Rabu, 30 Mei 2012

Mereka Butuh Sentuhan Bidadari

on Sunday, April 11, 2010 at 6:53pm ·
(tulisan ini disebarluaskan harian vokal dan riauhariini.com)

Berdasarkan data Desember 2008, di Riau ditemukan 364 kasus AIDS yang tersebar di seluruh kabupaten dan kota. Diperkirakan jumlah penderitanya lebih banyak lagi, namun tidak terdeteksi. Data terbaru, di RSUD Selasih Pangkalan Kerinci ada tiga pasien penderita penyakit mematikan itu sedang dirawat.
Bagi kebanyakan orang, penderita Aids/HIV dianggap aib, memalukan dan pantas dikucilkan. Jamak sudah penderitaan orang-orang yang memang satu penyebab sakitnya karena perbuatan asusila. Di tengah sakit, miskin perhatian dan tandus pula perawatan.
Mengingat derita itu, teringat dengan kiprah seorang perempuan penggiat masalah acquired immune deficiency syndrome (AIDS) di Tanah Air. Namanya Baby Jim Aditya (40), ketua Ketua Klub Partisipasi Kemanusiaan yang memberi bimbingan dan penyuluhan masalah AIDS.
Suatu waktu, dia menangis. "Aku betul-betul sedih, nasib mereka sampai sekarang masih sangat menderita. Dikucilkan, dan akhirnya meninggal dalam sepi. Sedikit sekali yang peduli."
Baby sudah kerap mendampingi penderita AIDS dijemput ajal. Suatu ketika, nuraninya sungguh tersentuh. Ada seorang penderita berumur 27 tahun. Tewas dalam keadaan sangat mengenaskan. Pemuda drop out satu perguruan tinggi di Yogyakarta meninggal setelah lima hari dinyatakan positif mengidap AIDS. Lebih mengenaskan lagi, Koko sempat ditolak berobat oleh sejumlah rumah sakit, sebelum akhirnya meninggal di satu rumah sakit di Jakarta Utara.
Syahdan, Baby mendapat telepon dari orangtua pemuda malang itu. Ada cerita bahwa kondisi kesehatan pemuda itu cepat drop pada sebulan terakhir. Baby menganjurkan, sang orangtua secepatnya membawa anaknya ke rumah sakit. Seperti sudah diduga Baby, hasil pemeriksaan menyatakan yang bersangkutan terkena AIDS. Anehnya, kok deteksi HIV/AIDS amat terlambat, padahal status sosial ekonomi orangtuanya cukup bagus. Diduga, virus itu telah lama bercokol di tubuh inangnya, dan akhirnya berkembang menjadi mematikan lantaran sang inang teledor merawat kesehatannya. Harap maklum, pria itu pecandu narkoba yang parah.
Singkat cerita, pria itu dibawa ke rumah sakit untuk diopname. Sedihnya, sejumlah rumah sakit tak mau menerima. Beruntung, satu rumah sakit di Jakarta Utara bersedia menampung. Tubuhnya kurus kering. Lambungnya penuh luka digerogoti penyakit mag, mulut dan bibir dijejali sariawan sebesar kacang kedelai. Benjolannya merah dan dipenuhi nanah. Sepanjang hari, mata lelaki malang itu tak dapat menutup. Menurut dokter yang merawat, mata dan telinganya tak berfungsi lagi. Hilang sudah sisa-sisa ketampanan pemuda itu. Dengan suara tak jelas, ia nyeracau menanyakan teman-temannya, kok tak ada yang menengoknya.
Sang aktivis ingin sekali menolong. Ia ingin mendapatkan obat antiretroviral (ARV) guna meningkatkan kekebalan tubuh. Namun sayang, untuk mendapatkannya mesti waiting list. Kendati begitu, akalnya Baby tak hilang. Ia bergegas mengontak Dokter Samsuridjal Djauzi.
Baby memang akrab dengan Samsuridjal, yang juga Ketua Kelompok Studi Khusus AIDS, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (Pokdisus AIDS FK-UI). Pokdisus merupakan distributor tunggal obat ARV generik yang diimpor dari India dan Thailand.
Sayang seribu kali sayang, Samsuridjal saat itu sedang bersiap berangkat ke luar kota sehingga tak dapat memenuhi permintaan Baby. Kondisi pasien terus memburuk. Besoknya, pukul 06.00, ia meninggal. Orangtua korban kalang kabut. Dan si orangtua mewanti-wanti semua pihak agar merahasiakan sebab kematian sesungguhnya. Fakta yang dimunculkan, kematian bermusabab karena menderita lever dan mag akut. Artinya, penderita AIDS masih saja dianggap pembawa aib yang mesti ditutup-tutupi.
Karena begitu kuat stigma negatif, pikiran melayang pada film PAY IT FORWARD. Film yang disutradarai oleh Mimi Leder berkisah tentang seorang anak umur delapan tahun dan bernama Trevor, Anak itu berpikir jika melakukan kebaikan kepada tiga orang di sekitarnya, lalu tiga orang tersebut meneruskan kebaikan yang mereka terima kepada tiga orang lainnya dan begitu seterusnya, dia yakin suatu saat nanti dunia ini akan dipenuhi orang-orang yang saling mengasihi. Dia menamakan ide tersebut: “PAY IT FORWARD”
Singkat cerita, Trevor memutuskan bahwa tiga orang yang akan menjadi bahan eksperimen adalah mamanya sendiri (yang menjadi single parent), seorang pemuda gembel yang selalu dilihatnya dipinggir jalan dan seorang teman sekelas yang selalu diganggu oleh sekelompok anak-anak nakal.
Percobaanpun dimulai: Trevor melihat bahwa Mamanya yang sangat kesepian, tidak punya teman untuk berbagi rasa, telah menjadi pecandu minuman keras. Trevor berusaha menghentikan kecanduan Mamanya dengan cara rajin mengosongkan isi botol minuman keras yang ada di rumah mereka. Dia juga mengatur rencana supaya Mamanya bisa berkencan dengan guru sekolah Trevor.
Sang Mama yang melihat perhatian si anak yang begitu besar menjadi terharu, saat sang Mama mengucapkan terima kasih, Trevor berpesan kepada mamanya “PAY IT FORWARD, MOM”
Sang Mama yang terkesan dengan yang dilakukan Trevor, terdorong untuk meneruskan kebaikan yang telah diterimanya itu dengan pergi ke rumah ibunya (nenek si Trevor), hubungan mereka telah rusak selama bertahun-tahun dan mereka tidak pernah bertegur sapa, kehadiran sang putri untuk meminta maaf dan memperbaiki hubungan di antara mereka membuat nenek Trevor begitu terharu, saat nenek Trevor mengucapkan terima kasih, si anak berpesan:”PAY IT FORWARD, MOM”
Sang nenek yang begitu bahagia karena putrinya mau memaafkan dan menerima dirinya kembali, meneruskan kebaikan tersebut dengan menolong seorang pemuda yang sedang ketakutan karena dikejar segerombolan orang untuk bersembunyi di mobil si nenek. Ketika para pengejar sudah pergi, si pemuda mengucapkan terima kasih, si nenek berpesan: “PAY IT FORWARD, SON”.
Si pemuda yang terkesan dengan kebaikan si nenek, terdorong meneruskan kebaikan tersebut dengan memberikan nomor antriannya di rumah sakit kepada seorang gadis kecil yang sakit parah untuk lebih dulu mendapatkan perawatan. Ayah si gadis kecil begitu berterima kasih kepada si pemuda. Pemuda berpesan kepada ayah si gadis kecil: “PAY IT FORWARD, SIR”
Ayah si gadis kecil yang terkesan dengan kebaikan si pemuda, terdorong meneruskan kebaikan tersebut dengan memberikan mobilnya kepada seorang wartawan TV yang mobilnya terkena kecelakaan pada saat sedang meliput suatu acara, saat si wartawan berterima kasih, ayah si gadis berpesan:”PAY IT FORWARD”
Sang wartawan yang begitu terkesan terhadap kebaikan ayah si gadis, bertekad untuk mencari tahu dari mana asal muasalnya istilah “PAY IT FORWARD” tersebut, jiwa kewartawanannya mengajak dia untuk menelusuri mundur untuk mencari informasi mulai dari ayah si gadis, pemuda yang memberi antrian nomor rumah sakit, nenek yang memberikan tempat persembunyian, putri si nenek yang mengampuni, sampai kepada si Trevor yang mempunyai ide tersebut.
Terkesan dengan apa yang dilakukan oleh Trevor, Si wartawan mengatur agar Trevor bisa tampil di Televisi supaya banyak orang yang tergugah dengan apa yang telah dilakukan oleh anak kecil ini. Saat kesempatan untuk tampil di televisi terlaksana, Trevor mengajak semua pemirsa yang sedang melihat acara tersebut untuk bersedia mulai dari diri mereka sendiri untuk melakukan kebaikan kepada orang-orang di sekitar mereka agar dunia ini menjadi dunia yang penuh kasih.
Namun umur Trevor sangat singkat, dia ditusuk pisau saat akan menolong teman sekolahnya yang selalu diganggu oleh para berandalan. Usai penguburan Trevor, betapa terkejutnya sang Mama melihat ribuan orang tidak henti-hentinya datang dan berkumpul di halaman rumahnya sambil meletakkan bunga dan menyalakan lilin tanda ikut berduka cita. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar