Rabu, 30 Mei 2012

Teman Setan di Negeri Junjungan

on Tuesday, March 30, 2010 at 5:56pm ·
(tulisan ini disebarluaskan Harian Vokal dan riauhariini.com)

Kunjungilah Bengkalis wahai Tuan dan Puan! Sesampai di sana, jangan lupa jalan-jalan di malam hari ke ke air mancur dekat taman kota yang ada di tepi pantai pulau itu. Sungguh pemandangan yang indah. Air muncrat ke angkasa membentuk semacam gunung. Kilauan sinar lampu memperindah pemandangan yang dibuat anak manusia.
Sekarang pemandangan itu nyaris tidak ada lagi. Piranti air mancur dikabarkan rusak. Sehingga air lagi muncrat dari kolom kecil tersebut. Kata Kadis Cipta Karya dan Tata Ruang, M. Fauzi, tidak beroperasinya air mancur karena terkendala dengan listrik. Kondisi kelistrikan di Bengkalis akhir-akhir ini sedang dalam kondisi yang memprihatinkan.
Kalau listrik tak cukup, kenapa air mancur dibangun? Tujuan pembangunan bakal sulit tercapai manakala perkara lisrik belum terjawab. Ujung-ujungnya, air mancur alamat menjadi proyek mubazir. Ketika itu sudah masuk kategori mubazir, tilikan menjadi berat, apalagi negeri junjungan memproklamirkan diri sebagai basis penduduk orang Melayu. Melayu identik dengan Islam.
Semua insan yang bernabi kepada Muhammad, jelas tahu kalau Islam melarang keras tindakan mubazir. Sebuah tindakan sangat tercela karena jika diperhatikan di sekitar masyarakat masih banyak yang kekurangan. Berdasarkan sejumlah referensi, Allah benci kepada orang yang menghambur-hamburkan harta. Penghambur harta menjadi saudara-saudara setan. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.
Pemboros itu juga identik dengan kesombongan. Ketika suatu pemerintahan menghambur-hamburkan harta, pejabatnya biasanya berpenampilan sombong dengan hartanya yang banyak dan diboros-boroskan. Terkadang mereka tidak memahami bahwa kesombongan membawa petaka kepada dia sendiri. Bengkalis disebut sebagai kabupaten terkaya di Indonesia setelah Kutai Kartanegara. Bayangkan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Bengkalis 2010 mencapai Rp 2,64 triliun. Dengan uang sebanyak itu, bagaimana pejabatnya tidak akan punya paradigma suka gagah-gagahan. Bangun ini untuk prestise. Bangun itu untuk sebuah kebanggaan dunia belaka. Kendati yang dibangun tak pernah beres. Parahnya lagi, yang dibangun tidaklah terlalu urgen bagi kemaslahatan warganya.
Agaknya parah memang. Bila Tuan ke sana pada akhir pekan, Kamis atau Jumat pagi, alamat susah menemui pejabat. Pasalnya mereka yang berkedudukan di pemerintahan sudah hengkang ke Pekanbaru. Mereka pergi berliburan keluar daerah.
Bengkalis memang tersohor sebagai kabupaten kaya, tetapi bukan tidak ada orang miskin di sana. Berdasarkan Tim Penanggulangan Kemiskinan Provinsi Riau tercatat 29.617 jiwa dari 690.366 orang hidup dalam keadaan papa. Rumah mereka tak layak huni. Hidup pas-pasan. Dapat pagi, habis petang.
Begitulah adanya di negeri junjungan. Semangat membangun gedung bertingkat dengan segala aksesoris duniawi begitu bergema. Kebun binatang saja didirikan di sana. Namun tak ada gunanya. Selain untuk memajang patung hewan-hewan liar, pejabat di sana hanya ingin dapat nama. Nama kalau Bengkalis juga punya kebun hewan, kendati di sana tak ada binatang yang dipelihara.
Benar-benar boros dan tidak taat asas manfaat. Lantas bagaimana perilaku dan mental ini dilirik dengan agama yang mereka yakini? Entahlah Bujang! ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar