Rabu, 30 Mei 2012

Mimpi Suap dalam Suatu Tidur

on Monday, April 19, 2010 at 6:51pm ·
(tulisan ini disebarluaskan harian vokal dan riauhariini.com)

Di antara sadar dan tidak, tergiang seseorang membaca sabda nabi. Kata Penghulu Rasul itu; Allah melaknat penyuap dan yang menerima suap serta yang menjadi perantara.
Namun entah kenapa setiap aliran kalimat terdengar cukup jelas. Mata seolah-olah melihat ada sekelompok orang duduk melingkar. Tapi tidak berjubah, melainkan pakai celana lepis dan berbaju kaos oblong. Muka mereka jernih dan tampak aura kesucian.
Usai itu, di antara mereka mendadar ulang sejarah. Katanya, ada seorang sahabat nabi. Namanya Abdullah bin Rawahah, lengkapnya Abdullah bin Rawahah bin Tsa'labah Al-Anshari Al-Khazraji. Ia termasuk orang Anshar yang mengikrarkan keislamannya pada Baiatul Aqobah kedua. Semasa hidupnya, ia menerima tanggung jawab dari Rasulullah saw untuk menghitung hasil pertanian kaum Yahudi di Khaibar.
Suatu hari ketika ia hendak melaksanakan tugasnya, orang-orang Yahudi mengumpulkan perhiasan istri-istrinya agar pemeriksaan yang dilakukan oleh Abdullah bin Rawahah tidak menghambat perdagangan mereka.
Apalagi pertikaian antara umat Yahudi dan umat Islam kerap terjadi. Mereka khawatir dendam tersebut masih ada sehingga Abdullah bin Rawahah tidak bersikap adil kepada mereka. Diberikanlah seluruh perhiasan tersebut kepada Abdullah bin Rawahah seraya berkata, "Semua ini kami serahkan untukmu dan berikanlah kami keringanan dan permudahlah dalam menaksir!"
Melihat cara mereka memperlakukannya, Abdullah berkata, "Hai orang-orang Yahudi! Demi Allah. Kamu semuanya adalah makhluk Allah yang aku benci! Meskipun demikian, aku tidak akan mencurangi kalian. Kalian menawarkan kepadaku barang suap, sedangkan barang suap itu haram. Dan kami membenci memakan barang suap!"
Mendengar penolakan Abdullah, orang-orang Yahudi itu berkata, "Dengan sifat itu, langit dan bumi tegak berdiri."
Sontak saya terbangun. Kalimat terakhir itu disampaikan dengan nada tinggi. Barangkali itulah yang membuat alam tidur jadi terputus. Belum sempat benar mengusap mata, di dekat tempat tidur ada koran dengan judul berita “SMS Suap Rp 300 juta di HP Pengurus
PAN Pelalawan.
Entah makhluk gaib mana pula menyuplai gagasan suap ke alam bawa sadar saya. Atau memang para malaikat sengaja memasukan ke memori lelaki ini. Entahlah! Berselang beberapa jam kemudian, wartawan di Pelalawan melaporkan, ada yang mencak-mencak dengan berita tersebut sembari menebar ancaman maut kepada pewarta.
Serta-merta saya tersenyum. Lagi-lagi gaya klasik dipraktikan orang. Dalam berkelabat pikiran itu, saya berharap ada mimpi lagi. Mimpi tukang suap dan penerima suap menangis di lingkaran majelis pemuda bercelana lepis dan berkaos oblong. Ha ha ha…namanya juga mimpi Bujang. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar