Rabu, 30 Mei 2012

Kapan Singa Bermental Singa

on Tuesday, June 15, 2010 at 5:15pm ·
(tulisan ini disebarluaskan Harian Vokal, Rabu 16 Juni 2010)

Mulanya nyaris putus asa. Petarung demokrasi pada pesta Pemilu Kada yang lalu sepertinya banyak bermental penjahat, temperamental dan suka membodohi orang miskin. Di tengah gelombang kandidat dengan kadar begitu, ada pula yang baik, namun kurang percaya diri.
Untuk maju saja, mereka tak yakin akan mendapat tempat di hati masyarakat. Petarung yang berjiwa baik namun tak punya nyali yang kuat lagi membaja. Terombang-ambing di antara ragu dan bimbang. Datang ke sekelompok orang, keberanian belum juga jamak. Tiba pada punggawa masyarakat, tekad belum juga bulat. Langkah belum tegap, padahal mereka adalah calon pemimpin yang ditunggu.
Itulah kadar pemimpin masa depan tersebut. Siapa sangka, mereka mendapat suntikan percaya diri. Bermula dari diri sendiri, bermuara pada aura kharisma. Akhirnya mendulang singsana kekuasaan.
Agak mirip sepertinya dengan kisah yang diceritakan Habiburrahman El Shirazy dalam Ketika Cinta Bertasbih 2. Syahdan, di sebuah hutan belantara ada induk singa yang mati saat melahirkan anaknya. Bayi singa tersebut lahir di sisi induknya yang telah mati, sehingga dia hidup tanpa perlindungan. Suatu ketikat lewatlah sekelompok kambing. Anak singa bergerak lemah sehingga menarik perhatian rombongan kambing. Seekor kambing merasa iba dan timbullah keinginan merawat dan melindungi.
Lantas induk kambing menghampiri dan membelai anak singa. Merasakan kehangatan dan kasih sayang, , anak singa mengikuti induk kambing kemana pun pergi. Dan mulai saat itu dia telah menjadi satu dengan rombongan kambing. Selanjutnya anak singa tumbuh dan besar. Ia menyusu, makan minum dan bermain dengan anak-anak kambing. Tingkah lakunya pun seperti layaknya kambing. Bahkan suaranya pun seperti layaknya kambing. Mengembik tidak mengaum.
Pada suatu hari, seekor serigala buas menyerang kelompok kambing. Kambing-kambing berlarian panik menyelamatkan diri masing-masing. Induk kambing yang ketakutan meminta anak singa yang sudah tampak besar dan kuat untuk menghadapi serigala buas. ”Kamu adalah singa, cepat hadapi serigala itu. Mengaumlah, pasti serigala akan lari ketakutan mendengar suaramu,” kata induk kambing.
Tapi anak singa justru lari ketakutan bersama-sama kelompok kambing yang bercerai berai. Bahkan ia berlindung di balik tubuh induknya dan berteriak keras-keras. Teriakannya adalah embikan bukan auman. Dan akhirnya seekor kambing yang ternyata adalah saudara sesusuannya, menjadi korban serigala.
Hari berikutnya serigala datang lagi. Kembali kambing-kambing lari pontang-panting. Anak singa lari di samping induk kambing yang tengah ketakutan. Dan akhirnya … induk kambing tertangkap dan dalam cengkraman serigala. Semua kambing tidak ada yang berani menolong. Anak singa karena tidak kuasa melihat induk kambing yang selama ini mengasihinya, akhirnya nekat lari menyerunduk serigal. Serigala kaget sekali melihat ada seekor singa di hadapannya. Ia melepaskan cengkramannya.
Serigala sangat ketakutan. Hingga … dengan marah anak singa kemudian berteriak sekerasnya : ”Emmmbiiik !” mundur kebelakang mengambil ancang-ancang untuk menyerunduk lagi. Melihat tingkah anak singa, serigala yang ganas dan licik langsung tahu yang ada dihadapannya adalah singa yang bermental kambing. Tidak ada bedanya dengan kambing.
Seketika takut hilang, serigala bersiap memangsa kambing bertubuh singa itu. Tatkalaanak singa menyerunduk, serigala langsung berkelit dan mampu merobek wajah anak singa. Anak singa terjatuh dan mengaduh, seperti layaknya kambing. Induk kambing yang telah selamat menjadi cemas menyaksikan. Ia heran kenapa anak singa dengan tubuh kekar kalah oleh serigala. Bukankah singa adalah raja hutan?
Tanpa memberi ampun serigala menyerang anak singa yang masih terjerambab. Di saat yang kritis, induk kambing dengan sekuat tenaga menerjang serigala. Serigala terpelanting dan anak singa terbangun. Tiba-tiba terdengar auman singa yang dahsyat dari seekor singa dewasa yang muncul di tempat itu.
Semua kambing merapat ketakutan dan anak singa pun ikut merapat. Sementara serigala langsung lari terbirit-birit. Saat hendak menerkam kawanan kambing, singa dewasa terkejut melihat ada anak singa di tengah-tengah kawanan kambing. Beberapa ekor kambing lari dan yang lain pun kemudian ikut melarikan diri termasuk anak singa. Singa dewasa pun tertegun dan heran. Ia mengejar anak singa dan berteriak: ”Hai kamu jangan lari! Kamu anak singa, bukan kambing. Aku tidak akan memangsa anak singa.”
Anak singa terus berlari mengikuti larinya kawanan kambing. Singa dewasa terus mengejar dan membuat ketakutan anak singa semakin bertambah. Singa dewasa malah mengejar anak singa, tidak jadi mengejar kambing. Hingga akhirnya anak singa tidak bisa lari lebih jauh lagi karena telah tertangkap. Dengan ketakutan anak singa itu menghiba: ”Jangan bunuh aku, ampuun!”
”Kau anak singa bukan anak kambing. Aku tidak akan membunuh anak singa!” ”Tidak, aku anak kambing!” sambil meronta dia berteriak yang terdengar seperti embikan bukan auman.
Singa dewasa heran bukan main. Bagaimana mungkin ada anak singa bersuara kambing dan bermental kambing. Dengan geram maka dia menyeret anak singa itu ke sebuah danau. Dengan dipaksa anak singa tadi disuruh menyaksikan cermin dirinya bersama singa dewasa di kejernihan air danau. Dia terkejut: ”Hai .. rupa dan bentukku mirip rupa dan bentuk kamu. Seekor singa!”
”Ya karena kamu sebenarnya adalah anak singa bukan anak kambing!” tegas singa dewasa.
Semoga mereka yang kembali bermental singa bisa memimpin daerah dengan kearifan dan kebijaksanaan. Upzz..Bujang! Tapi jangan berkarakter seperti singa benaran. Kerjanya makan dan tidur saja. Ha…ha…ha. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar