(TULISAN INI DIPUBLIKASI HARIAN PAGI VOKAL, 25 JUNI 2011)
Fulan
sudah berencana jadi khatib Jumat di sebuah masjid. Layaknya seorang
khatib, semuanya sudah disiapkan. Pakai baju bersih dan bagus pun sudah.
Bercukur sedari pagi dan potong kuku sebelum matahari merangkak naik.
Bahan
akan yang disampaikan pun sudah dikonsep. Sudah terbayang bagaimana
dahsyatnya kalau tema yang dikupas dipaparkan di hadapan jamaah.
Coba
bayangkan sama Tuan! Fulan mengangkat perkara kehidupan menuju neraka.
Dalam suatu riwayat bahwa pada hari kiamat nanti ada suara yang menyeru:
“Hadirkan Fir’aun ke mari. Tak lama kemudian Fir’aun datang.
Topinya terbuat dari api neraka, pakaiannya baju gatharan atau tir,
sedangkan tunggangannya seekor babi. Tiba-tiba ada seruan lagi: Mana
orang-orang yang sombong dan takabur? Merekapun pada berdatangan, lantas
berangkat ke neraka bersama-sama di bawah pimpinan Fir’aun.
Seruan
kedua datang menyusul: Mana Qabil? Sekejap Qabil sudah dihadirkan.
Setelah itu ada seruan untuk umum: Mana orang-orang yang pendengki?
Berduyun-duyun mereka berdatangan. Mereka berkemas berangkat ke neraka
bersama Qabil yang menjadi pemimpinnya.
Seruan ketiga tak kalah
kerasnya: Mana Ka’ab bin Asyraf, pemuka ulama Yahudi? Ka’ab pun segera
dihadirkan. Kemudian menyusul seruan berikutnya: Mana orang-orang yang
menyembunyikan kebenaran dan ilmu? Setelah berkumpul, para malaikat
menggiring mereka ke neraka, sedangkan Ka’ab berada di depan sebagai
pemimpinnya.
Seruan keempat bertiup keras lagi: Mana Abu Jahal?
Tak terlalu lama Abu Jahal sudah hadir. Seperti sebelumnya, segera
disusul seruan berikutnya: Mana orang-orang yang mendustakan Allah dan
Rasul-Nya? Mereka berjalan menuju neraka dipimpin oleh Abu Jahal.
Seruan
kelima pun terdengar lagi: Mana Walid bin Mughirah? Walid datang,
disusul kemudian seruan lagi: Mana orang-orang yang selalu mengejek kaum
muslimin yang fakir? Walid menjadi pemuka mereka menuju neraka.
Seruan
keenam berdengung kembali: Mana Ajda, seorang yang celaka akibat
kegandrungannya pada perbuatan liwath yang menjadi tradisi kaum Nabi
Luth? Ajda pun datang, menyusul seruan berikutnya: Mana orang-orang yang
melakukan liwath? Merekapun diseret ke neraka oleh para malaikat, dan
Ajda menjadi pemimpinnya.
Untuk ketujuh kalinya seruan itu
berkumandang lagi: Mana Umru’ul Qais? Seperti sulapan, iapun didatangkan
dalam waktu sekejap saja. Kemudian disusul seruan berikutnya: Mana
orang orang yang ahli sastra dan syair yang berdusta? Segera mereka
berkumpul, dan di bawah kepemimpinan Umru’ul Qais mereka berangkat
menuju neraka.
Seruan kedelapan lagi-lagi berkumandang: Mana
Musailamah Al-Kadzdzab? Diapun didatangkan, dan atas inisiatifnya
sendiri ia memanggil orang-orang yang mendustakan Alquran. Mereka
berangkat ke neraka bersama-sama.
Kini terdengar seruan yang
terakhir: Mana Iblis terkutuk? Tak lama Iblispun sudah berada di depan.
Seperti sudah mengerti maksud pemanggilannya, iapun berkata: “Wahai
Hakim Yang Maha Adil, datangkanlah kepadaku tentaraku, para mu’adzinku,
para pembacaku, mereka yang sejalan denganku, para menteriku, para ahli
fiqihku, para penjagaku, para pedagangku, dan para pemukul genderangku,
serta para penghalauku”!
Iblis terkutuk dan terusir ditanya,
siapakah para sekutumu itu? Dengan jujur iapun berkata: “Tentaraku
adalah mereka yang mempunyai sifat rakus, para mu’adzinku adalah
orang-orang yang salah bacaannya, sedangkan para pembacaku adalah mereka
yang berprofesi sebagai penyanyi. Adapun orang-orang yang sejalan
denganku adalah mereka yang mengiris muka dan tangannya kemudian diberi
nilai serta siapa saja yang ingin diperlakukan demikian.
Para ahli
fiqihku adalah mereka yang mengejek orang-orang yang mengusahakan
barang halal. Sedangkan para penjagaku adalah mereka yang mendatangi
lemari arak dan yang tidak mau membayarkan zakatnya. Adapun para
pedagangku adalah mereka yang memperdagangkan barbathah (barang dan
bunga terlarang), para pemukul genderangku adalah pemain musik,
sedangkan para penghalauku adalah mereka yang menanam pohon-pohon anggur
untuk dijadikan minuman memabukkan.”
Kemudian keluarlah seekor
ular yang panjang lehernya sejauh tujuh puluh tahun perjalanan. Ular itu
mengumpulkan mereka semua, lalu menggiringnya ke neraka. Situasi pada
saatnya benar-benar kacau. Semua orang panik memikirkan nasibnya
sendiri. Tidak ada yang hirau pada nasib orang lain. Semua ingin
membebaskan dirinya dari nasib buruk yang menimpanya, sementara tak
seorangpun di antara mereka yang tidak mengakui kesalahannya.
Inilah kehidupan akhirat! Inilah masa menuju pengadilan maha Adil. Lantas dimana dan apa diri kita sekarang ini wahai cucu Adam!
Sedang
asyik-asyik membaca bahan, berderinglah telepon Fulan! Rupanya dari
pengurus masjid. Kata sang pengurus, bapak tak jadi khatib, karena
asosiasi ulama setempat akan menurunkan anggotanya untuk jadi khatib
dengan membawa pesan penguasa.
Hmm…Fulan hanya bisa tertawa.
Beginilah ulama zaman sekarang. Ia dekat dengan lingkaran kekuasan dan
jadi juru bicara sang penguasa. Sedikit-sedikit pesan penguasa, pesan
penguasa tak sedikit. Lantaklah wahai pewaris nabi! ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar