Rabu, 30 Mei 2012

Kita tak Pantas Minta Pujian Bung!

on Sunday, August 22, 2010 at 9:31pm ·
(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN VOKAL, 23 AGUSTUS 2010)

Impian gadis itu hancur lebur. Cita-citanyajadi penari dunia kandas sudah tatkala ia tidak mendapatkan pujian dari seorangpakar tari. Apakah kisah gadis itu sama dengan gebrakan sejumlah tokoh masyarakatdan perusahaan yang ramai-ramai menggelar santunan kepada anak yatim.
Demi sebuah pujian dan mengharapkan ceruk pasar, mereka jamu anak-anak yang kurang beruntung tersebut. Apa betul hubungankisah itu dengan kegiatan bersayap para kalangan elitis dimaksud?
Tempo dulu, ada seorang gadis muda yang sangat suka menari. Kepandaiannya menari sangat menonjol dibanding denganrekan-rekannya, sehingga dia seringkali menjadi juara di berbagai perlombaan yang diadakan. Dia berpikir, dengan apa yang dimilikinya saat ini, suatu saatapabila dewasa nanti dia ingin menjadi penari kelas dunia. Dia membayangkandirinya menari di Rusia, Cina, Amerika, Jepang, serta ditonton oleh ribuanorang yang memberi tepukan kepadanya.
Suatu hari, di kotanya dikunjungi oleh seorang pakar tari yang berasal dari luar negeri. Pakar ini sangatlah hebat,dan dari tangan dinginnya telah banyak dilahirkan penari-penari kelas dunia.Gadis muda ini ingin sekali menari dan menunjukkan kebolehannya di depan sangpakar tersebut, bahkan jika mungkin memperoleh kesempatan menjadi muridnya.Akhirnya kesempatan itu datang juga. Si gadis muda berhasil menjumpai sangpakar di belakang panggung, seusai sebuah pagelaran tari. Si gadis mudabertanya: "Pak, saya ingin sekali menjadi penari kelas dunia. Apakah Anda punyawaktu sejenak, untuk menilai saya menari? Saya ingin tahu pendapat Anda tentangtarian saya". "Oke, menarilah di depan saya selama 10 menit", jawab sang pakar.
Belum lagi 10 menit berlalu, sang pakarberdiri dari kursinya, lalu berlalu meninggalkan si gadis muda begitu saja,tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Betapa hancur si gadis muda melihat sikapsang pakar. Si gadis langsung berlari keluar. Pulang ke rumah, dia langsungmenangis tersedu-sedu. Dia menjadi benci terhadap dirinya sendiri. Ternyatatarian yang selama ini dia bangga-banggakan tidak ada apa-apanya di hadapansang pakar. Kemudian dia ambil sepatu tarinya, dan dia lemparkan ke dalamgudang. Sejak saat itu, dia bersumpah tidak pernah akan menari lagi.
Puluhan tahun berlalu. Sang gadis muda kinitelah menjadi ibu dengan tiga orang anak. Suaminya telah meninggal. Dan untukmenghidupi keluarganya, dia bekerja menjadi pelayan dari sebuah toko di sudutjalan.
Suatu hari, ada sebuah pagelaran tari yangdiadakan di kotaitu. Tampak sang pakar berada di antara para menari muda di belakang panggung.Sang pakar tampak tua, dengan rambutnya yang sudah putih. Si ibu muda dengantiga anaknya juga datang ke pagelaran tari tersebut. Seusai acara, ibu inimembawa ketiga anaknya ke belakang panggung, mencari sang pakar, danmemperkenalkan ketiga anaknya kepada sang pakar.
Sang pakar masih mengenali ibu muda ini, dankemudian mereka bercerita secara akrab. Si ibu bertanya, "Pak, ada satupertanyaan yang mengganjal di hati saya. Ini tentang penampilan saya sewaktumenari di hadapan Anda bertahun-tahun yang silam. Sebegitu jelekkah penampilansaya saat itu, sehingga Anda langsung pergi meninggalkan saya begitu saja,tanpa mengatakan sepatah kata pun?"
"Oh ya, saya ingat peristiwanya. Terusterang, saya belum pernah melihat tarian seindah yang kamu lakukan waktu itu.Saya rasa kamu akan menjadi penari kelas dunia. Saya tidak mengerti mengapakamu tiba-tiba berhenti dari dunia tari," jawab sang pakar.
Si ibu muda sangat terkejut mendengar jawabansang pakar. "Ini tidak adil", seru si ibu muda. "Sikap Anda telah mencuri semuaimpiansaya. Kalau memang tarian saya bagus, mengapa Anda meninggalkan saya begitusaja ketika saya baru menari beberapa menit. Anda seharusnya memuji saya, danbukan mengacuhkan saya begitu saja. Mestinya saya bisa menjadi penari kelasdunia. Bukan hanya menjadi pelayan toko!"
Si pakar menjawab lagi dengan tenang "Tidak.... Tidak, saya rasa saya telah berbuat dengan benar. Anda tidak harus minum anggursatu barel untuk membuktikan anggur itu enak. Demikian juga saya. Saya tidakharus menonton Anda 10 menit untuk membuktikan tarian Anda bagus. Malam itusaya juga sangat lelah setelah pertunjukkan. Maka sejenak saya tinggalkan Anda,untuk mengambil kartu nama saya, dan berharap Anda mau menghubungi saya lagikeesokan hari. Tapi Anda sudah pergi ketika saya keluar. Dan satu hal yangperlu Anda camkan, bahwa Anda mestinya fokus pada impina Anda, bukan padaucapan atau tindakan saya."
"Lalu pujian? Kamu mengharapkan pujian? Ah,waktu itu kamu sedang bertumbuh. Pujian itu seperti pedang bermata dua. Ada kalanya memotivasimu,bisa pula melemahkanmu. Dan faktanya saya melihat bahwa sebagian besar pujianyang diberikan pada saat seseorang sedang bertumbuh, hanya akan membuat dirinyapuas dan pertumbuhannya berhenti. Saya justru lebih suka mengacuhkanmu, agarhal itu bisa melecutmu bertumbuh lebih cepat lagi. Lagipula, pujian itusepantasnya datang dari keinginan saya sendiri. Tidak pantas Anda memintapujian dari orang lain."
"Anda lihat, ini sebenarnya hanyalah masalah sepele. Seandainya Anda pada waktu itu tidak menghiraukan apa yang terjadi dan tetap menari, mungkin hari ini Anda sudah menjadi penari kelas dunia."
Mungkin Anda sakit hati pada waktu itu, tapisakit hati Anda akan cepat hilang begitu Anda berlatih kembali. Tapi sakit hatikarena penyesalan Anda hari ini tidak pernah bisa hilang selama-lamanya."
Fulan! Barangkali dari sekianpejabat yang mejamu anak-anak dan fakir miskin berada pada kadar memintapujian. Bayangkanlah kalau pujian tak terlontar, alamat tahun depan tak ada lagi santunan. Mereka lari dari kewajiban karena tak dipuji. Fulan of  Fulan! ****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar