Rabu, 30 Mei 2012

Kapan Anda Seperti Telur Masak?

on Thursday, June 3, 2010 at 5:26pm ·
(tulisan ini disebarluaskan Harian Vokal)

Banyak cerita soal telur. Kian jamak lagi ketika seorang warga Kecamatan Joan Pahlawan, Kota Meulaboh, Aceh Barat, NAD, memiliki telur bertangkai. Telur bebek aneh yang menghebohkan masyarakat setempat. Seumur-umur warga di sana baru kali ini ada telur semacam itu.
Apa gerangan wahai Tuan dan Puan? Dalam adat Batak, telur menjadi sesuatu yang tak bisa ditinggalkan. Sama halnya dengan air putih dan garam. Ketiga benda ini harus ada. Manakala telur diartikan sebagai lambang keutuhan. Tatkala telur sudah menetas jadi ayam, manusia tak lagi bisa menikmatinya kesemua dari ayam. Tapi ketika masih embrio, semuanya bisa dimakan. Utuh dan terintegral.
Alih-alih manfaat telur, tersebutlah sebuah cerita yang tak diketahui pengarangnya. Seorang anak mengeluh pada ayahnya tentang hidupnya yang sulit. Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa dan ingin menyerah saja. Ia lelah berjuang. Setiap saat satu persoalan terpecahkan, persoalan yang lain muncul.
Ayahnya, seorang juru masak, tersenyum dan membawa anak perempuannya ke dapur. Ia lalu mengambil tiga buah panci, mengisinya masing-masing dengan air dan meletakkannya pada kompor yang menyala. Beberapa saat kemudian air dalam panci-panci itu mendidih. Pada panci pertama, ia memasukkan wortel. Lalu, pada panci kedua ia memasukkan telur. Dan, pada panci ketiga ia memasukkan beberapa biji kopi tumbuk. Ia membiarkan masing-masing mendidih.
Selama itu ia terdiam seribu bahasa. Sang anak menggereget gigi, tak sabar menunggu dan heran dengan apa yang dilakukan oleh ayahnya. Dua puluh menit kemudian, sang ayah mematikan api. Lalu menyiduk wortel dari dalam panci dan meletakkanya pada sebuah piring. Kemudian ia mengambil telur dan meletakkanya pada piring yang sama. Terakhir ia menyaring kopi yang diletakkan pada piring itu juga.
Ia lalu menoleh pada anaknya dan bertanya, "Apa yang kau lihat, nak?"
"Wortel, telur, dan kopi, " jawab sang anak. Ia membimbing anaknya mendekat dan memintanya untuk memegang wortel. Anak itu melakukan apa yang diminta dan mengatakan bahwa wortel itu terasa lunak.
Kemudian sang ayah meminta anaknya memecah telur. Setelah telur itu dipecah dan dikupas, sang anak mengatakan bahwa telur rebus itu kini terasa keras. Kemudian sang ayah meminta anak itu mencicipi kopi. Sang anak tersenyum saat mencicipi aroma kopi yang sedap itu. "Apa maksud semua ini, ayah?" tanya sang anak.
Sang ayah menjelaskan bahwa setiap benda tadi telah mengalami hal yang sama, yaitu direbus dalam air mendidih, tetapi selepas perebusan itu mereka berubah menjadi sesuatu yang berbeda-beda. Wortel yang semula kuat dan keras, setelah direbus dalam air mendidih, berubah menjadi lunak dan lemah.
Sedangkan telur, sebaliknya, yang semula mudah pecah, kini setelah direbus menjadi keras dan kokoh.
Sedangkan biji kopi tumbuh berubah menjadi sangat unik. Biji kopi, setelah direbus, malah mengubah air yang merebusnya itu. Maka, yang manakah dirimu?" tanya sang ayah pada anaknya. "Di saat kesulitan menghadang langkahmu, perubahan apa yang terjadi pada dirimu? Apakah kau menjadi sebatang wortel, sebutir telur atau biji kopi?"
Wahai Fulan! air mendidih merupakan gambaran kehidupan, dunia kerja, atau lingkungan. Wortel sebagai tamsil orang yang tadinya begitu keras, kurang peka atau peduli terhadap lingkungan, terlalu percaya diri. Dan setelah digodok oleh kehidupan, dia berubah menjadi seseorang yang takut untuk mencoba sesuatu, lembek, atau lebih suka cari aman.
Telur adalah simbol orang yang tadinya begitu lembek, mudah menyerah dan sensitif. Setelah ia menempuh kehidupan, ia lambat-laun berubah menjadi orang yang lebih keras, mandiri, bahkan hampir sampai ke taraf yang berlebihan sehingga ia menjadi tidak peduli akan lingkungannya lagi, kecuali dirinya sendiri.
Sementara biji kopi merupakan orang yang mampu berbaur sedemikian rupa dengan sekitarnya, mampu beradaptasi dengan baik, sehingga ia bisa diterima bahkan memberikan warna bagi lingkungannya atau mengubah kehidupan sekitarnya menjadi lingkungan yang lebih baik dan lebih berguna. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar