Rabu, 30 Mei 2012

Ketika Cinta Berujung Air Mata

on Tuesday, July 27, 2010 at 6:03pm ·
(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN VOKAL, 28 JULI 2010)

Kisah cinta Kades Surya Indah, Kabupaten Pelalawan, Sugianto menggetarkan hati. Bisa sakit hati, benci dan sumpah serapah. Istrinya dihabisi lewat aksi pembunuh bayaran. Manakala dukun santet tak mujarab memenuhi keinginan setan, lantas dia menyewa preman.
Tatkala cinta tak lagi bersemi, hati bisa ganas seperti macan. Dulu sayang, kini dendam membara. Tak ubahnya seperti laba-baba merah. Usai kencan, pasangan dimangsa. Itulah cinta, ia datang tanpa diundang, pergi tanpa disuruh.
Jamaknya manusia, sejarah sudah mencatatnya. Periode masa lampau, juga ada kisah keganasan pasangan. Ada seorang Putri Qara. Dia istri saudagar kaya Amenhotep. Si putri berasal dari keluarga sederhana, tapi pintar, bijaksana dan berbudi pekerti yang baik. Karena ia berasal dari keluarga yang lebih miskin dibanding dengan suaminya, ia sering diperlakukan dengan tidak selayaknya, sampai suatu hari ia dan suaminya pergi ke desa nelayan dan melihat ada seorang nelayan yang miskin dan istrinya. Nelayan tersebut sangat miskin dan bahkan untuk membeli jala yang baru untuk mengganti jalanya yang robek pun ia tidak mampu. Istri nelayan tersebut adalah orang yang pemboros, malas dan suka berjudi, seluruh penghasilan suaminya digunakannya untuk berfoya-foya.
Melihat kenyataan seperti itu, Putri Qara berkata kepada suaminya, bahwa seharusnya istri nelayan tersebut membantu memperbaiki jala suaminya. Amenhotep, menentang pendapat istrinya, mereka berdebat, sehingga Amenhotep marah dan kemudian memanggil nelayan miskin tersebut. Amenhotep menukarkan Putri Qara dengan istri nelayan tersebut.
Putri Qara sedih karena terhina, suaminya memperlakukan seolah-olah dia adalah barang yang bisa dipertukarkan semaunya. Sang nelayan tertegun dan tidak berani membantah, karena Amenhotep terkenal kejam dan sadis karena kekayaannya.
Putri Qara rajin membantu suaminya yang baru dalam bekerja. Karena kepandaian dan kebijaksanaan Putri Qara, lambat laun sang nelayan menjadi kaya. Sampai suatu ketika ada seorang tua dengan baju compang-camping dan tidak terurus datang ke rumah Putri Qara. Pelayan di rumah mengenalinya sebagai Amenhotep. Amenhotep kemudian melepas terompahnya dan meletakkan di meja kecil di sudut rumah Putri Qara. Oleh pelayan, terompah tersebut diberikan pada Putri Qara dan menceritakan kondisi pemiliknya, sang Putri mengenali terompah tersebut dan memerintahkan pelayannya untuk memberikan pada Amenhotep baju baru, terompah baru dan 3 keping uang emas ditambah pesan. “Aku tidak diwarisi kekayaan tetapi budi pekerti, kebijaksanaan dan kemauan untuk bekerja.”
Amenhotep menerima pemberian itu dengan penyesalan akan tindakannya di masa lalu. Karena egonya dia menukar istrinya yang baik dan bijaksana dengan seorang wanita yang hanya bisa menghamburkan harta suaminya.
Oh…Hawa! Dampingi dan dukunglah pria dengan bijaksana. Hai Fulan! Perlakukanlah wanita dengan penuh kasih, karena pada setiap pria yang sukses pasti terdapat seorang wanita yang mendukungnya dengan bijaksana. Hmmm…jangan kau santet pula dia lantaran kau lelaki punya kisah. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar