Rabu, 30 Mei 2012

Si Fakir yang Populer di Langit

on Sunday, August 15, 2010 at 5:31pm ·
(TULISAN INI DISEBARLUASKLAN HARIAN VOKAL, 16 Agustus 2010)

Ia dinista layaknya peminta-minta. Pakaiannya kusam, sehelai menutup badandan selembar untuk berselendang. Pernah seorang hartawan dari Kuffah bermaksudmenghadiahinya pakaian baru. Hadiah diterima lalu ia kembalikan. "Akukhawatir, nanti sebagian orang menuduh aku, dari mana kamu dapatkan pakaianitu, kalau tidak dari membujuk pasti dari mencuri."
Namanya Uwais al-Qarni. Seorang pemuda bermata biru yang hidup di zaman NabiMuhammad SAW. Kefaqiran hidup telah menyelubunginya. Dagu hampir selalu nempelke dada, wajahnya itu banyak menuju tempat sujud. Rambutnya merah, pundaknyalapang panjang, berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerah-merahan, tangankanannya menumpang pada tangan kirinya, ahli membaca Alquran dan menangis.Matanya seolah dari gumpalan salju karena mudah meleleh air mata keakhiratan.Tiada orang yang menghiraukan, tak dikenal oleh penduduk bumi akan tetapisangat terkenal di langit.
Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili kecualihanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yangmasih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagaipenggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannyabersama Sang ibu. Bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganyayang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya. Kesibukannya sebagaipenggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta, tidak mempengaruhikegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan puasa di siang hari dan bermunajat dimalam harinya.
Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruanNabi Muhammad SAW. yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah,Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya. Islam mendidik setiap memeluknyaagar berakhlak luhur.Peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya sangat menarik hati Uwais,sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera memeluknya,karena selama ini hati Uwais selalu merindukan datangnya kebenaran. Banyaktetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke Madinah untuk mendengarkanajaran Nabi Muhammad SAW secara langsung. Sekembalinya di Yaman, merekamemperbarui rumah tangga mereka dengan cara kehidupan Islam.
Alangkah sedihnya hati Uwais setiap melihat tetangganya yang baru datangdari Madinah. Mereka itu telah "bertamu dan bertemu" dengan kekasih Allahpenghulu para Nabi, sedang ia sendiri belum. Kecintaannya kepada Rasulullahmenumbuhkan kerinduan yang kuat untuk bertemu dengan sang kekasih, tapi apalahdaya ia tak punya bekal yangcukup untuk ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan adalah sang ibu yang jika iapergi, tak ada yang merawatnya.
Hari berganti dan musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung membuathasrat untuk bertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri danbertanya dalam hati, kapankah ia dapat menziarahi Nabi dan memandang wajah beliaudari dekat? Tapi, bukankah ia mempunyai ibu yang sangat membutuhkanperawatannya dan tak tega ditingalkan sendiri, hatinya selalu gelisah siang danmalam menahan kerinduan untuk berjumpa. Akhirnya, pada suatu hari Uwaismendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agardiperkenankan pergi menziarahi Nabi SAW di Madinah. Sang ibu, walaupun telahuzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Beliau memaklumiperasaan Uwais. "Pergilah wahai anakku! Temuilah Nabi dirumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang."Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tak lupa menyiapkankeperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada tetangganya agardapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sambil menciumi sangibu, berangkatlah Uwais menuju Madinah yang berjarak kurang lebih empat ratuskilometer dari Yaman.Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli penyamun gurun pasir, bukit yangcuram, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan dan begitu panas di sianghari, serta begitu dingin di malam hari, semuanya dilalui demi bertemu dandapat memandang sepuas-puasnya paras baginda Nabi SAW. Tibalah Uwais al-Qarni dikota Madinah.Segera ia menuju ke rumah Nabi SAW, diketuknya pintu rumah itu sambilmengucapkan salam. Keluarlah Aisyah sambil menjawab salam Uwais. Segera sajaUwais menanyakan Nabi. Namun ternyata beliau SAW tidak berada di rumahmelainkan berada di medanperang. Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yangdirindukannya tak ada. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu, tapi,kapankah beliau pulang? Sedangkan masih terngiang di telinga pesan ibunya yangsudah tua dansakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman.
Karena ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah mengalahkan suarahati. Ia akhirnya dengan terpaksa mohon pamit kepada Aisyah Dia hanya menitipkansalamnya untuk Nabi SAW. Sepulangnya dari perang, Nabi SAW langsung menanyakan kedatanganorang yang mencarinya. Nabi menjelaskan bahwa Uwais al-Qarni adalah anak yangtaat kepada ibunya. Ia adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Nabi, Aisyahdan para sahabatnya tertegun sembari bertanya-tanya dalam hati soal tahunyaNabi dengan kedatangan Uwais. "Kalau kalian ingin berjumpa dengan Uwaisal-Qarni, perhatikanlah, ia mempunyai tanda putih di tengah-tengah telapaktangannya."
Sesudah itu Nabi memandang Ali dan Umar sembari bersabda; "Suatu ketika,apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalahpenghuni langit dan bukan penghuni bumi."
Singkat cerita, kekhalifahan berada di tangan Umar. Tatkala itu Umar mengingatkan Ali soal Uwais. Sejak itu, setiap ada kafilah yang datang dariYaman, beliau berdua selalu menanyakan tentang Uwais al-Qorni. Suatu ketika,Uwais al-Qorni turut bersama rombongan kafilah. Umar dan Ali mendatangi merekadan menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka. Rombongan mengatakan bahwa Uwaissedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, beliau berduabergegas pergi menemui Uwais. Sesampainya di kemah, Khalifah Umar  dan Ali memberi salam. Namun rupanya Uwaissedang melaksanakan salat. Setelah mengakhiri salatnya, Uwais menjawab salamkedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktuberjabatan, Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikankebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais. Memang benar! Diapenghuni langit.Siapakah nama saudara? "Abdullah," jawab Uwais.
Mendengar jawaban itu, kedua sahabatpun tertawa dan mengatakan : "Kami jugaAbdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya? "Uwaiskemudian berkata: "Nama saya Uwais al-Qorni". Dalam pembicaraan mereka,diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia barudapat turut bersama rombongan kafilah dagang.
Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali memohon agar Uwais berkenan mendoakan untukmereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah. "Sayalah yang harusmeminta doa kepada kalian".
Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata: "Kami datang ke sini untuk mohondoa dan istighfar dari Anda.. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni akhirnyamengangkat kedua tangannya, berdoa dan membacakan istighfar. Setelah ituKhalifah Umar r.a. berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Malkepada Uwais, untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menolak dengan halusdengan berkata: "Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untukhari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui oranglagi".
Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam tak terdengar beritanya.Tapi ada seorang lelaki pernah bertemu dan ditolong Uwais. Waktu itu pria itu sedangberada di atas kapal menuju tanah Arab bersama para pedagang. Tanpadisangka-sangka angin topan berhembus dengan kencang. Akibatnya hempasan ombakmenghantam kapal sehingga air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapalsemakin berat. Pada saat itu, ada melihat seorang laki-laki yang mengenakan selimutberbulu di pojok kapal yang ditumpangi. Kami memanggilnya. Lelaki itu keluardari kapal dan melakukan salat diatas air. Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu.
"Wahai waliyullah! Tolonglah kami!" kata orang itu tanpa direspon lelaki itu.Lalukami berseru lagi; "Demi Zat yang telah memberimu kekuatan beribadah, tolonglahkami!" Lelaki itu menoleh. "Apa yang terjadi?"
"Tidakkah engkau melihat bahwa kapal dihembus angin dan dihantam ombak?" tanya kami.
"Dekatkanlah diri kalian pada Allah!"katanya.
"Kami telah melakukannya." "Keluarlah kalian dari kapal dengan membaca basmalah"Keluar dari kapal satu per satu dan berkumpul di dekat itu. Pada saat itujumlah penumpang limaratus jiwa lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak tenggelam,sedangkan perahu berikut isinya tenggelam ke dasar laut. Lalu orang itu berkata:"Tak apalah harta kalian menjadi korban asalkan kalian semua selamat." "DemiAllah, kami ingin tahu, siapakah nama Tuan? "Tanya kami. "Uwais al-Qorni," jawabnyadengan singkat.
"Sesungguhnya harta yang ada di kapal tersebut adalah milik orang-orangfakir di Madinah yang dikirim oleh orang Mesir," kata seorang penumpang.
"Jika Allah mengembalikan harta kalian. Apakah kalian akanmembagi-bagikannya kepada orang-orang fakir di Madinah?" tanyanya.
"Ya," jawab kami. Orang itu pun melaksanakan salat dua rakaat di atas air,lalu berdoa. Setelah Uwais al-Qorni mengucap salam, tiba-tiba kapal itu munculke permukaan air, lalu menumpanginya dan meneruskan perjalanan. Setibanya diMadinah, kami membagi-bagikan seluruh harta kepada orang-orang fakir diMadinah, tidak satupun yang tertinggal.
Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais al-Qorni telah pulang kerahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba-tiba sudah banyakorang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempatpembaringan untuk dikafani, di sanasudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orangpergi hendak menggali kuburnya. Di sanaternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menujuke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya. DanSyeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan, "ketika aku ikut mengurusi jenazahnyahingga aku pulang dari mengantarkan jenazahnya, lalu aku bermaksud untukkembali ke tempat penguburannya guna memberi tanda pada kuburannya, akan tetapisudah tak terlihat ada bekas kuburannya. (Syeikh Abdullah bin Salamah adalah orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa pemerintahan Umar. Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman.Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yangtak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwaisadalah seorang fakir yang tak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampaiketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu adaorang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kotaYaman tercengang.Mereka saling bertanya-tanya : "Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qorni ? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yamandengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Merekadatang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikatyang di turunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya. Barusaat itulah penduduk Yaman mengetahuinya siapa "Uwais al-Qorni" ternyata ia takterkenal di bumi tapi terkenal di langit.
Tuan! Hari ini banyak sekali kaum papa menegadahkan tangan. Jadilah bulanRamadan sebagai momentum untuk memposisikan tangan di bawah. Mereka tak maluminta sedekah dan tak segan mengharapkan belas kasihan. Sungguh mental merekakeropos, jiwa pengemis mereka subur. Hmmm... Bujang oh Bujang! **

Tidak ada komentar:

Posting Komentar