Rabu, 30 Mei 2012

Rahasia Langit di Balik Kambing Polisi

on Thursday, May 6, 2010 at 6:24pm ·
(tulisan ini disebarluaskan harian vokal n riauhariini.com)

Polres Rohul menyantuni korban penembakan dengan 10 karung beras yang berkapasits 40 kilogram setiap karungnya. Di antara pemberian, keluarga mendiang Baduali Pohan (45) di Rohul itu juga menerima beberapa ekor kambing. Begitulah polisi menghargai keluarga yang tewas karena diterjang peluru.
Sebegitukah harga nyawa seorang warga? Apakah hanya setara dengan nilai beras dan sejumlah ekor kambing? Entahlah Fulan! Tapi yang terang, pemberian kambing punya falsafah tersendiri. Ada rahasia langit di balik santunan, jika pemikiran pengayom mayarakat bersendikan pada agama samawi, nyata sudah mereka ingin mempraktikan rahasia langit pada dua anak lelaki dan satu anak perempuan sosok yang tewas ditembak dadanya.
Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin menyatakan, tidak ada seorang nabi yang Tuhan utus kecuali menggembalakan kambing. Maksudnya tak lain tak bukan adalah agar utusan langit mengetahui dan berlatih mengurus dan mengatur segalanya dengan baik. Allah mengatur kambing sebagai hewan gembala mereka, karena penggembala kambing akan mendapatkan ketenangan, kelembutan dan kasih sayang. Menggembalakan hewan ternak yang lemah, berbeda dengan penggembala unta. Penggembala unta lebih banyak memiliki kekerasan dan kekasaran. Ini memang karena unta sendiri kasar, kuat dan keras.
Nabi Musa juga gembala kambing. Sebagian hari-harinya dihabiskan bersama ternak dimaksud. Dalam kitab suci orang Islam QS. Thohaa: 18, dikisahkan bahwa Musa berkata; “Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya.”
Jelas dalam ayat ini nabi Musa menggembalakan kambing. Demikian juga Muhammad menggembalakan kambing sejak kecil dalam pemeliharaan ibu susuannya di pedalaman dan diasuh Halimah Al Sa’diyah dan dalam usia yang dini sekali.
Ada beberapa hikmah yang ditarik ulama dengan mengembalikan kambing itu. Pertama, membina Nabi menjadi seorang yang tenang dan memiliki ketahanan dalam menghadapi kesulitan-kesulitan hidup. Demikian juga membina beliau agar menjadi orang yang sabar, lemah lembut, penyayang, memperhatikan nasib yang lemah yang didapatkan dari bergaulnya beliau dengan binatang yang lemah seperti kambing.
Kedua, menggembalakan kambing dapat memberikan beberapa sifat baik, yaitu sabar. Sebab penggembala dituntut menunggu dan menjaga serta mengawasi binatang gembalaannya sejak matahari terbit sampai tenggelam, sehingga dapat melatih kesabarannya. Lambatnya kambing makan, membuat penggembala membutuhkan kesabaran tinggi menghadapinya.
Gembala kambing juga menumbuhkan sifat rendah hati, kasih sayang dan kelembutan terhadap yang lemah. Penggembala harus dapat membantu dan merawat kambing tersebut bila sakit atau patah tulang atau yang lainnya. Jika mengembala kambing sepenuh hati, alamat tertanam sifat cinta usaha dan mandiri, berani, cakap mengatur dan mengendalikan urusan.
Jika demikian, bisa jadi polisi hendak berharap anak almarhum jadi pengembala kambing. Sebuah cara penghidupan yang diasa dapat membuat hati terang. Dari rumah papan ukuran 4 x 6 meter di kebun sawit itu kambing diarak ke padang rumput. Entah iya entah tidak Fulan! Tapi kambing sudah mengembek di belakang rumah duka. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar