kitab suci.
“Bagaimana benar kisah Lukman tersebut,” tanyanya.
“Ke sini kamu! Simak dengan baik dan benar,” katanya sambil memulai cerita.
Suatu hari Lukman masuk ke dalam pasar dengan menaiki seekor keledai, saat itu anaknya mengikuti dari belakang. Melihat tingkah laku Luqman itu, sebagian orang dipasar berkata, “Lihatlah orang tua yang tidak punya perasaan, anaknya dibiarkan berjalan kaki.”
Setelah mendengarkan celotehan dari orang ramai maka Luqman pun turun dari keledainya itu lalu dinaikkan anaknya di atas keledai itu. Melihat yang demikian, maka orang di pasar itu berkata pula ,”Lihatlah orang tuanya berjalan kaki sedangkan anaknya naik diatas keledai, sungguh kurang       beradab anak itu.”
Mendengar kata-kata itu, Luqman pun terus naik ke atas belakang keledai itu bersama-sama dengan anaknya. Kemudian orang-orang berkata lagi, “Lihatlah dua orang itu menaiki seekor keledai, sungguh menyiksa binatang.”
Karena tidak suka mendengar perkataan orang, maka Luqman dan anaknya turun dari keledai itu, kemudian terdengar lagi suara orang berkata, “Sungguh bodoh dua orang itu, sudah punya keledai tapi tidak dinaiki.”
Kemudian dalam perjalanan pulang ke rumah, Luqman Hakim menasihati anaknya tentang sikap manusia dan celoteh mereka, Katanya “Sesungguhnya tidak terlepas seseorang itu dari percakapan manusia. Maka orang yang berakal tiadalah dia mengambil pertimbangan selain hanya kepada Allah SWT saja. Barang siapa mengenal kebenaran, itulah yang menjadi pertimbangannya dalam tiap-tiap perkara.”
Kemudian Luqman Hakim berpesan pada anaknya, Katanya, “Wahai anakku, tuntutlah rezeki yang halal supaya kamu tidak menjadi fakir. Sesungguhnya tiadalah orang fakir itu melainkan tertimpa kepadanya tiga perkara, yaitu tipis keyakinannya (iman) tentang agamanya, lemah akalnya (mudah tertipu dan diperdayai orang) dan hilang kemuliaan hatinya (kepribadiannya), dan lebih celaka lagi daripada tiga perkara itu ialah orang-orang yang suka merendah-rendahkan dan menyepelekannya.”
Termenung dibuatnya remaja pertama! Itulah Bangsa Indonesia dengan kepapaan penduduknya. Itulah warga negera Indonesia yang terbakar emosinya. Kalau tak ada Bendera yang beraksi, barang kali ceritanya lain lagi. Mungkin orang mengatakan, negara ini tanpa pemuda berjiwa nasionalis. Soal etika, serahkan kepada mereka Tuan! Karena Tuan sendiri, entah dimana saat negeri ini diolok-olok, dilecehkan, dihina, dan dipermainkan. Kalau pun ada, Tuan tak lebih dari lelaki bermental tikus. Takut dan main aman saja. Hmmm…Fulan! ***

Sumpah Pocong Orang, Sumpah Pula Kita

on Thursday, August 26, 2010 at 5:37pm ·
(TULISAN INI DISEBARLUASKN HARIN VOKAL, 27 AGUSTUS 2010)

Sumpah pocong orang sumpang pocong pula kita. Yang dipocong orang kita. Hmm…sedikit sedkit bersumpah. Tapi sumpahnya tak sedikit. Sumpah ini sumpah itu.  Beginilah orang kalau sudah tersudutkan oleh suatu opini. Mati rasa dibuatnya. Kalau kabut ke sana ke sini dibuatnya.
Anggota DPRD Kota Pekanbaru, Yose Saputra juga begitu. Demi membela diri, Yose tak segan-segan melakukan sumpah yang diucapkan ketika tubuh dibungkus seperti jenazah. Rela dirinya ditidurkan dan dibungkus dengan kain kafan serta diletakkan sebagaimana posisi orang mati dengan wajah yang tetap terbuka.
Apakah Yose benar-benar tidak melecehkan dua wartawan dengan pamer bokong? Apakah tekad bersumpah adalah indikator wakil rakyat itu tidak pernah meremehkan jurnalis? Atau publik yakin, wartawanlah yang terlalu sentimen? Sehingga mendramatisir keadaan sedemikian rupa! Entahlah Fulan!
Terlebih dari semua kebenaran masing-masing pihak, ada eloknyo mengetahui asal usul sumpah pocong. Berdasarkan sejumlah referensi, sumpah Pocong sendiri adalah satu tradisi masyarakat pendalungan dalam menyelesaikan konflik antar personal. Konflik yang biasanya didasari oleh prasangka dari salah satu pihak kepada pihak lain dengan suatu tuduhan.
Banyak kalangan pendapat dalam mencari awal mula munculnya ritual sumpah pocong. Namun demikian, sumpah pocong bisa disebabkan adanya santet, tenung, sihir, dan nujum. Kejadian ini bukan hanya zaman sekarang saja akan tetapi di zaman Nabi pun juga ada.
Tahun 1998 di Jember, Jawa Timur terjadi konflik personal sampai pada titik ekstrim. Pembantaian orang-orang yang dianggap sebagai dukun santet. Persengketaan dari kedua pihak yang akhirnya mengakibatkan main hakim sendiri, maka diadakanlah upacara Sumpah Pocong, dengan tujuan untuk meredam perselisihan tersebut. Landasan hukum negara tentang santet tidak dapat memecahkan suatu masalah dan meredamkan masalah karena revisi hukum apapun tidak dapat menyelesaikan kasus santet yang unik ini. Artinya pemecahan baru sampai tahap hubungan antara tukang santet dengan orang yang menyewanya sebagai suatu permufakatan jahat, belum benar-benar menyentuh inti persoalan santet, yaitu hubungan antara penyentet dengan orang yang disantet.
Karakteristik masyarakat Pendalungan sebagai pemeluk Islam pada dasarnya adalah masyarakat religius berbudaya santri yang meletakkan Kiai sebagai tokoh panutan. Kiai dianggap sebagai tokoh masyarakat yang dapat dijadikan penuntun hidup karena ilmu agamanya yang dianggap lebih tinggi. Kepercayaan masyarakat terhadap Kiai untuk menyelesaikan konflik juga terlihat dalam prosesi sumpah pocong.
Lantas apa pandangan Islam pada sumpah pocong? Adapun sumpah hukumnya wajib apabila memenuhi empat syarat yaitu; pertama sengaja bersumpah, sumpah tidak sah apabila diucapkan tanpa sengaja untuk bersumpah, hal itu dinamakan “laghwu yamin” (sumpah tanpa sengaja) seperti “tidak, demi Allah”,”tentu, demi Allah”. Kedua bersumpah atas sesuatu yang akan datang dan mungkin terjadi, yang disebut “Yamin Ghamus” (sumpah palsu yang termasuk dalam dosa besar) atau ia bersumpah atas sesuatu yang akan datang sedang ia menyangka dirinya benar namun ternyata sangkanya meleset. Ketiga bersumpah dengan kemauannya sendiri tanpa ada paksaan. Dan Terakhir melanggar sumpahnya yaitu dengan melakukan sesuatu,ia bersumpah untuk meninggalkannya
Dengan demikian, pelaksanaan sumpah pocong pada hakikatnya dapat diqiaskan dengan pemberatan sumpah melalui sistem yang telah ada, karena diantara keduanya terdapat persamaan illat yaitu sistem pengerasan tersebut sama-sama dimaksudkan untuk mendorong orang yang bersumpah agar lebih berhati-hati dan jujur dalam sumpahnya.
Fulan! Adakah engkau ingin bersumpah dengan perkataan yang benar? Ada itu hanya tipu dayamu untuk lari dari masalah. Waduh Fulan! Engkau tahu itu kan? **

Ketika Sepi Menyapa di Puncak Piramida

on Wednesday, August 25, 2010 at 5:08pm ·
(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN VOKAL, 26 AGUSTUS 2010)

KEPALA Satpol PP Kampar, A Muis barangkali sosok kesepian. Jika benar dia seorang yang suka main tampar, banyak anggotanya tak mau dekat. Berjarak dan menjauh. Tak mau komunikasi secara akrab. Karena salah-salah, bisa tamparan yang didapat. Pemimpin yang kesepian. Sunyi dalam tugas.
Menelisik tamparan yang diberikan ke anggotanya, ingatan melayang pada sebuah tulisan Gede Prama. Sang pemberi wejangan ini punya kisah. Dulu, ketika ada orang yang bercerita bahwa hampir semua pemimpin duduk kesepian di puncak piramida, saya agak kurang percaya. Pasalnya, secara kasat mata kelihatan, setiap pemimpin dikelilingi oleh banyak sekali pengikut. Di mana-mana muncul diikuti oleh banyak orang.
Sekian tahun setelah menjadi konsultan banyak pemimpin perusahaan, dan juga merasakan sendiri bagaimana kesepiannya saya di puncak piramida sebuah perusahaan swasta, terasa sekali kebenaran pernyataan di atas.
Ada banyak sekali hal yang hilang begitu duduk di atas. Tawa ria yang bebas, hubungan tanpa jarak, manusia-manusia tulus yang datang tanpa kepentingan, kebebasan dari politik perkantoran yang busuk, hidup dengan stress ringan, hanyalah sebagian kecil saja dari kemewahan hidup yang hilang.
Ketika hanya menjadi penasihat sejumlah pemimpin, ringan, enteng, dan jernih saja saya bisa menasehati mereka. Banyak klien yang bahkan mendekatkan anaknya ke saya, guna diberikan pencerahan berpikir ketika kesepian di atas. Namun, begitu duduk dan merasakan sendiri rasanya kesepian, baru terasa amat dalam substansi dari ide pemimpin yang kesepian di atas.
Ada kerinduan akan tawa yang bebas, tetapi saya tidak bisa melakukannya terlalu sering, sebab menyangkut the power of execution. Ada niat untuk lari dari politik perkantoran, tetapi tidak bisa ditinggalkan begitu saja, karena setiap pemimpin harus melakukan power games. Maunya memiliki stress yang ringan-ringan saja, namun di atas, hampir semua informasi hadir seperti teka-teki yang tidak saja mengasyikkan, tetapi juga membawa tekanan.
Ketika dunia pemimpin belum saya tahu langsung wajah aslinya, mimpi untuk sampai di sana sering hadir. Sekarang, ketika semua itu sudah menjadi keseharian, kadang saya rindu akan dunia orang biasa yang sederhana dan bersahaja. Ada kebahagiaan tersendiri ketika bercengkerama dengan tukang taman yang mengurus taman rumah, dengan satpam yang menjadi penjaga rumah, atau dengan pedagang skoteng yang kerap lewat di malam hari. Namun, bukankah daya radiasi hidup dan kehidupan pemimpin jauh lebih luas dari sekadar manusia biasa yang sederhana dan bersahaja?
Pertanyaan terakhir inilah yang memompa semangat saya, untuk tegar kesepian di atas. Lebih dari sekadar takut kesepian, pemimpin seyogyanya terbang seperti burung elang. Tinggi, sendirian, kesepian, namun memiliki helicopter”s view yang amat mengagumkan. Atau ibarat orang yang bangun di pagi hari sendirian, kemudian siap disebut aneh oleh semua orang ketika bertutur tentang apa yang terjadi di pagi hari.
Sebagaimana burung elang yang sebenarnya, ia memang tidak pernah terbang bersama-sama, dan juga penuh kebebasan. Ia senantiasa sendirian.
Setiap kali saya mengambil keputusan penting, selalu saya usahakan untuk membayangkan diri terbang tinggi, dan bebas dari segala ketakutan termasuk dipecat besok pagi. Untuk kemudian, berusaha sekuat tenaga mengangkat dan menarik bawahan ke atas. Persis seperti magnet, untuk menarik logam yang berat, diperlukan tenaga yang amat kuat.
Stres, marah, tegang, kehilangan kawan, bahkan kadang frustrasi adalah bagian dari tanda-tanda mulai terkuras habisnya tenaga untuk menarik orang-orang bawah. Apapun harganya, ia mesti dibayar oleh setiap orang yang berani memutuskan diri hidup menjadi pemimpin.
Hanya dengan cara terakhir, daya radiasi pemimpin menjadi luas, dalam dan panjang. Magnetnya akan menarik ke atas banyak orang. Standar kualitasnya diikuti.
Meminjam contoh cantik John Maxwell, pemimpin orkestra ketika bekerja harus membalik punggung di hadapan pengunjung. Ia membuat keputusan seorang diri – sekali lagi seorang diri. Ia tidak bisa hanyut dengan pengunjung, dan memperhatikan respons pengunjung terhadap cara dia memimpin. Bakti hidup dan perhatiannya tidak ditujukan untuk pengunjung, tetapi untuk bawahan-bawahan yang ia pimpin. Tepuk tangan penonton itu penting, tetapi bukan itu tujuannya. Tujuan utamanya, memimpin pemain orkestra secara amat cemerlang.
Untuk mencapai tujuan tadi, pemimpin memerlukan lem yang bisa mengikat tanpa paksaan. Logika adalah salah satu perlengkapan dari lem tadi. Namun, sehebat-hebatnya logika, dia tidak bisa mengalahkan hubungan dari hati ke hati.
Hubungan terakhir, mirip sekali dengan semen. Sekali merekat, susah sekali merobohkannya. Bedanya dengan logika yang boros sekali dengan kata-kata, hubungan dari hati ke hati tidak memerlukan terlalu banyak kata-kata. Setiap tambahan kata-kata, hanya akan memperenggang hubungan. Namun ia merindukan banyak tindakan. Lebih-lebih yang dibangun di atas ketulusan dan kemurnian.
Setiap tambahan tindakan tadi, di satu sisi memperkuat kekuatan daya tarik magnet pimpinan, dan pada saat yang sama memperingan gerakan orang bawah untuk ditarik ke atas.
Ada saatnya, “burung elang” pemimpin akan terbang ringan, bebas dan sedikit hambatan. Dan ini sangat ditentukan pada daya rekat lem di atas.
Saya memang masih terbang berat dan memiliki cukup banyak hambatan. Namun, ada saatnya, ketika tabungan hubungan dari hati ke hati sudah memadai, “burung elang” saya akan terbang bebas dan ringan.
Sama dengan burung elang yang sebenarnya, di titik ini, setiap hambatan tidak membuat daya jangkau terbangnya menyempit. Justru hambatan tadi – seperti angin – akan membuat burung elang terbang semakin jauh dan semakin jauh. Wahai Fulan! Mengertilah dengan alunan kepemimpinan. Agar kamu merasa damai dalam ramainya  anggotamu kawan! ***

Benciku Berlanjut Terus padamu Kawan!

on Tuesday, August 24, 2010 at 8:01pm ·
(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN VOKAL. 25 AGUSTUS 2010)

Mulai dari sama-sama menjabat hingga sudah berbeda pula posisimasing-masing, Rusli Zainal dan Wan Abubakar sepertinya tetap berseteru. Awalnya bersatu padu merebut paket kekuasaan Gubernur dan Wakil Gubernur Riau.Saling bahu-membahu mendapatkan singsana kedaulatan. Mesra, akrab dan sinergi.
Tapi tatkala kekuasaan sudah di tangan, satu dengan yang lainnya mulaimemperlihatkan pengaruh masing-masing. Kebersamaan menjadi nihil bagi mereka.Berjalan-jalan sendiri dan saling sindir, serang dan menyudutkan.
Itulah perangai Rusli Zainal dan Wan Abubakar. Kini Rusli masih orang nomorsatu di Riau, sementara Wan Abubakar telah jadi wakil rakyat di Senayan.Kendati sudah jarang bertemu, Rusli tampaknya sedang tak sedang dengan WanAbubakar. Forum Legislatif  Asal Riauyang dipimpin Wan dinilai mandul dan tidak memberikan kontribusi apa-apa.Serang lagi serang lagi.
Perang urang syaraf tersebut tak ubahnya dengan adu ego dan tanding tuah.Samanya halnya dengan dua pemuda yang terdampar di sebuah pulau. Merekaberlomba, doa siapa yang paling dikabulkan Tuhan. Cerita bermula sebuah kapalkaram di tengah laut karena terjangan badai dan ombak hebat. Hanya dua oranglelaki yang bisa menyelamatkan diri dan berenang ke sebuah pulau kecil yanggersang.
Dua orang yang selamat itu tak tahu apa yang harus dilakukan. Namun, merekaberdua yakin bahwa tidak ada yang dapat dilakukan kecuali berdoa kepada Tuhan.Untuk mengetahui doa siapakah yang paling dikabulkan, mereka sepakat untukmembagi pulau kecil itu menjadi dua wilayah. Dan mereka tinggal sendiri-sendiriberseberangan di sisi-sisi pulau tersebut.
Doa pertama yang mereka panjatkan. Mereka memohon agar diturunkan makanan.Esok harinya, lelaki ke satu melihat sebuah pohon penuh dengan buah-buahantumbuh di sisi tempat tinggalnya. Sedangkan di daerah tempat tinggal lelakiyang lainnya tetap kosong.Seminggu kemudian, lelaki yang ke satu merasa kesepian dan memutuskan untukberdoa agar diberikan seorang istri. Keesokan harinya, ada kapal yang karam dansatu-satunya penumpang yang selamat adalah seorang wanita yang berenang danterdampar di sisi tempat lelaki ke satu itu tinggal. Sedangkan di sisi tempattinggal lelaki ke dua tetap saja tidak ada apa-apanya.
Segera saja, lelaki ke satu ini berdoa memohon rumah, pakaian, dan makanan.Keesokan harinya, seperti keajaiban saja, semua yang diminta hadir untuknya.Sedangkan lelaki yang kedua tetap saja tidak mendapatkan apa-apa. Akhirnya,lelaki ke satu ini berdoa meminta kapal agar ia dan istrinya dapat meninggalkanpulau itu. Pagi harinya mereka menemukan sebuah kapal tertambat di sisipantainya. Segera saja lelaki ke satu dan istrinya naik ke atas kapal dansiap-siap untuk berlayar meninggalkan pulau itu. Ia pun memutuskan untuk meninggalkanlelaki kedua yang tinggal di sisi lain pulau. Menurutnya, memang lelaki keduaitu tidak pantas menerima pemberian Tuhan karena doa-doanya tak terkabulkan.Begitu kapal siap berangkat, lelaki ke satu ini mendengar suara dari langitmenggema, "Hai, mengapa engkau meninggalkan rekanmu yang ada di sisi lain pulauini?"
"Berkahku hanyalah milikku sendiri, karena hanya doakulah yang dikabulkan,"jawab lelaki ke satu ini. "Doa lelaki temanku itu tak satupun dikabulkan. Maka,ia tak pantas mendapatkan apa-apa."
"Kau salah!" suara itu membentak membahana. "Tahukah kau bahwa rekanmu ituhanya memiliki satu doa. Dan, semua doanya terkabulkan. Bila tidak, maka kautakkan mendapatkan apa-apa."
"Katakan padaku," tanya lelaki ke satu itu. "Doa macam apa yang ia panjatkansehingga aku harus merasa berutang atas semua ini padanya?" "Ia berdoa agarsemua doamu dikabulkan!"
Tuan! Kesombongan macam apakah yang membuat manusia menganggap bahwa hanyaharapan dan doa-doanya saja yang terkabulkan? Betapa banyak orang yang tidakmengorbankan sesuatu demi keberhasilan. Tak selayaknya manusia yang satu  mengabaikan peran orang lain.
Boleh jadi, suksesnya Rusli Zainal hari ini berkat Wan Abubakar. Kalaudemikian, kenapa dulunya mesra dan sekarang malah benci? Apakah kekuasaan itumembuat dendam kesumat kain membara? Entahlah Fulan! ***

Republik Burung Murai Tuan!

on Monday, August 23, 2010 at 4:09pm ·
(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN VOKAL, 24 AGUSTUS 2010)

Penduduk di republik ini terlalu banyakbicara. Semuanya dikomentari. Tak pada kapasitasnya, ikut pula nimbrung.Semuanya angkat suara. Tak ada yang mau ketinggalan. Mereka pandai bicara, tapituli untuk mendengar.
Percuma punya dua telinga. Tak ada bedanyaseperti kisah dua orang tuli dan seorang guru bisu. Seorang penggembala miskin yangsetiap hari menggiring domba-dombanya ke bukit mencari rumput segar. Dari sana ia memandangi desatempat ia tinggal bersama keluarganya. Ia tuli, tetapi itu tak jadi masalahbaginya.
Suatu hari istrinya lupa mengirim bungkusanmakan siangnya; juga tidak menyuruh anak mereka untuk membawakannya. Sampaitengah hari kiriman itu tidak datang juga. Si penggembala itu berpikir, "Akuakan pulang dan mengambilnya. Aku tidak dapat berdiam di sini sepanjang haritanpa sepotong makanan." Namun ia tidak dapat meninggalkan domba-dombanya.Tiba-tiba ia memperhatikan seorang pemotong rumput di tepi bukit. Iamenghampirinya dan berkata, "Saudaraku, tolong jaga domba-dombaku ini dan awasijangan sampai tersesat atau berkeliaran. Aku akan kembali ke desa karenaistriku begitu bodoh lupa mengirim makan siangku."
Ternyata pemotong rumput itu juga tuli. Iatidak mendengar satu kata pun yang diucapkan, dan sama sekali salah pahamterhadap maksud si penggembala.
Katanya, "Mengapa aku harus memberi rumputuntuk ternakmu? Sedangkan aku sendiri memiliki seekor sapi dan dua ekor kambingdi rumah. Tidakkah kau lihat, aku ini harus pergi jauh demi mencari rumput bagiternak-ternakku.
Tidak, tinggalkan aku. Aku tidak ada urusandengan orang sepertimu yang hanya ingin enaknya sendiri mengambil milikku yangcuma sedikit ini." Ia menggerakkan tangannya dan tertawa kasar.
Si penggembala tidak mendengar apa yang dikatakanoleh si pemotong rumput.
Katanya, "Oh, terima kasih kawan, ataskebaikkan dan kesediaanmu. Aku akan segera kembali. Semoga keselamatan danberkah tercurah atas dirimu. Engkau telah meringankan bebanku." Ia segeraberlari ke desa menuju gubuknya yang sederhana. Di sana ia mendapati istrinya sakit demam dansedang dirawat oleh para istri tetangga.
Kemudian, si penggembala itu mengambilbungkus makanan dan berlari kembali ke bukit. Ia menghitung domba-dombanyadengan cermat. Semuanya masih lengkap seperti semula. Ia lalu melihat sipemotong rumput masih sibuk memotong rumput segar. Si penggembala ini berkatapada dirinya sendiri, "Ah, betapa luar biasa pribadi si pemotong rumput ini.Benar-benar dapat dipercaya. Ia sudah menjaga domba-dombaku agar tidakterpencar bahkan tidak mengharapkan terima kasih dariku. Aku akan memberinyadomba pincang ini. Sebenarnya domba pincang ini akan kusembelih sendiri, namunbiarlah aku berikan pada si pemotong rumput itu agar bisa jadi makan malam yanglezat bagi keluargnya.
Ia pun memanggul domba pincang yang dimaksuddi atas bahunya, menuruni bukit dan berteriak pada si pemotong rumput, "Wahaisaudaraku!, ini hadiah dariku, karena engkau telah menjaga domba-dombaku selamaaku pergi. Istriku yang malangmenderita demam, itulah mengapa ia tidak mengirimkan aku makan siang.
Pangganglah domba ini untuk makan malammunanti malam; lihat domba ini kakinya pincang dan memang akan aku sembelih!"
Tetapi disisi lain, si pemotong rumput tidakmendengar kata-katanya dan berteriak marah, "Penggembala busuk! Aku tidak tahuapapun yang terjadi selama kau pergi. Jadi jangan salahkan aku atas kakipincang dombamu! Sedari tadi aku sibuk memotong rumput, dan tidak tahu mengapahal itu terjadi!
Pergilah, atau aku akan memukulmu!"
Si penggembala itu amat heran melihat sikapmarah si pemotong rumput, tetapi ia tidak dapat mendengarkan apa yangdikatakannya. Tiba-tiba ada seorang melintas di antara mereka dengan menunggangseekor kuda yang bagus. Si penggembala menghentikan si penunggang kuda itu danberkata, "Tuan penunggang kuda yang mulia, aku mohon katakan padaku apa yangdiucapkan oleh pemotong rumput itu. Aku ini tuli, dan tidak tahu mengapa iamenolak pemberianku berupa seekor domba ini, malah marah-marah seperti itu."
Si penggembala dan si pemotong rumput mulaisaling berteriak pada si penunggang kuda untuk menjelaskan kemauannyamasing-masing. Si penunggang kuda itu turun dan menghampiri mereka. Ternyatapenunggang kuda itu pun sama tulinya. Ia tidak mendengar apa-apa yang keduaorang itu katakan. Justru, ia ini sedang tersesat dan hendak bertanya dimanadirinya saat ini. Tetapi ketika melihat sikap keras dan mengancam dari ke duaorang itu, akhirnya ia berkata, "Benar, benar, saudara. Aku telah mencuri kudaini. Aku mengakui, tetapi aku tidak tahu kalau itu milik kalian. Maafkan aku,karena aku tidak dapat menahan diriku dan bertindak mencuri."
"Aku tidak tahu apa-apa tentang pincangnyadomba ini!" teriak pemotong rumput.
"Suruh ia mengatakan padaku mengapa pemotongrumput itu menolak pemberianku, " desak si penggembala, "aku hanya inginmemberikannya sebagai penghargaan tanda terima kasihku."
"Aku mengaku mengambil kuda. Aku akankembalikan kuda ini. "kata penunggang kuda," tapi aku tuli, dan tidak tahusiapa di antara kalian pemilik sesungguhnya kuda ini."
Pada saat itu, dari kejauhan, tampak seorangguru tua berjalan. Si pemotong rumput lari menghampirinya, menarik jubahlusuhnya dan berkata, "Guru yang mulia, aku seorang tuli yang tidak mengertiujung pangkal apa yang dibicarakan oleh kedua orang ini. Aku mohonkebijaksanaan anda, adili dan jelaskan apa yang mereka teriakkan."
Namun, si Guru tua ini bisu dan tidak dapatmenjawab, tapi ia mendatangi mereka dan memandangi ketiga orang tuli tersebutdengan penuh selidik.
Sekarang ketiga orang tuli itu menghentikanteriakan mereka. Guru itu memandangi sedemikian lama dan dengan tajam, satu persatu hingga ketiga orang itu merasa tidak enak. Matanya yang hitam berkilauanmenusuk ke dalam mata mereka, mencari kebenaran tentang persoalan tersebut,mencoba mendapatkan petunjuk dari situasi itu.
Tetapi ketiga orang tuli itu mulai merasatakut kalau-kalau guru tua itu menyihir mereka atau mengendalikan kemauanmereka. Tiba-tiba si pencuri kuda meloncat ke atas kuda dan memacunyakencang-kencang. Begitu juga si penggembala, segera mengumpulkan ternaknya danmenggiringnya jauh ke atas bukit. Si pemotong rumput tidak berani menatap mataguru tua itu, lalu ia mengemasi rumputnya ke dalam kantong dan mengangkatnya keatas bahu dan berjalan menuruni bukit pulang ke rumahnya.
Guru tua itu melanjutkan perjalanannya,berpikir sendiri bahwa kata-kata merupakan bentuk komunikasi yang tidakberguna, bahwa orang mungkin lebih baik tidak pernah mengucapkannya!
Inilah negeri kita. Semuanya adu lihaibicara. Tak ada yang mau diam. Hmmm...Sudah seperti kandang burung murai sajanegara ini Fulan! ***

Kita tak Pantas Minta Pujian Bung!

on Sunday, August 22, 2010 at 9:31pm ·
(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN VOKAL, 23 AGUSTUS 2010)

Impian gadis itu hancur lebur. Cita-citanyajadi penari dunia kandas sudah tatkala ia tidak mendapatkan pujian dari seorangpakar tari. Apakah kisah gadis itu sama dengan gebrakan sejumlah tokoh masyarakatdan perusahaan yang ramai-ramai menggelar santunan kepada anak yatim.
Demi sebuah pujian dan mengharapkan ceruk pasar, mereka jamu anak-anak yang kurang beruntung tersebut. Apa betul hubungankisah itu dengan kegiatan bersayap para kalangan elitis dimaksud?
Tempo dulu, ada seorang gadis muda yang sangat suka menari. Kepandaiannya menari sangat menonjol dibanding denganrekan-rekannya, sehingga dia seringkali menjadi juara di berbagai perlombaan yang diadakan. Dia berpikir, dengan apa yang dimilikinya saat ini, suatu saatapabila dewasa nanti dia ingin menjadi penari kelas dunia. Dia membayangkandirinya menari di Rusia, Cina, Amerika, Jepang, serta ditonton oleh ribuanorang yang memberi tepukan kepadanya.
Suatu hari, di kotanya dikunjungi oleh seorang pakar tari yang berasal dari luar negeri. Pakar ini sangatlah hebat,dan dari tangan dinginnya telah banyak dilahirkan penari-penari kelas dunia.Gadis muda ini ingin sekali menari dan menunjukkan kebolehannya di depan sangpakar tersebut, bahkan jika mungkin memperoleh kesempatan menjadi muridnya.Akhirnya kesempatan itu datang juga. Si gadis muda berhasil menjumpai sangpakar di belakang panggung, seusai sebuah pagelaran tari. Si gadis mudabertanya: "Pak, saya ingin sekali menjadi penari kelas dunia. Apakah Anda punyawaktu sejenak, untuk menilai saya menari? Saya ingin tahu pendapat Anda tentangtarian saya". "Oke, menarilah di depan saya selama 10 menit", jawab sang pakar.
Belum lagi 10 menit berlalu, sang pakarberdiri dari kursinya, lalu berlalu meninggalkan si gadis muda begitu saja,tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Betapa hancur si gadis muda melihat sikapsang pakar. Si gadis langsung berlari keluar. Pulang ke rumah, dia langsungmenangis tersedu-sedu. Dia menjadi benci terhadap dirinya sendiri. Ternyatatarian yang selama ini dia bangga-banggakan tidak ada apa-apanya di hadapansang pakar. Kemudian dia ambil sepatu tarinya, dan dia lemparkan ke dalamgudang. Sejak saat itu, dia bersumpah tidak pernah akan menari lagi.
Puluhan tahun berlalu. Sang gadis muda kinitelah menjadi ibu dengan tiga orang anak. Suaminya telah meninggal. Dan untukmenghidupi keluarganya, dia bekerja menjadi pelayan dari sebuah toko di sudutjalan.
Suatu hari, ada sebuah pagelaran tari yangdiadakan di kotaitu. Tampak sang pakar berada di antara para menari muda di belakang panggung.Sang pakar tampak tua, dengan rambutnya yang sudah putih. Si ibu muda dengantiga anaknya juga datang ke pagelaran tari tersebut. Seusai acara, ibu inimembawa ketiga anaknya ke belakang panggung, mencari sang pakar, danmemperkenalkan ketiga anaknya kepada sang pakar.
Sang pakar masih mengenali ibu muda ini, dankemudian mereka bercerita secara akrab. Si ibu bertanya, "Pak, ada satupertanyaan yang mengganjal di hati saya. Ini tentang penampilan saya sewaktumenari di hadapan Anda bertahun-tahun yang silam. Sebegitu jelekkah penampilansaya saat itu, sehingga Anda langsung pergi meninggalkan saya begitu saja,tanpa mengatakan sepatah kata pun?"
"Oh ya, saya ingat peristiwanya. Terusterang, saya belum pernah melihat tarian seindah yang kamu lakukan waktu itu.Saya rasa kamu akan menjadi penari kelas dunia. Saya tidak mengerti mengapakamu tiba-tiba berhenti dari dunia tari," jawab sang pakar.
Si ibu muda sangat terkejut mendengar jawabansang pakar. "Ini tidak adil", seru si ibu muda. "Sikap Anda telah mencuri semuaimpiansaya. Kalau memang tarian saya bagus, mengapa Anda meninggalkan saya begitusaja ketika saya baru menari beberapa menit. Anda seharusnya memuji saya, danbukan mengacuhkan saya begitu saja. Mestinya saya bisa menjadi penari kelasdunia. Bukan hanya menjadi pelayan toko!"
Si pakar menjawab lagi dengan tenang "Tidak.... Tidak, saya rasa saya telah berbuat dengan benar. Anda tidak harus minum anggursatu barel untuk membuktikan anggur itu enak. Demikian juga saya. Saya tidakharus menonton Anda 10 menit untuk membuktikan tarian Anda bagus. Malam itusaya juga sangat lelah setelah pertunjukkan. Maka sejenak saya tinggalkan Anda,untuk mengambil kartu nama saya, dan berharap Anda mau menghubungi saya lagikeesokan hari. Tapi Anda sudah pergi ketika saya keluar. Dan satu hal yangperlu Anda camkan, bahwa Anda mestinya fokus pada impina Anda, bukan padaucapan atau tindakan saya."
"Lalu pujian? Kamu mengharapkan pujian? Ah,waktu itu kamu sedang bertumbuh. Pujian itu seperti pedang bermata dua. Ada kalanya memotivasimu,bisa pula melemahkanmu. Dan faktanya saya melihat bahwa sebagian besar pujianyang diberikan pada saat seseorang sedang bertumbuh, hanya akan membuat dirinyapuas dan pertumbuhannya berhenti. Saya justru lebih suka mengacuhkanmu, agarhal itu bisa melecutmu bertumbuh lebih cepat lagi. Lagipula, pujian itusepantasnya datang dari keinginan saya sendiri. Tidak pantas Anda memintapujian dari orang lain."
"Anda lihat, ini sebenarnya hanyalah masalah sepele. Seandainya Anda pada waktu itu tidak menghiraukan apa yang terjadi dan tetap menari, mungkin hari ini Anda sudah menjadi penari kelas dunia."
Mungkin Anda sakit hati pada waktu itu, tapisakit hati Anda akan cepat hilang begitu Anda berlatih kembali. Tapi sakit hatikarena penyesalan Anda hari ini tidak pernah bisa hilang selama-lamanya."
Fulan! Barangkali dari sekianpejabat yang mejamu anak-anak dan fakir miskin berada pada kadar memintapujian. Bayangkanlah kalau pujian tak terlontar, alamat tahun depan tak ada lagi santunan. Mereka lari dari kewajiban karena tak dipuji. Fulan of  Fulan! ****

Karena Jurnalis Nurani Dunia Tergugah

on Thursday, August 19, 2010 at 6:22pm ·
(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN vOKAL, 20 AGUSTUS 2010)

Kalau bukan karena seorang wartawan, Fu Yuan yang bekerja di surat kabarChengDu Wan Bao, Yu Yuan akan seperti selembar daun yang lepas dari pohon dan hilangditiup angin. Anak pungut yang menderita leukemia ganas itu tak akanmendapatkan kehangatan kasih sayang umat manusia seluruh dunia. Ini berkatreportase seorang jurnalis. Karyanya mengugah nurani.
Fu Yuan menuliskan sebuah laporan. Isinya menceritakan kisah Yu Yuan secaradetail. Cerita tentang anak yang berumur 8 tahun mengatur pemakamannyasendiri dan akhirnya menyebar ke seluruh kotaRong Cheng. Banyak orang-orang yang tergugah oleh seorang anak kecil yang sakititu, dari ibu kotasampai satu Negara bahkan sampai ke seluruh dunia. Mereka mengirim email untukmenggalang dana bagi Yu Yuan. Dunia yang damai ini menjadi suara panggilan yangsangat kuat bagi setiap orang.
Hanya dalam waktu sepuluh hari, dari perkumpulan orang Chinese di dunia sajatelah mengumpulkan 560.000 dolar. Biaya operasi pun telah tercukupi. Titikkehidupan Yu Yuan sekali lagi dihidupkan oleh cinta kasih semua orang.
Begini kisahnya; ada seorang gadis kecil yang cantik yang memiliki sepasangbola mata yang indah dan hati yang lugu polos. Dia adalah seorang yatim piatu danhanya sempat hidup di dunia ini selama delapan tahun. Satu kata terakhir yangia tinggalkan adalah saya pernah datang dan saya sangat penurut.Anak ini rela melepasakan pengobatan, padahal sebelumnya dia telah memilikidana pengobatan sebanyak 560.000 dolar yang didapat dari perkumpulan orangChinese seluruh dunia. Dan membagi dana tersebut menjadi tujuh bagian, yangdibagikan kepada tujuh anak kecil yang juga sedang berjuang menghadapikematian. Dan dia rela melepaskan pengobatannya.
Begitu lahir dia sudah tidak mengetahui siapa orang tua kandungnya. Diahanya memiliki seorang papa yang mengadopsinya. Papanya berumur 30 tahun yangbertempat tinggal di provinsi She Cuan kecamatan Suang Liu, kota Sang Xin Zhen Yun Ya Chun Er Cu. Karenamiskin, maka selama ini ia tidak menemukan pasangan hidupnya. Kalau masih harusmengadopsi anak kecil ini, mungkin tidak ada lagi orang yang mau dilamarolehnya. Pada tanggal 30 November 1996,  20 bulan 10 imlek, adalah saat dimana papanya menemukananak kecil tersebut di atas hamparan rumput, disanalah papanyamenemukan seorang bayi kecil yang sedang kedinginan. Di dadanya terdapatselembar kartu kecil tertulis, 20 November Jam 12.
Melihat anak kecil ini menangis dengan suara tangisannya sudah mulai melemah.Papanya berpikir kalau tidak ada orang yang memperhatikannya, maka kapan sajabayi ini bisa meninggal. Dengan berat hati papanya memeluk bayi tersebut, denganmenghela nafas dan berkata, "Saya makan apa, maka kamu juga ikut apa yang sayamakan." Kemudian papanya memberikan dia nama Yu Yan.
Tdak ada Asi dan juga tidak mampu membeli susu bubuk, hanya mmpu memberimakan bayi tersebut dengan air tajin (air beras). Maka dari kecil anak initumbuh menjadi lemah dan sakit-sakitan. Tetapi anak ini sangat penurut dansangat patuh. Musim silih berganti, Yu Yuan pun tumbuh dan bertambah besarserta memiliki kepintaran yang luar biasa. Paratetangga sering memuji Yu Yuan sangat pintar, walaupun dari kecil sering sakit-sakitandan mereka sangat menyukai Yu Yuan. Di tengah ketakutan dan kecemasan papanya,Yu Yuan pelan-pelan tumbuh dewasa.
Yu Yuan yang hidup dalam kesusahan luar biasa, mulai dari umur lima tahun, dia sudahmembantu papa mengerjakan pekerjaan rumah. Mencuci baju, memasak nasi dan memotongrumput. Setiap hal dia kerjakan dengan baik. Dia sadar dia berbeda dengananak-anak lain. Anak-anak lain memiliki sepasang orang tua, sedangkan dia hanyamemiliki seorang papa. Keluarga ini hanya mengandalkan dia dan papa yang salingmenopang. Dia harus menjadi seorang anak yang penurut dan tidak boleh membuatpapa menjadi sedih dan marah.
Pada saat dia masuk sekolah dasar, dia sendiri sudah sangat mengerti, harusgiat belajar dan menjadi juara di sekolah. Inilah yang bisa membuat papanyayang tidak berpendidikan menjadi bangga di desanya. Dia tidak pernahmengecewakan papanya, dia pun bernyanyi untuk papanya. Setiap hal yang lucuyang terjadi di sekolahnya diceritakan kepada papanya. Kadang-kadang dia bisanakal dengan mengeluarkan soal-soal yang susah untuk menguji papanya.
Setiap kali melihat senyuman papanya, dia merasa puas dan bahagia. Walaupuntidak seperti anak-anak lain yang memiliki mama, tetapi bisa hidup bahagiadengan papa, ia sudah sangat berbahagia. Mulai dari bulan Mei 2005 Yu Yuanmulai mengalami mimisan. Pada suatu pagi saat Yu Yuan sedang mencuci muka, iamenyadari bahwa air cuci mukanya sudah penuh dengan darah yang ternyata berasaldari hidungnya. Denganberbagai cara tidak bisa menghentikan pendarahan tersebut. Sehingga papanyamembawa Yu Yuan ke puskesmas desa untuk disuntik. Tetapi sayangnya dari bekassuntikan itu juga mengerluarkan darah dan tidak mau berhenti. Dipahanya mulaibermunculan bintik-bintik merah. Dokter tersebut menyarankan papanya untukmembawa Yu Yuan ke rumah sakit.Begitu tiba di rumah sakit, Yu Yuan tidak mendapatkan nomor karena antriansudah panjang. Yu Yuan hanya bisa duduk sendiri di kursi yang panjang untukmenutupi hidungnya. Darah yang keluar dari hidungnya bagaikan air yang terusmengalir dan memerahi lantai. Karena papanya merasa tidak enak kemudianmengambil sebuah baskom kecil untuk menampung darah yang keluar dari hidung YuYuan. Tidak sampaisepuluh menit, baskom yang kecil tersebut sudah penuh berisi darah.
Dokter yang melihat keadaaan itu cepat-cepat memeriksa Yu Yuan. Doktermenyatakan bahwa Yu Yuan terkena leukimia ganas. Pengobatan penyakit tersebutsangat mahal yang memerlukan biaya sebesar 300.000 $. Papanya mulai cemasmelihat anaknya yangterbaring lemah di ranjang. Papanya hanya memiliki satu niat yaitumenyelamatkan anaknya. Dengan berbagai cara meminjam uang kesanak saudara danteman dan ternyata, uang yang terkumpul sangatlah sedikit. Papanya akhirnyamengambil keputusan untuk menjual rumahnya yang merupakan harta satu satunya.Tapi karena rumahnya terlalu kumuh, dalam waktu yang singkat tidak bisamenemukan seorang pembeli.
Melihat mata papanya yang sedih dan pipi yang kian hari kian kurus. Dalam hatiYu Yuan merasa sedih. Pada suatu hari Yu Yuan menarik tangan papanya, air matapun mengalir dikala kata-kata belum sempat terlontar. "Papa saya ingin mati".Papanya dengan pandangan yang kaget melihat Yu Yuan, "Kamu baru berumur 8 tahunkenapa mau mati". "Saya adalah anak yang dipungut, semua orang berkata nyawasaya tak berharga, tidaklah cocok dengan penyakit ini, biarlah saya keluar darirumah sakit ini."
Pada tanggal 18 Juni, Yu Yuan mewakili papanya yang tidak mengenal huruf, menandatanganisuratketerangan pelepasan perawatan. Anak yang berumurdelapan tahun itu pun mengatur segala sesuatu yang berhubungan denganpemakamannya sendiri. Setelah pulang ke rumah, Yu Yuan yang sejak kecil tidakpernah memiliki permintaan, hari itu meminta dua permohonan kepada papanya. Diaingin memakai baju baru dan berfoto. Yu Yuan berkata kepada papanya: "Setelahsaya tidak ada, kalau papa merindukan saya lihatlah foto ini." Hari kedua,papanyamenyuruh seseorang menemani Yu Yuan pergi ke kota dan membeli baju baru. YuYuan sendirilah yang memilih baju yang dibelinya. Bibinya memilihkan saturok yang berwarna putih dengan corak bintik-bintik merah. Begitu mencobadan tidak rela melepaskannya. Kemudian mereka bertiga tiba di sebuahstudio foto. Yu Yuan kemudian memakai baju barunya dengan pose secantikmungkin berjuang untuk tersenyum. Bagaimanapun ia berusaha tersenyum, padaakhirnya juga tidak bisa menahan air matanya yang mengalir keluar.
Jalan hidup itu ditulis dengan apik dan mengalir. Setiap orang membaca,setiap itu pula hatinya tergugah dan menangis. Maka jadilah gerakan pengalangandana secara massal. Bantuan mengalir begitu deras dari seluruh dunia kendatisudah diumumkan penggalangan sudah dihentikan. Dana pun telah tersedia dan paradokter sudah ada untuk mengobati Yu Yuan.
Ada seorangteman di-email bahkan menulis: "Yu Yuan anakku yang tercintasaya mengharapkan kesembuhanmu dan keluar dari rumah sakit. Sayamendoakanmu cepat kembali ke sekolah. Saya mendambakanmu bisa tumbuh besardan sehat. Yu Yuan anakku tercinta."
Pada tanggal 21 Juni akhirnya dibawa kembali ke ibu kota. Dana yang sudahterkumpul, membuat jiwa yang lemah ini memiliki harapan dan alasan untukterus bertahan hidup. Yu Yuan akhirnya menerima pengobatan dan dia sangatmenderita di dalam sebuah pintu kaca tempat dia berobat. Yu Yuan kemudianberbaring di ranjang untuk diinfus. Ketegaran anak kecil ini membuat semuaorang kagum. Dokter yang menangani dia, Shii Min berkata, dalam perjalananproses terapi akan mendatangkan mual yang sangat hebat. Pada permulaan terapiYu Yuan sering sekali muntah. Tetapi Yu Yuan tidak pernah mengeluh. Pada saatpertama kali melakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang, jarum suntikditusukkan dari depan dadanya, tetapi Yu Yuan tidak menangis dan juga tidakberteriak, bahkan tidak meneteskan air mata. Yu Yuan yang dari dari lahirsampai maut menjemput tidak pernah mendapat kasih sayang seorang ibu. Pada saatdokter Shii Min menawarkan Yu Yuanuntuk menjadi anak perermpuannya. Air mata Yu Yuan pun mengalir tak terbendung.
Hari kedua saat dokter Shii Min datang, Yu Yuan dengan malu-malu memanggildengan sebutan Shii Mama. Pertama kalinya mendengar suara itu, Shii Min kaget,dan kemudian dengan tersenyum dan menjawab, "Anak yang baik". Semua orangmendambakan sebuah keajaiban dan menunggu momen dimana Yu Yuan hidup dan sembuhkembali. Banyak masyarakat datang untuk menjenguk Yu Yuan dan banyak orangmenanyakan kabar Yu Yuan dari email.Selama dua bulan Yu Yuan melakukan terapi dan telah berjuang menerobos sembilanpintu maut. Pernah mengalami pendarahan di pencernaan dan selalu selamat dari bencana.Sampai akhirnya darah putih dari tubuh Yu Yuan sudah bisa terkontrol. Semuaorang-orang pun menunggu kabar baik dari kesembuhan Yu Yuan.
Tetapi efek samping yang dikeluarkan oleh obat-obat terapi sangatlah menakutkan,apalagi dibandingkan dengan anak-anak leukemia yang lain. Fisik Yu Yuan jauhsangat lemah. Setelah melewati operasi tersebut fisik Yu Yuan semakin lemah.
Pada tanggal 20 Agustus, Yu Yuan bertanya kepada wartawan Fu Yuan: "Tantekenapa mereka mau menyumbang dana untuk saya? Tanya Yu Yuan kepadawartawan tersebut. Wartawan tersebut menjawab, karena mereka semua adalahorang yang baik hati". Yu Yuan kemudia berkata : "Tante saya juga maumenjadi orang yang baik hati". Wartawan itupun menjawab, "Kamu memangorang yang baik. Orang baik harus saling membantu agar bisa berubahmenjadi semakin baik". Yu Yuan dari bawah bantal tidurnya mengambil sebuahbuku, dan diberikan kepada Fu Yuan. "Tante ini adalah surat wasiat saya."
Fu yuan kaget, sekali membuka dan melihat surat tersebut ternyata Yu Yuan telahmengatur tentang pengaturan pemakamannya sendiri. Ini adalah seorang anak yangberumur delapan tahun yang sedang menghadapi sebuah kematian dan diatas ranjangmenulis tiga halaman surat wasiat dan dibagi menjadi enam bagian, denganpembukaan, tante Fu Yuan, dan diakhiri dengan selamat tinggal tante Fu Yuan.
Dalam satu artikel itu nama Fu Yuan muncul tujuh kali dan masih ada sembilansebutan singkat tante wartawan. Dibelakang ada enam belas sebutan dan iniadalah kata setelah Yu Yuan meninggal. Tolong,.......Dan dia juga ingin menyatakan terima kasih serta selamat tinggal kepada orang-orang yang selama ini telah memperhatikan dia lewat surat kabar. "Sampai jumpa tante, kita berjumpalagi dalam mimpi. Tolong jaga papa saya. Dan sedikit dari dana pengobatan inibisa dibagikan kepada sekolah saya. Dan katakan ini juga pada pemimpin palangmerah. Setelah saya meninggal, biaya pengobatan itu dibagikan kepadaorang-orang yang sakit seperti saya. Biar mereka lekas sembuh". Surat wasiat ini membuatFu Yuan tidak bisa menahan tangis yang membasahi pipinya.
Saya pernah datang, saya sangat patuh, demikianlah kata-kata yang keluar daribibir Yu Yuan. Pada tanggal 22 Agustus, karena pendarahan dipencernaan hampirsatu bulan, Yu Yuan tidak bisa makan dan hanya bisa mengandalkan infus untukbertahan hidup. Mula mulanya berusaha mencuri makan, Yu Yuan mengambil mieinstant dan memakannya. Hal ini membuat pendarahan di pencernaan Yu Yuansemakin parah. Dokter dan perawat pun secepatnya memberikan pertolongan daruratdan memberi infus dan transfer darah setelah melihat pendarahan Yu Yuan yangsangat hebat. Dokter dan para perawat pun ikut menangis. Semua orang inginmembantu meringankan pederitaannya. Tetapi tetap tidak bisa membantunya. YuYuan yang telah menderita karena penyakit tersebut  akhirnya meninggal dengan tenang. Semua orangtidak bisa menerima kenyataan ini melihat malaikat kecil yang cantik yang sucibagaikan air. Sungguh telah pergi ke dunia lain.
Di kecamatan She Chuan, sebuah email pun dipenuhi tangisan menghantar kepergianYu Yuan. Banyak yang mengirimkan ucapan turut berduka cita dengan karanganbunga yang ditumpuk setinggi gunung.
Pada tanggal 26 Agustus, pemakaman Yu Yuan dilaksanakan saat hujan gerimis.Di depan rumah duka, banyak orang-orang berdiri dan menangis mengantarkepergian Yu Yuan. Mereka adalah papa mama Yu Yuan yang tidak dikenal oleh YuYuan semasa hidupnya. Demi Yu Yuan yang menderita karena leukemia danmelepaskan pengobatan demi orang lain, maka datanglah papa mama dari berbagaidaerah yang diam-diam mengantarkan kepergian Yu Yuan.
Di depan kuburannya terdapat selembar foto Yu Yuan yang sedang tertawa. Di atasbatu nisannya tertulis, "Aku pernah datang dan aku sangat patuh" (30 nov 1996-22 agus 2005). Dan di belakangnya terukir perjalanan singkat riwayat hidup YuYuan. Dua kalimat terakhir adalah di saat dia masih hidup telah menerimakehangatan dari dunia. Beristirahatlah gadis kecilku, nirwana akan menjadilebih ceria dengan adanya dirimu.
Tuan! Sungguh mengharukan dampak dari kerja seorang wartawan. Mengugah duniauntuk sebuah solidaritas. Hari ini seorang wakil rakyat di Negeri Bertuahmembuka celana dan memamerkan bokongnya untuk difoto. Dia kesal karenadiberitakan kasus smack down-nya dengan rekan sesama anggota DPRD KotaPekanbaru. Apakah sikapmu wahai penoreh tihta di lembaran berita? Hmmm...Eloknyasuruh dia membaca kisah ini Tuan! ***

Hanya Seharga Koin Penyok Bung!

on Wednesday, August 18, 2010 at 7:45pm ·
(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN VOKAL, 19 AGUSTUS 2010)

Dulu Pak Saleh Djasit itu seorang Gubernur. Daerah kekuasaannya meliputi Riau daratan dan kepulauan. Gagah benar beliau tatkala itu. Seiring berjalan waktu, beliau jadi wakil rakyat di Senayan. Tak lama kemudian petaka datang,beliau divonis 4 tahun terkait kasus pengadaan 20 unit Damkar.
Lima hari puasa berjalan, Pak Saleh bebas bersyarat. Kembali berkumpul dengan segenap sanak saudara. Saling membagi tawa dan canda. Itulah hidup. Lembaran masa lalu jadi catatan dan yang akan datang tidak seorang pun yang tahu.
Hidup penuh teka-teki. Sama halnya dengan alur hidup seorang lelaki penganguranyang nyaris putus asa. Suatu ketika dia keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah. Sudah cukup lama ia tak bekerja. Kondisi finansialkeluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah denganbarang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokokkeluarganya sandang dan pangan.
Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering marah-marahkarena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki itusudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa perjalanannya kaliinipun akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan pekerjaan.
Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinyaterantuk sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya. "Uh,hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok," gerutunya kecewa. Meskipunbegitu ia membawa koin itu ke sebuah bank. "Sebaiknya koin in Bapak bawa sajake kolektor uang kuno," kata teller itu memberi saran. Lelaki itupun mengikutianjuran si teller, membawa koinnya ke kolektor. Beruntung sekali, si kolektormenghargai koin itu senilai 30 dollar.
Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia lakukandengan rejeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnyabeberapa lembar kayu sedang diobral. Dia bisa membuatkan beberapa rak untukistrinya karena istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk menyimpanjambangan dan stoples. Sesudah membeli kayu seharga 30 dollar, dia memanggulkayu tersebut dan beranjak pulang.
Di tengah perjalanan dia melewati bengkel seorang pembuat mebel. Matapemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu. Kayunyaindah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal. Kebetulan pada waktu itu adapesanan mebel. Dia menawarkan uang sejumlah 100 dollar kepada lelaki itu.Terlihat ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun pengrajin itu meyakinkannya dandapat menawarkannya mebel yang sudah jadi agar dipilih lelaki itu. Kebetulan disana ada lemariyang pasti disukai istrinya. Dia menukar kayu tersebut dan meminjam sebuahgerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun segera membawanya pulang.
Di tengah perjalanan dia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedangmendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itumendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan menawardengan harga 200 dollar. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanitamenaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lelaki itupun setuju. Kemudianmengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang.
Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima.Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Pada saat ituseorang perampok keluar dari semak-semak, mengacungkan belati, merampas uangitu, lalu kabur.
Istri si lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya serayaberkata, "Apa yang terjadi? Engkau baik-baik saja kan? Apa yang diambil oleh perampok tadi?"
Lelaki itu mengangkat bahunya. "Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyokyang kutemukan tadi pagi."
Fulan! Kalau matahari lagi terbit, ingatlah ada masanya terbenam. Kalau mataharilagi di ufuk barat, yakinlah esok akan ada cahaya di ufuk timur. Intinya jangantenggelam dalam kesenangan dan kepedihan yang berlebihan! ***

Si Fakir yang Populer di Langit

on Sunday, August 15, 2010 at 5:31pm ·
(TULISAN INI DISEBARLUASKLAN HARIAN VOKAL, 16 Agustus 2010)

Ia dinista layaknya peminta-minta. Pakaiannya kusam, sehelai menutup badandan selembar untuk berselendang. Pernah seorang hartawan dari Kuffah bermaksudmenghadiahinya pakaian baru. Hadiah diterima lalu ia kembalikan. "Akukhawatir, nanti sebagian orang menuduh aku, dari mana kamu dapatkan pakaianitu, kalau tidak dari membujuk pasti dari mencuri."
Namanya Uwais al-Qarni. Seorang pemuda bermata biru yang hidup di zaman NabiMuhammad SAW. Kefaqiran hidup telah menyelubunginya. Dagu hampir selalu nempelke dada, wajahnya itu banyak menuju tempat sujud. Rambutnya merah, pundaknyalapang panjang, berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerah-merahan, tangankanannya menumpang pada tangan kirinya, ahli membaca Alquran dan menangis.Matanya seolah dari gumpalan salju karena mudah meleleh air mata keakhiratan.Tiada orang yang menghiraukan, tak dikenal oleh penduduk bumi akan tetapisangat terkenal di langit.
Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili kecualihanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yangmasih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagaipenggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannyabersama Sang ibu. Bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganyayang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya. Kesibukannya sebagaipenggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta, tidak mempengaruhikegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan puasa di siang hari dan bermunajat dimalam harinya.
Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruanNabi Muhammad SAW. yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah,Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya. Islam mendidik setiap memeluknyaagar berakhlak luhur.Peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya sangat menarik hati Uwais,sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera memeluknya,karena selama ini hati Uwais selalu merindukan datangnya kebenaran. Banyaktetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke Madinah untuk mendengarkanajaran Nabi Muhammad SAW secara langsung. Sekembalinya di Yaman, merekamemperbarui rumah tangga mereka dengan cara kehidupan Islam.
Alangkah sedihnya hati Uwais setiap melihat tetangganya yang baru datangdari Madinah. Mereka itu telah "bertamu dan bertemu" dengan kekasih Allahpenghulu para Nabi, sedang ia sendiri belum. Kecintaannya kepada Rasulullahmenumbuhkan kerinduan yang kuat untuk bertemu dengan sang kekasih, tapi apalahdaya ia tak punya bekal yangcukup untuk ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan adalah sang ibu yang jika iapergi, tak ada yang merawatnya.
Hari berganti dan musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung membuathasrat untuk bertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri danbertanya dalam hati, kapankah ia dapat menziarahi Nabi dan memandang wajah beliaudari dekat? Tapi, bukankah ia mempunyai ibu yang sangat membutuhkanperawatannya dan tak tega ditingalkan sendiri, hatinya selalu gelisah siang danmalam menahan kerinduan untuk berjumpa. Akhirnya, pada suatu hari Uwaismendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agardiperkenankan pergi menziarahi Nabi SAW di Madinah. Sang ibu, walaupun telahuzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Beliau memaklumiperasaan Uwais. "Pergilah wahai anakku! Temuilah Nabi dirumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang."Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tak lupa menyiapkankeperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada tetangganya agardapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sambil menciumi sangibu, berangkatlah Uwais menuju Madinah yang berjarak kurang lebih empat ratuskilometer dari Yaman.Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli penyamun gurun pasir, bukit yangcuram, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan dan begitu panas di sianghari, serta begitu dingin di malam hari, semuanya dilalui demi bertemu dandapat memandang sepuas-puasnya paras baginda Nabi SAW. Tibalah Uwais al-Qarni dikota Madinah.Segera ia menuju ke rumah Nabi SAW, diketuknya pintu rumah itu sambilmengucapkan salam. Keluarlah Aisyah sambil menjawab salam Uwais. Segera sajaUwais menanyakan Nabi. Namun ternyata beliau SAW tidak berada di rumahmelainkan berada di medanperang. Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yangdirindukannya tak ada. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu, tapi,kapankah beliau pulang? Sedangkan masih terngiang di telinga pesan ibunya yangsudah tua dansakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman.
Karena ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah mengalahkan suarahati. Ia akhirnya dengan terpaksa mohon pamit kepada Aisyah Dia hanya menitipkansalamnya untuk Nabi SAW. Sepulangnya dari perang, Nabi SAW langsung menanyakan kedatanganorang yang mencarinya. Nabi menjelaskan bahwa Uwais al-Qarni adalah anak yangtaat kepada ibunya. Ia adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Nabi, Aisyahdan para sahabatnya tertegun sembari bertanya-tanya dalam hati soal tahunyaNabi dengan kedatangan Uwais. "Kalau kalian ingin berjumpa dengan Uwaisal-Qarni, perhatikanlah, ia mempunyai tanda putih di tengah-tengah telapaktangannya."
Sesudah itu Nabi memandang Ali dan Umar sembari bersabda; "Suatu ketika,apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalahpenghuni langit dan bukan penghuni bumi."
Singkat cerita, kekhalifahan berada di tangan Umar. Tatkala itu Umar mengingatkan Ali soal Uwais. Sejak itu, setiap ada kafilah yang datang dariYaman, beliau berdua selalu menanyakan tentang Uwais al-Qorni. Suatu ketika,Uwais al-Qorni turut bersama rombongan kafilah. Umar dan Ali mendatangi merekadan menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka. Rombongan mengatakan bahwa Uwaissedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, beliau berduabergegas pergi menemui Uwais. Sesampainya di kemah, Khalifah Umar  dan Ali memberi salam. Namun rupanya Uwaissedang melaksanakan salat. Setelah mengakhiri salatnya, Uwais menjawab salamkedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktuberjabatan, Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikankebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais. Memang benar! Diapenghuni langit.Siapakah nama saudara? "Abdullah," jawab Uwais.
Mendengar jawaban itu, kedua sahabatpun tertawa dan mengatakan : "Kami jugaAbdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya? "Uwaiskemudian berkata: "Nama saya Uwais al-Qorni". Dalam pembicaraan mereka,diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia barudapat turut bersama rombongan kafilah dagang.
Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali memohon agar Uwais berkenan mendoakan untukmereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah. "Sayalah yang harusmeminta doa kepada kalian".
Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata: "Kami datang ke sini untuk mohondoa dan istighfar dari Anda.. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni akhirnyamengangkat kedua tangannya, berdoa dan membacakan istighfar. Setelah ituKhalifah Umar r.a. berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Malkepada Uwais, untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menolak dengan halusdengan berkata: "Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untukhari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui oranglagi".
Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam tak terdengar beritanya.Tapi ada seorang lelaki pernah bertemu dan ditolong Uwais. Waktu itu pria itu sedangberada di atas kapal menuju tanah Arab bersama para pedagang. Tanpadisangka-sangka angin topan berhembus dengan kencang. Akibatnya hempasan ombakmenghantam kapal sehingga air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapalsemakin berat. Pada saat itu, ada melihat seorang laki-laki yang mengenakan selimutberbulu di pojok kapal yang ditumpangi. Kami memanggilnya. Lelaki itu keluardari kapal dan melakukan salat diatas air. Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu.
"Wahai waliyullah! Tolonglah kami!" kata orang itu tanpa direspon lelaki itu.Lalukami berseru lagi; "Demi Zat yang telah memberimu kekuatan beribadah, tolonglahkami!" Lelaki itu menoleh. "Apa yang terjadi?"
"Tidakkah engkau melihat bahwa kapal dihembus angin dan dihantam ombak?" tanya kami.
"Dekatkanlah diri kalian pada Allah!"katanya.
"Kami telah melakukannya." "Keluarlah kalian dari kapal dengan membaca basmalah"Keluar dari kapal satu per satu dan berkumpul di dekat itu. Pada saat itujumlah penumpang limaratus jiwa lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak tenggelam,sedangkan perahu berikut isinya tenggelam ke dasar laut. Lalu orang itu berkata:"Tak apalah harta kalian menjadi korban asalkan kalian semua selamat." "DemiAllah, kami ingin tahu, siapakah nama Tuan? "Tanya kami. "Uwais al-Qorni," jawabnyadengan singkat.
"Sesungguhnya harta yang ada di kapal tersebut adalah milik orang-orangfakir di Madinah yang dikirim oleh orang Mesir," kata seorang penumpang.
"Jika Allah mengembalikan harta kalian. Apakah kalian akanmembagi-bagikannya kepada orang-orang fakir di Madinah?" tanyanya.
"Ya," jawab kami. Orang itu pun melaksanakan salat dua rakaat di atas air,lalu berdoa. Setelah Uwais al-Qorni mengucap salam, tiba-tiba kapal itu munculke permukaan air, lalu menumpanginya dan meneruskan perjalanan. Setibanya diMadinah, kami membagi-bagikan seluruh harta kepada orang-orang fakir diMadinah, tidak satupun yang tertinggal.
Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais al-Qorni telah pulang kerahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba-tiba sudah banyakorang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempatpembaringan untuk dikafani, di sanasudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orangpergi hendak menggali kuburnya. Di sanaternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menujuke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya. DanSyeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan, "ketika aku ikut mengurusi jenazahnyahingga aku pulang dari mengantarkan jenazahnya, lalu aku bermaksud untukkembali ke tempat penguburannya guna memberi tanda pada kuburannya, akan tetapisudah tak terlihat ada bekas kuburannya. (Syeikh Abdullah bin Salamah adalah orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa pemerintahan Umar. Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman.Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yangtak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwaisadalah seorang fakir yang tak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampaiketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu adaorang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kotaYaman tercengang.Mereka saling bertanya-tanya : "Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qorni ? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yamandengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Merekadatang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikatyang di turunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya. Barusaat itulah penduduk Yaman mengetahuinya siapa "Uwais al-Qorni" ternyata ia takterkenal di bumi tapi terkenal di langit.
Tuan! Hari ini banyak sekali kaum papa menegadahkan tangan. Jadilah bulanRamadan sebagai momentum untuk memposisikan tangan di bawah. Mereka tak maluminta sedekah dan tak segan mengharapkan belas kasihan. Sungguh mental merekakeropos, jiwa pengemis mereka subur. Hmmm... Bujang oh Bujang! **

Tikus Bermental Raja Hutan

on Thursday, August 12, 2010 at 5:38pm ·
(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN VOKAL, 13 AGUSTUS 2010)

Harimau! Berdiri bulu roma dibuatnya. Mendengarnya saja sudah takut rasanya,apalagi mendengar aumannya. Bisa terkencing-kencing dibuatnya. Mau berlaritidak bisa, sementara badan gemetar. Nyali ciut dan muka pucat pasi.
Sosok kucing besar yang suka memangsa manusia. Harimau berhati raja hutan.Hari ini banyak orang punya potensi, tetapi tak punya semangat. Badan besar,spirit kecil. Sungguh berbanding terbalik antara ukuran badan dengan motivasidalam diri. Bicara sampai ke langit, tapi karya tak sampai sekaki bukit.
Tersebutlah seekor tikus yang mengadu kepada Tuhan. "Ya ...Tuhan mengapaengkau jadikan aku tikus? Aku selalu dikejar-kejar kucing. Jadikanlah akukucing yang paling kuat supaya aku tidak perlu takut lagi." Tuhanmendengar doanya dan segera tikus itu menjadi kucing besar yang kuat.Setelah menjadi kucing, tikus ini merasa bangga dan dia menjadi kucing jagoan.Sampai akhirnya ketemu dengan anjing galak yang ditakutinya. Tikus inimenghadap lagi pada Tuhan. "Oh... Tuhan ternyata kucing itu lemah sekali. Cobajadikanlah aku anjing yang paling besar supaya aku bisa aman hidup di dunia ini."Dan Tuhan baik untuk menjadikannya anjing yang paling kuat.Maka si tikus yang jadi anjing sekarang paling jagoan di kampung. Tapi waktudia jalan-jalan ke hutan, dijumpainya harimau besar yang sangat mengerikan. Dialari pontang-panting.Dalam doanya si tikus berkata; "Sekali lagi Tuhan ... tolong saya, jadikanaku sebagai raja hutan. jadikan aku harimau supaya aku bisa mengalahkan semuabinatang lain."Tuhan menjawab: "Hai Tikus... selama hatimu tikus, sekalipun... badanjasmani kamu, status kamu, menjadi sebesar kucing, anjing, harimau atau apapun,keberanianmu tetaplah tikus. Lebih baik kamu berdoa supaya sekalipun badanmutikus, tetapi hatimu sekokoh harimau.  Sehinggasekalipun badanmu tikus, engkau tetap tidak akan ketakutan terhadap apapun."Itulah hidup Tuan! Kadang ingin seperti orang, tetapi bobot jiwa takdiperbaharui. Ingin hasilnya yang hebat, tetapi rasio kinerja takditingkatkan.  Mengharap hasil yang luarbiasa dengan tetap melakukan hal biasa adalah suatu kegilaan. Pilihan di tanganAnda; Mau seperti tikus namun berhati seteguh harimau? Atau seperti harimauberhati tikus.Fulan sekarang harimau di daerah kita lagi menganas.  Badannya besar, ganasnya seperti tajamtaringnya pula. Lantas bagaimana dengan kita yang akan dimangsanya. Apakah kitaakan menangkap, menguliti, dan menjual organ-organ tubuhnya? Hmmm...entahlahBujang! ***

Ini Penyesalan Tiada Tepi Tuan!

on Wednesday, August 11, 2010 at 4:03pm ·
(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN VOKAL 12 AGUSTUS 201O)

Tibalah masa anak-anak yatim dan telantar dikasihani. Diberi uang, pakaiandan lain sebagainya.Terasa benar Ramadan sebagai bulan rahmat dan berkah.Pejabat dan kalangan elitis lainnya berbondong-bondong menjenguk danmengumpulkan anak-anak malangtersebut.
Apakah betul para penyumbang dan pemberi perhatian itu sayang sama anakyatim? Apakah benar anak yatim mendapat tempat di hati mereka? Entahlah! Tapinyatanya sering tampak dermawan seperti basa-basi sosial saja dengan kebaikanyang dibuat. Cari nama atas nama suruhan agama. Niat hati lain, tampilan wajahberbeda. Menyantuni sebagai kamuflase belaka.
Sayang pada anak yatim, tentu tak sama dengan sayang pada anak sendiri.Sayang kepada darah daging saja kadangkala banyak sumbangnya. Katanya sayang,tapi perlakuanya benci. Lantas bagaimana pula dengan dermawan itu sendiri? Hehe he....biarkanlah Tuan!
Tapi pernahkah Tuan mendengar kisah seorang ayah dan ibu yang nelangsahatinya sepanjang waktu? Semuanya bermula dari kasih sayang. Begini ceritanya;ada sepasang suami isteri di kotabesar dan meninggalkan anak pada pembantu rumah sewaktu mereka bekerja. Anaktunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Sendiriania di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur.Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupunmemetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.
Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempatmobil ayahnya diparkirkan, tetapi karena lantainya terbuat dari marmer makacoretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya... karenamobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak inipun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.
Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena ingin menghindarimacet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih kesebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri,lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian ituberlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.
Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yangbaru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapakyang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, "Kerjaan siapa ini!!!"Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari keluar. Dia jugaberistighfar. Mukanya merah padam ketakutan lebih-lebih melihat wajah bengis Tuannya.Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ' Sayatidak tahu..tuan." "Kamu di rumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?"hardik si isteri lagi.
Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar darikamarnya. Dengan penuh manja dia berkata "Dita yg membuat gambar itu ayahhh..cantik ...kan!"katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa.. Si ayah yangsudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depanrumahnya, terus dipukulkannya berkali-kali ke telapak tangan anaknya. Si anakyang tak mengerti apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puasmemukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.
Sedangkan si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puasdengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harusberbuat apa. Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian gantitangan kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembanturumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.
Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecilluka-luka dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambilmenyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jeritmenahan pedih saat luka-lukanya itu terkena air. Lalu si pembantu rumahmenidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersamapembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembanturumah mengadu ke majikannya. "Oleskan obat saja!" jawab bapak si anak.
Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskanwaktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tigahari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu jugabegitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. "Dita demam,Bu"...jawab pembantunya ringkas. "Kasih minum panadol saja," jawab si ibu.Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihatanaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamarpembantunya. Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan Tuannya bahwasuhu badan Dita terlalu panas. "Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00sudah siap" kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawake klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannyasudah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak danibu anak itu. "Tidak ada pilihan.." kata dokter tersebut yang mengusulkan agarkedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksiakut. "Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannyaharus dipotong dari siku ke bawah" kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikanterkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar,tapi apa yg dapat dikatakan lagi.
Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mataisterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dariruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangiskesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih.Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkandahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anakbersuara dalam linangan air mata. "Ayah.. ibu... Dita tidak akan melakukannyalagi.... Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi... Dita sayangayah.. sayang ibu," katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasasedihnya. "Dita juga sayang Mbok Narti.." katanya memandang wajah pembanturumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.
"Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak akanmengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti?... Bagaimana Dita maubermain nanti?... Dita janji tidak akan mencoret-coret mobil lagi," katanyaberulang-ulang. Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya.Meraung-raung dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusiadapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itumeneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapatangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf.
Tahun demi tahun kedua orang tua tersebut menahan kepedihan dan kehancuranbatin sampai suatu saat sang Ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafatdiiringi tangis penyesalannya yang tak bertepi, Namun... si anak dengan segala keterbatasandan kekurangannya tersebut tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalumerindukan ayahnya.
Kata orang, terkadang manusia lebih sayang pada mangga yang jatuh ketimbanganaknya sendiri. Tatkala mangga jatuh, mereka cium dengan segala kertarikan.Akan tetapi ketika anak jatuh dari tangga, mereka memarahinya. Sungguh dramakasih sayang yang ganjil dan aneh Tuan! **

Kita Mati Bersama Duhai Sayang

on Monday, August 9, 2010 at 3:38pm ·
(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN VOKAL,10 AGUSTUS 2010)

Usai kubunuh istriku, aku melakukan harakiri. Kubunuh orang yang kusayangi, kuhabisi pula nyawa sendiri. Mati bersama dalam pembantaian dua tangan. Begitu alur yang ditempuh sepasang suami istri di Pelalawan.
Sesungguhnya hal yang sama pernah pula terjadi Jakarta Timur. Korbannya pemain sinetron Bajaj Bajuri dan Rahasia Ilahi, Leny Nura Ena (35). Dia tewas dibunuh suaminya sendiri, Hasanudin (37) beberapa waktu lalu. Seusai menghabisi nyawa istrinya, Hasanudin melakukan harakiri.
Pria itu menusuk perutnya dengan pisau dan memotong urat nadi tangan kirinya. Namun nyawa Hasanudin tertolong karena keburu ketahuan oleh anak dan tetangganya. Hasanudin cemburu karena istrinya selingkuh dengan seorang fotografer.
Kisah tragis tersebut diawali oleh kepergian Leny yang dikenal sebagai figuran di beberapa sinetron. Selama sepekan, ia tidak pulang ke rumah. Menurut pengakuan Hasanudin kepada polisi yang memeriksanya, ia sudah curiga istrinya menyeleweng. Oleh karena itu, dia berusaha menghubungi Leny. Istrinya mengaku dua kali bercinta dengan seorang fotografer. Inilah pangkal balanya.
Lain pula di India. Di sana terjadi bunuh diri massal 1.500 petani karena gagal panen. Mereka sudah menyerah dan terjerat utang dari renternir . Lantaran itu mereka nekat menghabisi hidupnya. Chattisgarh adalah tempat untuk mendapatkan makan karena chattisgarh adalah tempat untuk bercocok tanam yang sudah turun menurun dari kakek buyut mereka. Dan ini sangat tragis sekali mereka mengakhiri hidupnya juga di tempat chattisgrh, yang sehariannya mereka mendapatkan makan di tempat itu.
Karena tempat chattisgarh yang berada di india ini mengalami kekeringan yang melanda tempat itu dan juga mereka banyak hutang di mana-mana hingga di rinternir, karena tempat chattisgrh penduduknya juga banyak sekali yang miskin dan kekurangan makan akibat kekeringan air yang melanda tempat itu sudah hampir beberapa bulan yang lalu.
Dan tahun 2008 juga banyak yang mengakhiri hidupnya (bunuh diri) sekitar 125000 orang yang sudah tamat di tangannya sendiri dengan kasus yang sama . Bharatendu Prakash, dari Organic Farming Association of India mengatakan, "ini jalan satu-satunya untuk mengakhiri masalahnya denga renternir dengan bunuh diri, yang sudah di langsir oleh press TV.
Fulan oh Fulan! Harakiri samurai harakiri pula kita. Orang bunuh diri untuk sebuah kehormatan yang diyakini, kita tewas karena nafsu dan amarah. Dimakan cacing juga kita akhirnya Fulan! ***

Raja Bersyukur Ibu Jarinya Putus

on Sunday, August 8, 2010 at 8:38pm ·
(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN VOKAL, 9 AGUSTUS 2010)

Banyak keluh kesah di negeri ini. Mulut-mulut penghuni republik banyak mengumpat. Jika tak dapat proyek, marah, mengancam dan mengeluarkan sumpah serapah. Cari salah sini dan sana. Semuanya dilihat dari segi negatif.
Sebagai rekanan kerja pemerintahan sudah begitu emosi. Apalagi diri seorang raja. Jika kapasitas penguasa disandang, alamat terulang kisah raja zalim. Dahulu kala seorang raja memiliki kawan yang selalu optimis, yang melihat segalanya dari kacamata positif sehingga segalanya tampak lebih baik. Raja sangat menyukai kawan yang satu ini. Bersamanya, selalu ada keceriaan sehingga hatinya terhibur.
Suatu hari, raja mengajak kawan tersebut untuk berburu. Sang kawan bertugas membawa senapan-senapan sang raja dan mengisi pelurunya. Dalam perburuan itu, raja melihat seekor rusa jantan, yang segera dikejarnya dengan mengendarai kuda, sementara sang kawan, di atas kuda yang lain mengikutinya sambil memberikan senapan sang raja. Naas bagi raja, rupanya senapan tersebut tidak terkunci dan ketika berpindah ke tangannya, picunya tertarik dan raja menembak kakinya sendiri.
Raja terjatuh dari kuda, kaki kanannya berlumuran darah. Sambil mengerang kesakitan, ia melihat bahwa Ibu jari kakinya putus tertembak. Sang kawan turun dari kuda dan mendekati sang raja, tetap dengan sikapnya yang ceria. Ia berusaha menghibur raja, “Tak apa-apa” katanya, “Baginda bisa saja terluka lebih parah. Ini hal yang baik”.
Bukan main marahnya raja mendengar komentar tersebut, segera ia memerintahkan pengawalnya untuk memenjarakan sang kawan. Itu hukuman yang setimpal karena menyebabkan raja kehilangan ibu jari kakinya.
Selang beberapa tahun kemudian, raja kembali berburu. Kali ini, karena asyiknya, rombongan raja tersesat, melewati perbatasan negaranya dan akhirnya ditangkap oleh suku kanibal.
Bukan main takutnya sang raja, Ia sudah melihat beberapa pengawalnya sudah mengalami nasib yang mengerikan, dipanggang untuk menjadi makanan lezat bagi seluruh anggota suku. Dan kini tiba gilirannya. Ia melihat api unggun sudah disiapkan di luar gubuk, ia memohon agar dibebaskan, menawarkan harta dan wilayah, tetapi suku kanibal itu tak menggubrisnya.
Tetapi, ketika suku tersebut melucuti pakaiannya, mereka tiba-tiba berhenti dan berteriak, bicara satu sama lain dalam bahasa yang tak dimengerti raja, sambil menunjuk-nunjuk ibu jarinya yang cacat. Akhirnya, raja mengetahui bahwa suku kanibal tersebut mempunyai pantangan untuk tidak memakan manusia yang anggota tubuhnya tidak lengkap. Mereka meyakini bahwa anggota tubuh yang hilang tersebut akan datang mencari dan menghantui mereka.
Raja kemudian dibebaskan, ia satu-satunya yang selamat dalam rombongan tersebut.
Sepanjang jalan ke ibukota, raja memikirkan kejadian yang dialaminya. Ia teringat akan ucapan sahabatnya dan sekarang ia bisa menerima bahwa benar kawannya dahulu, kecelakaan itu adalah ‘hal yang baik’. Terbayang apa yang telah ia lakukan kepada sahabat baiknya itu dan ia sangat menyesal.
Sesampainya di ibukota, ia segera mendatangi penjara dan memerintahkan agar sahabatnya itu dibebaskan. Dilihatnya, kawannya tampak kurus dan pucat, walau tetap ceria. Ia sangat terharu. Dipeluknya sang sahabat seraya memohon maaf atas kesalahannya, ia ceritakan pengalaman yang baru saja terjadi.
“Sahabat, sungguh-sungguh aku menyesal. Engkau memang benar. Kehilangan ibu jari kaki itu hal yang baik, mohon engkau maafkan aku atas perlakuan yang engkau terima selama ini” . “Tak apa-apa, baginda” ujar kawannya sembari tersenyum, “Ini hal yang baik”. “Bagaimana ini jadi hal yang baik?” ujar raja heran. “Engkau dipenjarakan disini, kehilangan kebebasanmu, statusmu, harus hidup bersama sampah masyarakat selama ini?”
“Tentu saja ini hal yang baik, baginda” ujar temannya sambil tersenyum lebar, “Jika saya tidak dipenjarakan, maka pasti saya ikut rombongan baginda berburu….”
Terkadang itulah diri kita Tuan! Ego kita berkuasa atas kemurnian kata hati. Jiwa diperbudak emosi membara. Kita kehilangan kearifan Tuan demi segumpuk uang dan impian. Entahlah Bujang! ***

Jangan Tidur di Rumah Tuhan

on Thursday, August 5, 2010 at 3:31pm ·
(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN VOKAL, 6 AGUSTUS 2010)

Jangan tidur di masjid. Sudahlah rehatnya berjam-jam di malam hari, disambung pula lelapnya di rumah Tuhan. Hmmm…nyaris sepanjang hari tidur terus. Istirahat di masjid, jelas berdampak.
Bupati Rohul, Drs Achmad sudah mewanti-wanti para pangeran tidur. Keamanan, keindahan dan ketertiban masjid harus dijaga dari aksi para pangeran dimaksud. Masjid sejatinya sebagai tempat ibadah, setiap waktunya harus dipergunakan begitu.
Bagaimana negeri ini akan maju! Tidur masyarakat saja lebih lama dari kerja. Tak proposional dan masuk akal. Ingatlah dengan Ray Kroc, pemilik McDonald nan tersohor. Sejak umur 14 tahun, sosok sukses dan kaya tersebut hanya tidur 4 jam sampai 5 jam. Selepas sekolah pada usia 14 tahun, sudah membanting tulang dan bercucuran keringat.
Usai lima kali ganti pekerjaan, Kroc akhirnya menjadi salesman gelas kertas yang dijalani dari pukul 07.00 pagi hingga 15.00 sore. Dari 15.00 hingga 02.00 subuh Kroc menjadi pemain piano di sebuah orkestra. “Aku memang menginginkan kehidupan yang berkecukupan dan mapan. Karena itu, aku harus bekerja keras. Sangat keras!” katanya.
Dari 07.00 s/d 15.00 ada 8 jam. Dari 15.00 s/d 02.00 ada 11 jam. Jadi, Kroc harus bekerja 8+11 jam = 19 jam. Berarti pula Kroc hanya tidur 4-5 jam setiap hari! Wajar kalau Kroc akhirnya menderita banyak penyakit: gula, rematik, kehilangan sebagian kantung empedu, kelenjar gondok dan lainnya. Tapi demi ambisi besar, semua penyakit itu tidak dia hiraukan!
Ray Kroc lantas tertarik mencari kekayaan di El Dorado, Miami. Dia pun pergi ke sana, lalu jadi salesman real estate untuk WP Morgan & Son.
Kembali Kroc sukses. Tapi bisnis real estate itu segera pudar, bahkan tidak menguntungkan. Kroc kembali ke Chicago lagi, dan kembali menjadi salesman kertas. Dari usia 25 hingga 35 tahun, Kroc menjadi salesman gelas kertas yang paling jago, sehingga dapat bonus mobil. Tapi perusahaan guncang, sehingga semua pegawai harus dipotong gajinya, atau diturunkan. Kroc protes keras, karena dia merasa menjadi penghasil keuntungan besar bagi perusahaan, tapi kenapa harus diturunkan gajinya.
Tak ada kompromi, Kroc pun keluar. Bos nya berpikir sepuluh kali, dan akhirnya membenarkan Kroc, dia penghasil keuntungan terbesar. Kalau dia pergi, perusahaan justru yang akan rugi. Kroc diterima lagi dengan gaji utuh, tidak termasuk yang dipotong! Sampai akhirnya Kroc bertemu Earl Prince yang menghasilkan alat Multi Mixer yang sangat bermanfaat, khususnya untuk penjual es krim. Kroc menjadi agen tunggalnya, dengan pembagian keuntungan 50:50. Kembali Kroc menunjukkan diri sebagai salesman ampuh. Dia mampu menjual 8.000 unit Multi Mixer!
Salah satu langganan Kroc adalah McDonald bersaudara, Maurice dan Richard, yang menjual hamburger. Ketika Kroc berkesempatan bertemu langsung dan melihat restoran McDonalad, dia kaget: restoran itu tidak memadai. Luasnya hanya 20 meter persegi. Keadaannya tidak begitu mengesankan, meski pembelinya banyak. “Kenapa tidak membuka restoran semacam ini di tempat lian?” tanya Kroc. Tujuannya hanya agar Multi Mixer nya makin laku. “Mengurus sebuah restoran saja sudah repot. Menambah tempat berjualan berarti menambah kerepotan. Dan lagi siapa yang akan membuat tempat baru itu bagi kami?” tanya McDonald. “Bagaimana kalau saya saja?” tantang Kroc. “Setuju.” Mereka pun kemudian membuat kontrak.
Kontrak itu menyebutkan: Kroc akan menerima 1,9 persen dari penjualan kotor setiap toko (franchise). Kroc juga akan menerima 950 dolar dari setiap franchise yang dibangun. Kontrak itu berlaku selama 10 tahun. Tapi karena perkembangannya bagus kontrak itu diubah menjadi: berlaku selama 99 tahun!
Mulailah `kisah ajaib` McDonald. Satu demi satu restoran McDonald dibangun. Ray Kroc menetapkan persyaratan: setiap toko menjual hamburger sama besarnya, sama rasanya, sama bersih tempatnya, juga sama bagus pelayanannya. Toko kedua dibangun, dan sukses. Ditambah 8 toko baru. Eh, sukses juga.
Ray Kroc mulai berpikir: toko-tokonya itu sukses, tapi bukan dia pemiliknya. Karena itu Kroc mengontak McDonald bersaudara, untuk `membeli` kontraknya. McDonald menyebut angka 2.700.000 dolar. Kroc hampir pingsan. Dia tak mungkin bisa mengumpulkan uang sebanyak itu. Tapi melihat prospeknya, Kroc merasa `harus berani membayar seperti yang diminta McDonald bersaudara.` Caranya: utang!
Kroc memperkirakan, utangnya baru akan lunas pada 1991. Eh, ternyata pada 1972 semuanya sudah beres! Lunas. Berarti McDonald kini milik Kroc seorang. Kroc makin menggila dalam menjual `McDonald` nya. Dan benar, pada 1977 saja, sudah tergelar 4.177 restoran McDonald di seluruh AS dan 21 di luar negeri. Saat itu total penjualan mencapai 3 miliar dolar! Ray Kroc, yang hanya sekolah sampai usia 14 tahun, akhirnya mencapai cita-citanya menjadi orang kaya. Jadi jutawan. Dan siapa sangka sekarang setiap 4 menit sekali ada satu gerai McDonald dibuka di dunia!
Ternyata sukses itu milik pekerja cerdas dan mengurangi jatah tidurnya. Bukan orang yang bergadang di malam hari, tidur di siang hari. Sesungguhnya bila dihitung-hitung waktu yang kita miliki dengan waktu yang dimiliki orang yang berprestasi adalah sama. Sehari 24 jam, 1440 menit dan 86400 detik, 7 hari dalam seminggu, dan seterusnya. Kata Imam Al-Ghazali, kalau orang umurnya rata-rata 60 tahun dan menjadikan 8 jam sehari untuk tidur, dalam 60 tahun ia telah tidur selama 20 tahun. Luar biasa. Lantas bagaimana dengan diri kita? Entahlah Bujang! ***

Si Kikir Berdiplomasi Sama Malaikat Maut

on Wednesday, August 4, 2010 at 8:12pm ·
(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN VOKAL, 5 AGUSTUS 2010)

Jangan cari pejabat di kantor manakala hari Jumat. Bakal langka bertemu Tuan dan Puan! Ini Riau Fulan! Tatkala akhir pekan tiba, petingi itu berduyun-duyun ke pusat ibukota provinsi. Di daerah tempat mereka berkuasa, minus tempat hiburan.
Sepanjang hari awal pekan hingga akhir pekan mereka mendedikasikan tenaga dan pikiran untuk kerja. Sembari mengumpulkan rupiah demi rupiah. Usai itu pergi bersenang-senang dengan keluarga atau menikmati hidup dengan segala kenikmatannya.
Memperhatikan gaya seperti itu, seorang kawan menceritakan soal kisah si kikir berunding dengan Malaikat Maut. Begini kisahnya kawan; setelah bekerja keras, berdagang dan menjadi rentenir, si kikir telah menumpuk harta, hingga hartanya jika dihitung-hitung mencapai tiga ratus ribu dinar.
Ia memiliki tanah luas, beberapa gedung, dan segala macam harta benda.
Kemudian ia memutuskan untuk beristirahat selama satu tahun.
Hidup nyaman, dan kemudian menentukan tentang masa depannya.
Tetapi, segera setelah ia berhenti mengumpulkan uang, Malaikat Maut muncul di hadapannya untuk mencabut nyawanya. Si kikir pun berusaha dengan segala daya upaya agar Malaikat Maut itu tidak jadi menjalankan tugasnya. Si kikir berkata, “Bantulah aku, barang tiga hari saja. Maka aku akan memberimu sepertiga hartaku.
Malaikat Maut menolak, dan mulai menarik nyawa si kikir.
Kemudian si kikir memohon lagi, “Jika engkau membolehkan aku tinggal dua hari saja, akan kuberi engkau dua ratus ribu dinar dari gudangku.”
Tetapi lagi-lagi Malaikat Maut pantang menyerah dan tak mau mendengarkannya. Bahkan ia menolak memberi tambahan satu hari demi tiga ratus ribu dinar dari si Kikir. Akhirnya si kikir menulis berkata, “Kalau begitu, tolong beri aku waktu untuk menulis sebentar.”
Kali ini Malaikat Maut mengijinkannya, dan si kikir menulis dengan darahnya sendiri:
“Wahai manusia, manfaatkanlah hidupmu. Aku tidak dapat membelinya dengan tiga ratus ribu dinar. Pastikan engkau menyadari nilai dari waktu yang engkau miliki.
Di ujung kisah, kawan tukang cerita itu tampak alim pula. Ia mengatakan, sesungguhnya setiap manusia itu tambah hari tambah merugi, tambah tua tambah merugi, kecuali orang-orang yang produktif. Semakin meningkat kualitas ibadahnya, setiap waktu semakin meningkat kemampuan dirinya, sehingga kehadirannya di dunia menjadi jalan nasihat bagi orang lain, tutur kata dan perilakunya selalu mencerminkan pribadi seorang muslim yang selalu dihiasai dengan kebenaran dan kesabaran. (*)

Rindu Sosok Pygmalion Saat Ramadan

on Tuesday, August 3, 2010 at 11:11am ·
(TULISAN INI DIPUBLIKASI DI HARIAN VOKAL, 4 AGUSTUS 2010)

Rumah makan dan sejenisnya sudah jadi ajang prasangka ketika Ramadan tiba. Orang yang merasa berpuasa secara benar gerah melihat orang yang tidak berpuasa. Malah menganjurkan memperluas sebaran tulisan “Haram Orang Islam Masuk ke Dalam”. Sungguh terkesan terjebak prasangka buruk. Su'udzon bahasa agamanya.
Kewajiban mengingatkan tampaknya telah membuat orang terjebak dalam sangkaan negatif. Kalau begini, kerinduan akan Pygmalion, seorang tokoh Kisah Romance di Lima (1913) memuncak. Tersebutlah Pygmalion dikenal sebagai orang yang suka berpikiran positif. Ia memandang segala sesuatu dari sudut yang baik. Apabila lapangan di tengah kota becek, orang-orang mengomel. Tetapi Pygmalion berkata, “Untunglah, lapangan yang lain tidak sebecek ini.” Ketika ada seorang pembeli patung ngotot menawar-nawar harga, kawan-kawan Pygmalion berbisik, “Kikir betul orang itu.” Tetapi Pygmalion berkata, “Mungkin orang itu perlu mengeluarkan uang untuk urusan lain yang lebih perlu”. Ketika anak-anak mencuri apel dikebunnya, Pygmalion tidak mengumpat. Ia malah merasa iba, “Kasihan, anak-anak itu kurang mendapat pendidikan dan makanan yang cukup di rumahnya.”
Itulah pola pandang Pygmalion. Ia tidak melihat suatu keadaan dari segi buruk, melainkan justru dari segi baik. Ia tidak pernah berpikir buruk tentang orang lain; sebaliknya, ia mencoba membayangkan hal-hal baik dibalik perbuatan buruk orang lain.
Pada suatu hari Pygmalion mengukir sebuah patung wanita dari kayu yang sangat halus. Patung itu berukuran manusia sungguhan. Ketika sudah rampung, patung itu tampak seperti manusia betul. Wajah patung itu tersenyum manis menawan, tubuhnya elok menarik.
Kawan-kawan Pygmalion berkata, “Ah, sebagus- bagusnya patung, itu cuma patung, bukan isterimu.” Tetapi Pygmalion memperlakukan patung itu sebagai manusia betul. Berkali-kali patung itu ditatapnya dan dielusnya.
Para dewa yang ada di Gunung Olympus memperhatikan dan menghargai sikap Pygmalion, lalu mereka memutuskan untuk memberi anugerah kepada Pygmalion, yaitu mengubah patung itu menjadi manusia betul. Begitulah, Pygmalion hidup berbahagia dengan isterinya itu yang konon adalah wanita tercantik di seluruh negeri Yunani. Nama Pygmalion dikenang hingga kini untuk mengambarkan dampak pola berpikir yang positif.
Fulan! Manakala kita memperlakukan seorang anak sebagai anak yang cerdas, akhirnya dia betul-betul menjadi cerdas. Jika kita yakin bahwa upaya kita akan berhasil, besar sekali kemungkinan upaya dapat merupakan separuh keberhasilan.
Dampak pola berpikir positif itu disebut dampak Pygmalion. Pikiran kita memang seringkali mempunyai dampak fulfilling prophecy atau ramalan tergenapi, baik positif maupun negatif. Kalau kita menganggap tetangga kita judes sehingga kita tidak mau bergaul dengan dia, maka akhirnya dia betul-betul menjadi judes. Kalau kita mencurigai dan menganggap anak kita tidak jujur, akhirnya ia betul-betul menjadi tidak jujur. Kalau kita sudah putus asa dan merasa tidak sanggup pada awal suatu usaha, besar sekali kemungkinannya kita betul-betul akan gagal.
Pola pikir Pygmalion adalah berpikir, menduga dan berharap hanya yang baik tentang suatu keadaan atau seseorang. Bayangkan, bagaimana besar dampaknya bila kita berpola pikir positif seperti itu. Kita tidak akan berprasangka buruk tentang orang lain. Kita tidak menggunjingkan desas-desus yang jelek tentang orang lain. Kita tidak menduga-duga yang jahat tentang orang lain.
Kalau kita berpikir buruk tentang orang lain, selalu ada saja bahan untuk menduga hal-hal yang buruk. Jika ada seorang kawan memberi hadiah kepada kita, jelas itu adalah perbuatan baik. Tetapi jika kita berpikir buruk, kita akan menjadi curiga, “Barangkali ia sedang mencoba membujuk,” atau kita mengomel, “Ah, hadiahnya cuma barang murah.” Yang rugi dari pola pikir seperti itu adalah diri kita sendiri.Kita menjadi mudah curiga. Kita menjadi tidak bahagia. Sebaliknya, kalau kita berpikir positif, kita akan menikmati hadiah itu dengan rasa gembira dan syukur, “Ia begitu murah hati. Walaupun ia sibuk, ia ingat untuk memberi kepada kita.”
Kata Tuan dan Puan! Warna hidup memang tergantung dari warna kaca mata yang dipakai. Kalau memakai kaca mata kelabu, segala sesuatu akan tampak kelabu. Hidup menjadi kelabu dan suram. Tetapi kalau memakai kaca mata yang terang, segala sesuatu akan tampak cerah. Kaca mata yang berprasangka atau benci akan menjadikan hidup penuh rasa curiga dan dendam. Tetapi kaca mata yang damai akan menjadikan hidup kita damai. Itu dia Bung! Perilaku orang di bulan Ramadan harus dilihat dari kaca mata Nabi, bukan dirimu wahai Fulan! ***