Rabu, 30 Mei 2012

Sekelabat Ingatan Perjamuan Terakhir

on Monday, May 3, 2010 at 8:00pm ·
(tulisan ini disebarluaskan harian vokal n riauhariini.com)

Ramai juga yang hadir dalam acara coffee morning yang diadakan Pemkab Siak, Senin (3/5) di Kantor bupati setempat. Ada insan pers dan lengkap dengan petingginya dan jamak pula dengan segenap pejabat teras di sana.
Judulnya minum kopi pagi, tetapi ada juga makanan. Mulai dari nasi putih plus dengan segala lauk pauknya. Terhidang pula nasi goreng dengan telur mata sapinya. Awalnya pikiran biasa-biasa saja. Galibnya sebuah acara seremonial, perasaan juga standar adanya.
Namun tatkala Bupati Arwin menyampaikan sambutan, bahwa dia sudah 11 tahun mengabdi di Siak. Jika tak ada aral melintang, satu tahun kedepan berakhir masa pengabdiannya sebagai orang nomor satu di Negeri Istana.
Hmmm…mendengar itu sekelabat lukisan Perjamuan Terakhir merasuk ke otak. Karya Leonardo da Vinci itu menari-nari dalam memori. Entah kenapa begitu? Barangkali karena karya itu sungguh menarik dan mendatangkan pelajaran berharga. Figur yang mewakili kedua belas rasul dan juga figur Yesus sendiri dilukis dari model hidup. Model hidup lukisan untuk tokoh Yesus dipilih terlebih dahulu. Ketika diputuskan bahwa Da Vinci akan melukis karya besar ini, ratusan pemuda diwawancarai dengan seksama sebagai usaha untuk mendapatkan seraut wajah dan kepribadian yang mencerminkan tanpa dosa dan keelokan, bebas dari carut-marut dan guratan-guratan akibat dosa.
Pada akhirnya, setelah berminggu-minggu mencari, seorang pemuda berusia sembilan belas tahun terpilih sebagai model lukisan Kristus. Selama enam bulan, Da Vinci sibuk mengerjakan lukisan tokoh utama dari karyanya yang terkenal itu. Selama enam tahun berikutnya, Da Vinci melanjutkan karya seninya yang sungguh mengagumkan ini. Satu demi satu model yang cocok dipilih untuk mewakili masing-masing pribadi dari kesebelas rasul, hingga tersisalah ruang dalam lukisan yang diperuntukkan bagi tokoh Yudas Iskariot sebagai bagian akhir dari karya besar ini.
Selama berminggu-minggu, Da Vinci mencari-cari seseorang dengan wajah keras tanpa perasaan, dengan gurat-gurat ketamakan, tipu daya, kemunafikan dan kekejian. Berita disampaikan kepada Da Vinci bahwa orang yang penampilannya sesuai dengan permintaannya telah didapatkan di sebuah penjara bawah tanah di Roma, hukuman mati telah dijatuhkan kepadanya atas tindak kejahatan dan pembunuhan yang dilakukannya. Orang ini dibawa keluar dari selnya di penjara dan dibimbing keluar dalam terang sinar matahari. Di sanalah Da Vinci menyaksikan di hadapannya seorang pemuda berkulit gelap; rambutnya yang gondrong, kusut serta acak-acakkan menutupi sebagian wajahnya, raut wajahnya mencerminkan watak yang bengis dan kejam. Akhirnya, pelukis terkenal itu mendapatkan seseorang yang ia inginkan untuk mewakili karakter Yudas dalam lukisannya.
Orang itu duduk di hadapan Da Vinci pada jam-jam yang ditentukan setiap hari sementara sang pelukis melanjutkan karyanya menuangkan ke dalam lukisannya karakter dasar yang ada di hadapannya. Sementara ia menggoreskan sapuan-sapuan kuasnya yang terakhir, para pengawal membimbing tahanan mereka pergi. Tiba-tiba orang itu meronta dan melepaskan diri dari para pengawal, lalu berlari mendapatkan Da Vinci sambil berseru,
“Da Vinci, pandanglah aku! Tidakkah engkau mengenali siapa aku?”
Da Vinci menjawab, “Tidak, tak pernah aku berjumpa denganmu sepanjang hidupku.”
Tahanan itu berseru, “Ya Tuhan, apakah aku telah jatuh demikian dalam?” Kemudian sambil mendekatkan wajahnya kepada sang pelukis, ia menangis, “Pandanglah aku sekali lagi. Aku adalah orang yang sama yang engkau lukis tujuh tahun yang lalu sebagai figur Yesus!”
Waduh Fulan! Mengapa pula pikiran liar mampir dalam otak? Macam mana pula hubungannya? Sungguh pikiran itu tak bisa dikontrol. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar