Rabu, 30 Mei 2012

Jangan Tagih Utangmu Nak!

on Thursday, July 22, 2010 at 3:52pm ·
TULISAN SUDAH DIPUBLIKASI DI HARIAN VOKAL)

Pedas sekali harga cabe menjelang Ramadan. Malah lebih pedas dari rasanya barangkali. Begitu fenomena pasar setiap bulan ujian itu datang. Ada yang merespon dengan keluh kesah. Ada pula biasa-biasa saja. Belum berpuasa, testing hati sudah menghadang.
Itulah hidup kaum muslimin setiap tahun. Sebuah fenomena ditanggapi dengan presepsi yang berbeda. Manakala melihat dengan positif attitude, segala kesulitan sebenarnya adalah sebuah perjalanan membuat sukses. Namun nyatanya bisa juga terhanyut dengan adanya kesulitan karena rutinitas. Pilihan ada di tangan Anda.
Ada petuah bijak; berusaha melakukan hal biasa yang dikerjakan dengan cara yang luar biasa. Sekelabat dengan itu seorang ibu membacakan sebuah kisah menjelang tidur. Dahulu kala ada dua orang kakak beradik. Ketika ayahnya meninggal sebelumnya berpesan dua hal: pertama jangan menagih utang kepada orang yang berutang kepadamu, dan kedua, jika mereka pergi dari rumah ke toko jangan sampai mukanya terkena sinar matahari.
Waktu berjalan terus. Dan kenyataan terjadi, bahwa beberapa tahun setelah ayahnya meninggal anak yang sulung bertambah kaya sedang yang bungsu menjadi semakin miskin.
Ibunya yang masih hidup menanyakan hal itu kepada mereka. Jawab anak yang bungsu: Inilah karena saya mengikuti pesan ayah. Ayah berpesan bahwa saya tidak boleh menagih utang kepada orang yang berutang kepadaku, dan sebagai akibatnya modalku susut karena orang yang berutang kepadaku tidak membayar sementara aku tidak boleh menagih. Juga ayah berpesan supaya kalau saya pergi atau pulang dari rumah ke toko dan sebaliknya tidak boleh terkena sinar matahari. Akibatnya saya harus naik becak atau andong. Sebetulnya dengan jalan kaki saja cukup, tetapi karena pesan ayah demikian maka akibatnya pengeluaranku bertambah banyak
Kepada anak yang sulung yang bertambah kaya, ibupun bertanya hal yang sama Jawab anak sulung: Ini semua adalah karena saya mentaati pesan ayah. Karena ayah berpesan supaya saya tidak menagih kepada orang yang berutang kepada saya, maka saya tidak mengutangkan sehingga dengan demikian modal tidak susut. Juga ayah berpesan agar supaya jika saya berangkat ke toko atau pulang dari toko tidak boleh terkena sinar matahari, maka saya berangkat ke toko sebelum matahari terbit dan pulang sesudah matahari terbenam. Akibatnya toko saya buka sebelum toko lain buka, dan tutup jauh sesudah toko yang lain tutup. Sehingga karena kebiasaan itu, orang menjadi tahu dan tokoku menjadi laris, karena mempunyai jam kerja lebih lama.
Hmm….Tuan! Semua tergantung Anda! Mau dikemanakan hidup ini! **

Tidak ada komentar:

Posting Komentar