on Wednesday, April 7, 2010 at 7:30pm ·
Emosi jelas emosi. Kalau tidak, alamat La Upek (pelaku penikam) tidak akan menyarangkan badiknya ke paha wartawan di Indragiri Hilir. 10 centimeter dalamnya badik mengoyak daging pewarta tersebut.
Terlepas dari perkara kriminalnya, badik adalah senjata tradisional orang Makassar, Bugis dan Mandar di Sulawesi Selatan. Ukurannya pendek. Senjata ini dikenal pula di daerah Patani, Thailand Selatan, dengan sebutan badek. Bentuknya serupa dengan badik Bugis, sehingga diduga badek Patani ini berasal dari Bugis. Hal ini didasarkan pada tradisi merantau orang Bugis yang diwariskan secara turun temurun. Dengan tradisi itu mereka selalu berpindah-pindah dari satu daerah ke daerah lain yang ada di kepulauan nusantara, di antaranya Patani di Thailand Selatan. Perpindahan tersebut berimplikasi pada proses akulturasi budaya yang ditandai dengan persebaran artefak-artefak, di antaranya badik. Akhirnya badik dikenal juga di daerah Patani dengan sebutan badek seperti yang dijelaskan sebelumnya.
Menurut sumber senjata lengendaris, badik yang berasal dari Makassar, Bugis, atau Patani masing-masing memiliki bentuk dan sebutan yang berbeda yang menunjukkan perbedaan jenis badik di setiap daerah tersebut. Di Makassar, badik dikenal dengan nama badik sari yang memiliki bilah yang pipih, batang (perut) buncit dan tajam serta cappa’ (ujung) yang runcing. Badik sari ini terdiri dari bagian pangulu (gagang badik), sumpa’ kale (tubuh badik) dan banoang (sarung badik). Sementara itu, badik Bugis disebut kawali, seperti kawali raja (Bone) dan kawali rangkong (Luwu). Kawali Bone terdiri dari bessi (bilah) yang pipih, bagian ujung agak melebar serta runcing. Sedangkan kawali Luwu terdiri dari bessi yang pipih dan berbentuk lurus. Kawali memiliki bagian-bagian: pangulu (ulu), bessi (bilah) dan wanoa (sarung).
Badek Patani terbuat dari bahan besi, baja dan pamor. Panjang bilahnya antara 20-23 cm, belum termasuk ulunya. Senjata ini diberi sarung (warangka) kayu lunak sederhana yang dilapisi lempengan emas atau perak, begitu juga dengan ulunya. Bahkan ada pula ulu senjata ini yang dihiasi dengan permata.
Perbedaan jenis badek Patani dengan badik Makassar atau Bugis adalah, badek Patani lebih banyak kandungan bajanya dan agak kurang bahan pamornya. Selain itu, bilah badek Patani lebih tebal dibandingkan dengan jenis badik yang ada di Sulawesi.
Melirik pada peristiwa yang menimpa wartawan tersebut, barangkali ada hubungannya dengan kegunaan badik. Perkakas tersebut untuk membela diri dalam mempertahankan harga diri seseorang atau keluarga. Hal ini didasarkan pada budaya sirri’ dengan makna untuk mempertahankan martabat suatu keluarga. Konsep sirri ini sudah menyatu dalam tingkah laku, sistem sosial budaya dan cara berpikir masyarakat Bugis, Makassar dan Mandar di Sulawesi Selatan. Selain itu, ada pula badik yang berfungsi sebagai benda pusaka, seperti badik saroso, yang memiliki nilai sejarah. Ada juga sebagian orang yang meyakini bahwa badik berguna sebagai azimat yang berpengaruh pada nilai baik dan buruk.
Kata sejumlah sumber pula, manusia mempunyai ikatan yang sangat khusus dengan badik yang menyertai peradabanya. Pisau telah mendapat sentuhan perasaan yang luar biasa dari para pembuatnya. Sentuhan jiwa seni dari pembuat sebagai rasa penghormatan terhadap alat yang telah mempermudah perjalanan peradaban telah menunjukkan bahwa pisau dapat menceriterakan tingkat kebudayaan saat sebuah pisau dibuat. Sentuhan keindahan yang ada pada sebuah pisau menggambarkan tingginya pengetahuan yang telah dipelajari pada satu masa tertentu.
Setiap pisau dapat juga menggambarkan kondisi alam tempat pisau tersebut dibuat. Kondisi alam mengakibatkan kebutuhan yang berbeda dari setiap bilah pisau sebagai contoh, Bolo yang panjang dan ramping digunakan di dataran Filipina sangat cocok untuk pekerjaan hutan di daerah tersebut, tetapi Machete dari Amerika Selatan mempunyai bentuk yang lebih kokoh dan lebih cocok digunakan di pedalaman Amazon yang lebih rapat dengan kayu hutan yang lebih keras. Contoh lain adalah bentuk lengkung yang dimiliki oleh pisau petarung Ghurka yang juga digunakan sebagai pisau berburu, pisau tetak dan untuk menyembelih yak, sejenis banteng besar berbeda dengan pisau Bowie dari Amerika yang digunakan untuk bertarung tetapi tidak perlu untuk menyembelih hewan buruan.
Pada saat ini, pisau masih tetap menjadi alat yang sangat berguna. Bahkan saat teknologi tinggi sudah merambah setiap aspek kehidupan, keberadaan pisau masih tetap dibutuhkan. Beberapa pisau sudah berubah fungsi, lebih kepada kebutuhan khusus untuk “sport” dibandingkan untuk “survival” seperti pada masa lalu.
Begitulah pisau bagi manusia. Tetapi di beberapa daerah tertentu masih berfungsi untuk melukai, paling tidak melukai rasa keberanian lawan. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar