Rabu, 30 Mei 2012

Mencari Model Sandal Nabi

on Thursday, April 22, 2010 at 7:42pm ·
(tulisan ini disebarluaskan harian vokal dan riauhariini.com)

Bila hati benar-benar sakit, biasanya sandal dipakai untuk melampiaskan emosi. Alas kaki dipukulkan kepada orang yang membuat gundah gelana. Pembatas telapak kaki dengan bumi dilemparkan ke arah sosok yang menyulut perasaan tidak enak.
Simaklah barang sejenak ekspresi emosi bibi korban pembunuhan akibat mencuri jambu di Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir. Usai palu diketuk, sandalnya yang dilepasnya sembari memukulkan pada pelaku. Kenapa tidak batu? Kenapa tidak kayu, yang efeknya lebih sakit. Manakala dipukulkan pada porsi kekuatan yang pas, bisa-bisa melayangkan nyawa.
Di sinilah maknanya duhai Fulan. Sandal melambangkan emosi tertinggi. Ketika dipukulkan pada seseorang, si pemukul ingin memberikan kadar penghinaan yang terbesar. Orang yang kena lemparan ingin ditempatkan pada posisi terendah, serendah alas kaki tersebut.
Alih-alih melemparkan alas kaki, sandal memiliki makna sufi yang kuat. Syahdan, tersebutlah sebuah riwayat. Suatu ketika Malik bin Dinar berjalan di pasar Bashrah. Pandangannya tertuju pada buah tin yang ada di satu kios yang khusus menjual buah-buahan. Melihat buah tin, muncul keinginan dari Malik bin Dinar untuk memilikinya dan guna mewujudkan keinginannya itu, dia mendekat menghampiri si penjual buah.
Kemudian Malik bin Dinar melepas sandalnya dan ia berikan sandal tersebut kepada si penjual buah sambil berkata; "Ambillah sandal ini, dan berikanlah kepadaku buah tin sebagai gantinya."
Si penjual buah melihat sandal itu dan berkata; "Sandal itu tidak cukup untuk ditukar dengan satu buah pun." Mendengar jawaban dari si penjual buah, maka Malik bin Dinar pun pergi meninggalkan kios tersebut. Rupanya ada seseorang yang mengenal siapa itu Malik bin Dinar. Orang tersebut melihat peristiwa yang baru saja terjadi di kios buah dan lalu ia bertanya kepada si penjual buah; "Tidakkah engkau mengenal siapa dia?"
"Tidak," jawab si penjual buah dengan singkat. Kemudian orang itu berkata; "Dia adalah Malik bin Dinar." Si penjual kaget minta ampun mendengar bahwa orang yang tadi hendak menukar sandal dengan buah tin adalah seorang Malik bin Dinar dan tanpa pikir panjang lagi, ia segera memerintahkan budak pelayannya untuk menyusul Malik bin Dinar dengan membawa sebuah baki yang penuh dengan buah tin.
Dia berpesan kepada budak pelayannya; "Kalau dia mau menerima ini, maka kamu menjadi merdeka." Lalu budak pelayannya itu berlari cepat dengan maksud untuk mengejar Malik bin Dinar yang sudah berjalan cukup jauh. Ketika si budak sudah berhasil mendekati Malik bin Dinar, ia berkata; "Tuan, terimalah ini, dari saya." Tetapi Malik bin Dinar menolaknya.
Budak pelayan itu kembali berkata; "Terimalah ini tuan, karena di dalamnya terdapat kemerdekaanku."
Malik bin Dinar menjawab; "Kalau di dalamnya terdapat kemerdekaanmu, di dalamnya juga terdapat siksaku." Budak itu tetap membujuk dan merayu Malik bin Dinar agar menerima buah tin. Dan lalu Malik bin Dinar berkata; "Aku bersumpah tidak akan menjual agama dengan buah tin itu dan aku tidak akan memakannya sampai hari kiamat."
Nabi SAW juga juga memiliki sandal. Lantas timbul pertanyaan; apakah utusan langit itu pernah melemparkan sandal pada manusia? Entahlah! Namun yang jelas, bentuk sandal Rasulullah SAW sepasang sandal yang menggunakan dua buah qibal. Qibal adalah pelana sandal, yaitu batas depan sandal berupa tali yang diletakkan di antara dua jari kaki.
Lain sandal Nabi, tak sama pula sandal kita. Lalu kapan kita merendahkan martabat seseorang dengan sandal abad modern? ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar