Rabu, 30 Mei 2012

Sekolah Beraroma Malaikat Pencabut Nyawa

on Thursday, July 1, 2010 at 6:03pm ·
(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN VOKAL, 2 JULI 2010)

Baca kisah anak anjing kecil lagi mungil di sebuah ladang wahai remaja Mandau yang ingin bunuh diri! Jika sudah kamu inap menungkan, barangkali keinginan untuk diterima di SMAN 2 Mandau, Bengkalis, tak akan membakar adrenalinmu untuk merampas hak Tuhan. Kamu tidak akan mengancam akan gantung diri, yang oleh orangtuamu disampaikan pula ke wakil rakyat. Heboh benar jadinya.
Biarlah sekolah itu menjadi lembaga pendidikan impian. Tetapi kamu tak mesti di sana belajar. Banyak tempat yang cocok dengan talentamu. Begini ceritanya anak muda. Tatkala anak anjing itu sedang berjalan-jalan di ladang pemiliknya. Seekor kuda terdengar memanggilnya. “Kamu pasti masih baru di sini, cepat atau lambat
kamu akan mengetahui kalau pemilik ladang ini mencintai saya lebih dari binatang
lainnya, sebab saya bisa mengangkut banyak barang untuknya, saya kira binatang
sekecil kamu tidak akan bernilai sama sekali baginya,” ujarnya dengan sinis.
Anjing kecil itu menundukkan kepalanya dan pergi, lalu dia mendengar seekor sapi
di kandang sebelah berkata; “Saya adalah binatang yang paling terhormat di sini. Nyonya di sini membuat keju dan mentega dari susu saya. Kamu tentu tidak berguna bagi keluarga di sini,” katanya dengan nada mencemooh.
Baru kata sampai, terdengar domba berteriak. “Hai sapi, kedudukanmu tidak lebih tinggi dari saya, saya memberi mantel bulu kepada pemilik ladang. Saya memberi kehangatan kepada seluruh keluarga. Tapi omonganmu soal anjing kecil itu, kayanya kamu memang benar. Dia sama sekali tidak ada manfaatnya di sini.”
Semua binatang di situ menceritakan betapa tingginya kedudukan mereka masing-masing. Ayam pun berkata bagaimana dia telah memberikan telur, kucing bangga bagaimana dia telah mengenyahkan tikus-tikus pengerat dari ladang itu. Semua binatang sepakat kalau si anjing kecil itu adalah mahluk tak berguna dan tidak sanggup memberikan kontribusi apapun kepada keluarga itu.
Terpukul sudah mental anjing kecil, lantas ia pergi ke tempat sepi dan mulai menangis menyesali nasibnya. Sedih rasanya sudah yatim piatu, dianggap tak berguna, disingkirkan dari pergaulan lagi.
Ada seekor anjing tua mendengar, lalu menyimak keluh kesahnya. “Saya tidak dapat memberikan pelayanan kepada keluarga di sini. Sayalah hewan yang paling tidak berguna disini.”
Sontak anjing tua merespon: “Memang benar bahwa kamu terlalu kecil untuk menarik pedati, kamu tidak bisa memberikan telur, susu ataupun bulu, tetapi bodoh sekali jika kamu menangisi sesuatu yang tidak bisa kamu lakukan. Kamu harus menggunakan kemampuan yang diberikan oleh Sang Pencipta untuk membawa kegembiraan.”
Malam itu ketika pemilik ladang baru pulang dan tampak amat lelah karena perjalanan jauh. Anjing kecil lari menghampirinya, menjilat kakinya dan melompat ke pelukannya. Sambil menjatuhkan diri ke tanah, mereka berguling-guling di rumput disertai tawa ria.
Akhirnya si Tuan memeluk dia erat-erat dan mengelus-elus kepalanya, seraya berkata: “Meskipun saya pulang dalam keadaan letih, tapi rasanya semua jadi sirna, bila kau menyambutku semesra ini, kamu sungguh yang paling berharga di antara semua binatang di ladang ini, kecil kecil kamu telah mengerti artinya kasih………”
Anak muda! Jangan berkecil hati jika kamu benar-benar tidak diterima di SMAN 2 Mandau. Bilamana kamu tidak bisa bersekolah seperti kawan-kawan kamu, bukan berarti kamu tidak bernilai. Nilaimu ada pada tekadmu! Bukan pada keinginanmu membunuh diri. Untuk apa sekolah di sana kalau kamu diterima lantaran ancaman bunuh diri. Sekolah favorit memang sarangnya malaikat pencabut nyawa. Kalau tidak nyawa sebenarnya yang diambil, urat malu yang ditarik. Hmmmm…Fulan oh Fulan! **

Tidak ada komentar:

Posting Komentar