Rabu, 30 Mei 2012

Merampas Gaya Yahudi

on Sunday, June 20, 2010 at 12:16am ·
(tulisan ini disebarluaskan harian vokal)

Tulisan di baleho demo warga Kampar itu menyentakkan ingatan. Pemerintah Kabupaten Rohul ditulis merampok lima desa yang sebelumnya masuk kawasan Kabupaten Kampar. Hmmm… perebutan kawasan secara administratif tersebut membuat banyak orang serta merta jadi terpikir soal Yahudi. Kata kuncinya merampas. Ya…merampas!
Dalam sebuah referensi yang ditulis Fadlil Said An Nadwi LC diketahui Yahudi secara sepihak membentuk sebuah negara di kawasan Timur Tengah. Masyarakat internasional menamakan Israel, rakyatnya disebut Jewish dan gerakannya disebut Zionis.
Kaum Yahudi-Israel memiliki sejarah yang panjang sejak ribuan tahun sebelum Masehi. Mereka terkenal kaum yang banyak pertanyaan, banyak tuntutan dan menentang para utusan Allah, bahkan menganiaya dan membunuhnya. Mereka adalah kaum terkutuk, seperti disebutkan dalam Alquran surah Al Maidah, ayat 78. Karena perbuatan dan sifatnya, mereka tiada pernah merasakan ketenangan dan harus menghadapi berbagai perlawanan sejak dahulu sampai sekarang dan sampai Hari Akhir nanti. Mereka pernah diperbudak oleh Firaun, lalu diselamatkan oleh Allah melalui Nabi Musa AS dan menetap di tanah Kan’an (Palestina sekarang). Setelah Nabi Musa meninggal, mereka berbuat berbagai kemungkaran, kerusakan dan pembunuhan, maka mereka mengalami bencana penindasan Bangsa Babilonia yang berhasil merampas daerah mereka pada tahun 586 SM. Dalam sebuah serangan yang dipimpin Nebukadnezar (Bukhtunsur). Dalam serbuan ini kurang lebih 70 ribu orang Bani Israel terbunuh dan sisanya dibawa ke Babilonia untuk diperbudak. Sesudah itu penguasa Macedonia, Syekh Iskandar Agung menguasahi Palestina, tepatnya tahun 320 SM.
Namun pada tahun 164 SM. Judas Makale dapat mencuri kekuasaan di Palestina, tetapi tidak lama kemudian Panglima tentara Roma bernama Pompeius merebut Palestina. Ketika Bangsa Romawi berkuasa inilah Isa Al Masih AS lahir kemudian menjalankan misi risalahnya dengan mendapat sokongan penguasa Romawi. Kaum Yahudi memusuhi Nabi Isa dan berusaha membunuhnya dan membuat kegaduhan di kota serta melakukan pemberontakan. Akhirnya pada tahun 70 M. pasukan Romawi yang dipimpin Titus yang kemudian menjadi kaisar ini berhasil menumpas orang-orang Yahudi dan ribuan orang-orang dari mereka terbunuh.
Ketika Anderianus menduduki tahta kerajaan Romawi tahun 117-138 M. sisa-sisa orang-orang Yahudi melakukan gerakan revolusi di kota Baitul Maqdis tapi berhasil ditumpas. Mereka banyak yang dibunuh dan sisanya diusir, tidak diperkenankan kembali ke Palestina. Tempat-tempat mereka dihancurkan tanpa bekas. Mereka yang berhasil menyelamatkan diri dari kejaran Anderianus mengembara ke berbagai penjuru dunia, ada yang pergi ke Rusia, Hunggaria, Inggris, Italia, Perancis, Jerman, Amerika, India dan lain-lain. Umumnya mereka tidak disukai warga setempat, karena mereka suka memeras, kikir dan suka merusak ketenangan warga setempat. Namun meski demikian, jumlah mereka makin bertambah dan mereka tetap mempertahankan identitas Yahudinya serta meyakini Palestina sebagai tanah airnya. Mereka selalu berusaha keras mencari upaya agar dapat kembali ke Palestina.
Pada tahun 1897, Theodore Herzl, penulis buku Jewish State menyelenggarakan sebuah konferensi yang membahas pentingnya orang-orang Yahudi menguasahi dunia dengan langkah pertama mendirikan negara di Palestina. Pada tahun 1902, Theodore Herzl dan Dr. Chaim Weizman melobi Sultan Turki Utsmani Abdul Hamid II agar memberi izin orang-orang Yahudi kembali ke Palestina, namun usaha itu ditolak mentah-mentah oleh Sultan, sebab beliau tidak ingin mencelakakan bangsa Arab di Palestina.
Tokoh-tokoh Yahudi sebelum perang dunia I (1914-1918) senantiasa melakukan lobi kepada para pemimpin negara-negara kuat, seperti Uni Soviet, Inggris, Perancis dan Italia, yang dalam sejarah disebut tentara sekutu Inggris yang melawan Jerman, Turki dan sekutunya. Pada 2 Nopember 1917, menteri luar negeri Inggris, J. Arthur Balfour, menulis surat atas nama Ratu Inggris kepada tokoh Yahudi di London bernama Rothschild yang isinya mendukung cita-cita untuk mendirikan suatu negara di Palestina untuk orang-orang Yahudi. Bangsa Rusia, Perancis dan Italia menyetujui pernyataan perjanjian tersebut. Orang-orang Yahudi pun sepakat membantu tentara sekutu menggempur Jerman dan Turki serta mengusirnya dari Palestina. Sebelum negara-negara Arab dilobi, kerajaan Inggris terlebih dahulu melobi Lord Kiehener, dan khususnya kepada Syarif Husain di Hejaz agar bersikap netral. Arthur Mac. memohon atas nama kerajaan Inggris, dalam korespondensinya dengan Syarif Husain ia memberi janji kemerdekaan untuk orang-orang Arab yang meme-rangi Turki. Pada tahun 1916 datanglah Lawrence ke Arab untuk berjuang bersama Amin Faishol melawan Turki.
Sebelum berlangsungnya perjanjian Arthur Mac. dengan Syarif Husain, sebenarnya negara-negara sekutu telah berencana membagi-bagi negara Islam. Czar Nicolas dari Rusia berkata kepada duta Perancis, Maurice Paleologue tentang keinginannya mengusahi Kostantinopel. Sir George Buchanan, duta Inggris di Rusia berjanji akan memberikan Kostantinopel dan Persia kepada Rusia usai perang. Italia dijanjikan Inggris dan Perancis beberapa wilayah kecil di Asia dan Afrika. Pada tahun 1916 Sir Mark Sykes dari Inggris dan M. George Picot dari Perancis melakukan kesepakatan untuk membagi wilayah kekuasaan Turki pasca perang. Inggris mendapatkan Mesopotania Selatan, Baghdad yang meliputi pelabuhan Haifa dan Yafa. Sedangkan Perancis mendapatkan Adama, daerah Anatalia Selatan sampai Eufrat dan seluruh pantai Syiria dan Lebanon. Rusia mendapatkan bagian Asia kecil sebelah timur. Adapun Palestina dijadikan daerah pengawasan internasional yang harus diurus untuk diberikan kepada orang-orang Yahudi nantinya yang turut membantu tentara sekutu.
Tentara sekutu mengerahkan serangan besar kepada tentara Turki. Tercatat 200 ribu tentara Inggris, Australia dan New Zaeland, dan 7 ribu tentara Perancis. Selain itu juga terdapat empat batalyon Legeon Yahudi di bawah pimpinan seorang berkebangsaan Inggris, Petterson dan tentara muslim di bawah pimpinan Lawrence dan Amir Faisal. Sebagaimana bunyi dalam perjanjian dengan Syarif Husain, Mac. memohon seluruh pasukan sekutu tersebut di bawah komando Jenderal Allenbey.
Setelah Turki nyata-nyata kalah dan daerah kekuasaannya dikapling tentara sekutu, termasuk Palestina (1918), terjadilah perpindahan besar-besaran orang-orang Yahudi dari berbagai negara ke Palestina. Arus imigrasi ini tidak dapat dicegah Inggris, karena Inggris terikat dengan Balvour Declaration yang memberi peluang berdirinya Jewish State.
Tentu saja masyarakat Arab Palestina memprotes keras isi Balvour Declaration dan arus kedatangan orang-orang Yahudi di Palestina. Pertentangan antara kedua belah pihak tidak bisa diselesaikan. Orang-orang Yahudi semakin beringas dan terus menindas rakyat Palestina. Sementara Inggris seolah menutup mata atas semua peristiwa kekejaman ini. Sesuai dengan rencana semula, Inggris akhirnya menyerahkan persoalan ini kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan alasan status Yerussalem sebagai kota suci Islam, Kristen dan Yahudi.
Pada tahun 1947 sidang umum PBB mengusulkan agar Yerussalem dan daerah sekitarnya di bawah suatu pemerintahan internasional di bawah PBB. Namun usulan itu ditolak oleh kedua belah pihak, baik pihak Palestina dan pihak Yahudi. Palestina menolak karena daerah itu adalah miliknya, sedangkan Yahudi menolak karena mereka merasa rencananya menjadi terhambat. Kemudian secara sepihak pada tanggal 14 Mei 1948 Yahudi zionis memproklamirkan berdirinya negara Israel. Tindakan sepihak Yahudi ini mendapat kecaman dunia internasional terutama negara-negara Arab, namun negara Israel tetap saja berdiri karena mendapatkan dukungan dari Amerika dan Inggris.
Apakah tulisan perampok yang ditulis pendemo itu ada kaitan maknanya dengan sifat Yahudi? Hmm…hanya si Fulan yang tahu itu! ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar