Rabu, 30 Mei 2012

Hati-hati Men-judge Orang Tuan!

on Tuesday, August 31, 2010 at 12:47pm ·
(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN VOKAL, 1 SEPTEMBER 2010)

Deruk deram Kepala Imigrasi Bandara SSK II, M Wahidin kena caci. Perbuatannya telah membuat dia dihina. Kalanngan pimpinan di Imigrasi tidak menyangka kalau sosokk petugas yang tampilan luarnya baik, jadi pencandu sabu-sabu. Aibnya lagi, ditangkap di ruang kerja saat jam dinas.
Semua petinggi instansi tersebut geram. Mereka marah besar dengan perbuatan Wahidin. Manakala disimak, bahasa petinggi itu seperti bahasa orang suci. Orang tak pernah berdosa atau tercebur perbuatan terlarang. Hmm…hanya Tuhan yang tahu Fulan.
Manakala diinap-menungkan, pikiran teringat dengan peristiwa Nabi Isa. Sebagai utusan langit, beliau diminta untuk memutuskan hukuman pada seorang perempuan yang berzina. Begini ceritanya; Pagi-pagi benar sang Nabi berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada beliau. Ia duduk dan mengajar mereka. Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada beliau seorang perempuan yang kedapatan berbuat zina. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Isa; “Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zina. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?” Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai beliau, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan Isa. Tetapi Isa membungkuk lalu menulis dengan jari beliau di tanah. Ketika mereka terus-menerus bertanya kepada beliau, beliau pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Isa seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. Lalu Isa bangkit berdiri dan berkata kepadanya: “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?” “Tidak ada, Tuan.” Lalu kata Isa: “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”
Di negeri ini, banyak maling teraik maling. Pendosa menghakimi pendosa. Manusia berperilaku jelek memutuskan nasib seseorang. Tatkala palu vonis di tangan, walau tidak dalam kapasitas jadi hakim, dirinya seperti sosok suci tanpa debu. Bicara bak malaikat.
Fulan oh Fulan!  Itulah trik bagi orang munafik menyembunyikan kelakuan buruknya. Menyimpan bangkai perbuatan dengan tampil sok alim. Tuan! Akan datang suatu masa, giliran tuan akan tiba. Jika tabir sudah dibuka, Tuan akan merasakan pula menjadi orang yang dihakimi secara opini.
Bukankah negeri ini  baunya seperti kampung pendosa Fulan! ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar