Rabu, 30 Mei 2012

Anda Gagal Bila Berhenti Tuan!

on Thursday, July 29, 2010 at 4:38pm ·
(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN VOKAL, 30 JULI 2010)

Perlu pendidikan progresif dan berkarakter agar menjadi insan yang unggul dan bermartabat. Begitu benar kata Wakil Bupati Kampar, Teguh Sahono ketika berkunjung ke Ponpes At-Taufiq, Kecamatan Tapung.
Mulia kedengarannya. Tujuan pendidikan sejatinya memang begitu. Jangan out put lembaga pendidikan hanya bisa membuat orang cerdas, tapi miskin nilai dan moral. Orang pandai sudah begitu banyak, akan tetapi orang bermartabat jumlahnya langka. Malah keluaran pendidikan, banyak bermental rapuh, tak berdaya dan manja.
Gelombang generasi pemimpi telah lahir. Mimpi tanpa aksi. Banyak orang mempunyai impian, tapi hanya sedikit orang yang memiliki komitmen untuk mencapainya. Sebuah komitmen harus ada ‘burning desire’ (melipatgandakan keinginan), yang membuat orang mau melakukan apa saja untuk impian itu.
Mungkin kisah ini membantu pembangkitan spirit wahai Tuan! Tahun 1986 di New York diadakan lomba marathon internasional yang diikuti oleh ribuan pelari dari seluruh dunia. Sebuah lomba yang mengambil jarak 42 kilometer mengelilingi kota New York. Jutaan orang dari seluruh dunia ikut menonton acara tersebut melalui puluhan televisi yang merelainya secara langsung. Ada satu orang yang menjadi pusat perhatian, yaitu Bob Willen. Bob adalah seorang veteran perang Amerika, dan dia kehilangan kedua kakinya karena terkena ranjau saat perang di Vietnam. Untuk berlari, Bob menggunakan kedua tangannya untuk melemparkan badannya ke depan.
Dan lomba pun dimulailah. Ribuan orang mulai berlari secepat mungkin ke garis finish. Wajah-wajah mereka menunjukkan semangat yang kuat. Para penonton tak henti-hentinya bertepuk tangan untuk terus mendukung. Lima kilometer telah berlalu. Beberapa peserta nampak mulai kelelahan dan mulai berjalan kaki. sepuluh kilometer telah berlalu. Di sini mulai tampak siapa yang mempersiapkan diri dengan baik, dan siapa yang hanya sekadar ikut untuk iseng-iseng. Beberapa peserta yang kelelahan memutuskan berhenti dan naik ke bis panitia.
Sementara hampir seluruh peserta telah berada di kilometer ke-5 hingga ke-10, Bob Willen yang berada di urutan paling belakang baru saja menyelesaikan kilometernya yang pertama. Bob berhenti sejenak, membuka kedua sarung tangannya yang sudah koyak, menggantinya dengan yang baru, dan kemudian kembali berlari dengan melempar-lemparkan tubuhnya ke depan dengan kedua tangannya. Ayah Bob yang berada bersama ribuan penonton lainnya tak henti-hentinya berseru "Ayo Bob ….. Ayo Bob ……berlarilah terus". Karena keterbatasan fisiknya, Bob hanya mampu berlari sejauh 10 kilometer selama satu hari. Di malam hari, Bob tidur di dalam sleeping bag yang telah disiapkan panitia.
Akhirnya empat hari telah berlalu, dan kini adalah hari kelima bagi Bob Willen. Tinggal dua kilometer lagi yang harus ditempuh. Hingga suatu saat, hanya tinggal 100 meter lagi dari garis finish, Bob jatuh terguling. Fisik Bob benar-benar telah habis. Bob perlahan-lahan bangkit dan membuka kedua sarung tangannya. Tampak di sana tangan Bob sudah berdarah-darah. Dokter yang mendampinginya sejenak memeriksanya, dan mengatakan bahwa kondisi Bob sudah parah, bukan karena luka di tangannya saja, namun lebih ke arah kondisi jantung dan pernafasannya.
Sejenak Bob memejamkan mata. Dan di tengah-tengah gemuruh suara penonton yang mendukungnya, samar-samar Bob dapat mendengar suara ayahnya yang berteriak "Ayo Bob, bangkit! Selesaikan apa yang telah kamu mulai. Buka matamu, dan tegakkan badanmu. Lihatlah ke depan, garis finish telah di depan mata. Cepat bangun! Tunjukkan ke semua orang siapa dirimu, jangan menyerah! Cepat bangkit!!!"
Pelan-pelan Bob mulai membuka matanya kembali. Saat itulah matanya melihat garis finish yang sudah dekat. Semangat mulai membara kembali di dalam dirinya, dan tanpa sarung tangan, Bob melompat-lompat ke depan. "Ya, ayo Bob… satu lompatan lagi, Bob. Capailah apa yang kamu inginkan, Bob! teriak ayahnya yang terus berlari mendampinginya. Dan satu lompatan terakhir dari Bob membuat tubuhnya melampaui garis finish. Saat itu meledaklah gemuruh dari para penonton yang berada di tempat itu. Bob bukan saja telah menyelesaikan perlombaan itu, Bob bahkan tercatat di Guiness Book of Record sebagai satu-satunya orang cacat yang berhasil menyelesaikan lari marathon.
Beberapa saat kemudian, ketika ada puluhan wartawan yang menemuinya, Bob berkata "Saya bukan orang yang hebat. Anda tahu saya tidak punya kaki lagi. Saya hanya menyelesaikan apa yang telah saya mulai. Saya hanya mencapai apa yang telah saya inginkan. Dan kebahagiaan saya dapatkan bukan dari apa yang saya dapatkan, tapi dari proses untuk mendapatkannya. Selama lomba fisik saya menurun drastis, tangan saya sudah hancur berdarah darah. Tapi rasa sakit di hati saya terjadi bukan karena luka itu. Tapi ketika saya memalingkan wajah saya dari garis finish. Jadi saya kembali fokus untuk menatap goal saya. Saya rasa tidak ada orang yang akan gagal dalam lari marathon ini. Tidak masalah Anda akan mencapainya dalam berapa lama, asal Anda terus berlari. Anda disebut gagal bila Anda berhenti. Jadi janganlah berhenti sebelum tujuan Anda tercapai".
Luar biasa Tuan dan Puan! Semoga semangat membaja ini ada di dada kita, anak kita dan generasi negeri ini. Ayo bangkit Fulan! ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar