Rabu, 30 Mei 2012

Cerai Terucap, Arasy Berguncang

on Tuesday, May 11, 2010 at 6:00pm ·
(tulisan ini disebarluaskan harianvokal n riauhariini.com)

Arasy tidak akan berguncang saat seseorang meninggalkan shaum wajib, tidak akan bergoyang saat seseorang lalai dalam salat, namun ia akan berguncang tatkala sepasangan suami istri memutuskan untuk bercerai. Wejangan itu terngiang jelas ketika membaca berita tingkat perceraian di Kabupaten Rohul. Dalam tahun 2010, sampai bulan Mei, sudah ada 177 kasus perceraian. Alamat sebanyak itu pula singsana Tuhan tak tenang. Duuh…manusia, gara-gara kebijakan hidup keluarga, Sang Penguasa mengalami ketidaknyamanan.
Alasan perceraiannya jamak. Mulai ekonomi sampai pada ketidakharmonisan. Bila perkara ekonomi dibilang, akan tersebut persoalan uang yang tidak mencukupi kebutuhan. Akan tetapi bilamana ketidakharminisan yang ditilik, alamat mencuat kadar kurang cocoknya hati dengan kapasitas, bobot dan rupa pasangan. Banyak perempuan merasa cantik dan dalam waktu bersamaan, ia melihat pasangan tak sebanding. Begitu juga dengan kaum lelaki, merasa gagah dan melihat pasangannya tak pas untuk dirinya. Setiap masa, merasa tak serasi dan tak pantas seiring sejalan. Hati gundah gelana.
Akhirnya disampaikan rencana talak. Ketika itu terjadi, alamat hati hancur berkeping-keping. Yang dicerai merasa diposisikan sebagai sosok paling pilu sedunia. Pertengkaran demi pertengkaran sekecil apapun jadi teringat. Tangis akan pecah. Air mata akan mengalir. Terasa benar momentum itu menjadi hari paling menyedihkan. Kelam dan menyesakan dada.
Syahdan wahai Fulan! Pada zaman Khalifah Al-Manshur, seorang menterinya, Al-Ashma'i,melakukan perburuan. Karena terlalu asyik mengejar hewan buruan, ia terpisah dari kelompoknya dan tersesat di tengah padang sahara.
Ketika rasa haus mulai mencekiknya, di kejauhan ia melihat sebuah kemah. Terasing dan sendirian. Ia memacu kudanya ke arah sana dan menemukan penghuni yang memukau: wanita muda dan jelita. Ia meminta air. Wanita itu berkata, "Ada air sedikit, tetapi aku persiapkan hanya untuk suamiku. Ada sisa minumanku. Kalau engkau mau, ambillah".
Tiba-tiba wajah wanita itu tampak siaga. Ia memandang kepulan debu dari kejauhan. "Suamiku datang," katanya. Wanita itu kemudian menyiapkan air minum dan kain pembersih. Lelaki yang datang itu lebih mudah disebut "bekas manusia".
Seorang tua yang jelek dan menakutkan. Mulutnya tidak henti-hentinya menghardik istrinya. Tidak satu pun perkataan keluar dari mulut perempuan itu. Ia membersihkan kaki suaminya, menyerahkan minuman dengan khidmat, dan menuntunnya dengan mesra masuk ke kemah.
Sebelum pergi, Al-Ashma'i bertanya, "Engkau muda, cantik, dan setia. Kombinasi yang jarang sekali terjadi. Mengapa engkau korbankan dirimu untuk melayani lelaki tua yang berakhlak buruk".
Jawaban perempuan itu mengejutkan Al-Ashma'i, Rasulullah bersabda, agama itu terdiri dari dua bagian: syukur dan sabar. "Aku bersyukur karena Allah telah menganugerahkan kepadaku kemudaan, kecantikan, dan perlindungan. Ia membimbingku untuk berakhlak baik. Aku telah melaksanakan setengah agamaku. Karena itu, aku ingin melengkapi agamaku dengan setengahnya lagi, yakni bersabar."
Kesabaran bisa melahirkan keajaiban. Sungguh menyejukan Fulan, jika engkau menemui perempuan berpribadi demikian. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar