on Wednesday, August 18, 2010 at 7:45pm ·
(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN VOKAL, 19 AGUSTUS 2010)
Dulu Pak Saleh Djasit itu seorang Gubernur. Daerah kekuasaannya meliputi Riau daratan dan kepulauan. Gagah benar beliau tatkala itu. Seiring berjalan waktu, beliau jadi wakil rakyat di Senayan. Tak lama kemudian petaka datang,beliau divonis 4 tahun terkait kasus pengadaan 20 unit Damkar.
Lima hari puasa berjalan, Pak Saleh bebas bersyarat. Kembali berkumpul dengan segenap sanak saudara. Saling membagi tawa dan canda. Itulah hidup. Lembaran masa lalu jadi catatan dan yang akan datang tidak seorang pun yang tahu.
Hidup penuh teka-teki. Sama halnya dengan alur hidup seorang lelaki penganguranyang nyaris putus asa. Suatu ketika dia keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah. Sudah cukup lama ia tak bekerja. Kondisi finansialkeluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah denganbarang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokokkeluarganya sandang dan pangan.
Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering marah-marahkarena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki itusudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa perjalanannya kaliinipun akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan pekerjaan.
Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinyaterantuk sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya. "Uh,hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok," gerutunya kecewa. Meskipunbegitu ia membawa koin itu ke sebuah bank. "Sebaiknya koin in Bapak bawa sajake kolektor uang kuno," kata teller itu memberi saran. Lelaki itupun mengikutianjuran si teller, membawa koinnya ke kolektor. Beruntung sekali, si kolektormenghargai koin itu senilai 30 dollar.
Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia lakukandengan rejeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnyabeberapa lembar kayu sedang diobral. Dia bisa membuatkan beberapa rak untukistrinya karena istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk menyimpanjambangan dan stoples. Sesudah membeli kayu seharga 30 dollar, dia memanggulkayu tersebut dan beranjak pulang.
Di tengah perjalanan dia melewati bengkel seorang pembuat mebel. Matapemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu. Kayunyaindah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal. Kebetulan pada waktu itu adapesanan mebel. Dia menawarkan uang sejumlah 100 dollar kepada lelaki itu.Terlihat ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun pengrajin itu meyakinkannya dandapat menawarkannya mebel yang sudah jadi agar dipilih lelaki itu. Kebetulan disana ada lemariyang pasti disukai istrinya. Dia menukar kayu tersebut dan meminjam sebuahgerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun segera membawanya pulang.
Di tengah perjalanan dia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedangmendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itumendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan menawardengan harga 200 dollar. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanitamenaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lelaki itupun setuju. Kemudianmengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang.
Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima.Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Pada saat ituseorang perampok keluar dari semak-semak, mengacungkan belati, merampas uangitu, lalu kabur.
Istri si lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya serayaberkata, "Apa yang terjadi? Engkau baik-baik saja kan? Apa yang diambil oleh perampok tadi?"
Lelaki itu mengangkat bahunya. "Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyokyang kutemukan tadi pagi."
Fulan! Kalau matahari lagi terbit, ingatlah ada masanya terbenam. Kalau mataharilagi di ufuk barat, yakinlah esok akan ada cahaya di ufuk timur. Intinya jangantenggelam dalam kesenangan dan kepedihan yang berlebihan! ***
Dulu Pak Saleh Djasit itu seorang Gubernur. Daerah kekuasaannya meliputi Riau daratan dan kepulauan. Gagah benar beliau tatkala itu. Seiring berjalan waktu, beliau jadi wakil rakyat di Senayan. Tak lama kemudian petaka datang,beliau divonis 4 tahun terkait kasus pengadaan 20 unit Damkar.
Lima hari puasa berjalan, Pak Saleh bebas bersyarat. Kembali berkumpul dengan segenap sanak saudara. Saling membagi tawa dan canda. Itulah hidup. Lembaran masa lalu jadi catatan dan yang akan datang tidak seorang pun yang tahu.
Hidup penuh teka-teki. Sama halnya dengan alur hidup seorang lelaki penganguranyang nyaris putus asa. Suatu ketika dia keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah. Sudah cukup lama ia tak bekerja. Kondisi finansialkeluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah denganbarang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokokkeluarganya sandang dan pangan.
Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering marah-marahkarena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki itusudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa perjalanannya kaliinipun akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan pekerjaan.
Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinyaterantuk sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya. "Uh,hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok," gerutunya kecewa. Meskipunbegitu ia membawa koin itu ke sebuah bank. "Sebaiknya koin in Bapak bawa sajake kolektor uang kuno," kata teller itu memberi saran. Lelaki itupun mengikutianjuran si teller, membawa koinnya ke kolektor. Beruntung sekali, si kolektormenghargai koin itu senilai 30 dollar.
Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia lakukandengan rejeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnyabeberapa lembar kayu sedang diobral. Dia bisa membuatkan beberapa rak untukistrinya karena istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk menyimpanjambangan dan stoples. Sesudah membeli kayu seharga 30 dollar, dia memanggulkayu tersebut dan beranjak pulang.
Di tengah perjalanan dia melewati bengkel seorang pembuat mebel. Matapemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu. Kayunyaindah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal. Kebetulan pada waktu itu adapesanan mebel. Dia menawarkan uang sejumlah 100 dollar kepada lelaki itu.Terlihat ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun pengrajin itu meyakinkannya dandapat menawarkannya mebel yang sudah jadi agar dipilih lelaki itu. Kebetulan disana ada lemariyang pasti disukai istrinya. Dia menukar kayu tersebut dan meminjam sebuahgerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun segera membawanya pulang.
Di tengah perjalanan dia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedangmendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itumendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan menawardengan harga 200 dollar. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanitamenaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lelaki itupun setuju. Kemudianmengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang.
Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima.Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Pada saat ituseorang perampok keluar dari semak-semak, mengacungkan belati, merampas uangitu, lalu kabur.
Istri si lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya serayaberkata, "Apa yang terjadi? Engkau baik-baik saja kan? Apa yang diambil oleh perampok tadi?"
Lelaki itu mengangkat bahunya. "Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyokyang kutemukan tadi pagi."
Fulan! Kalau matahari lagi terbit, ingatlah ada masanya terbenam. Kalau mataharilagi di ufuk barat, yakinlah esok akan ada cahaya di ufuk timur. Intinya jangantenggelam dalam kesenangan dan kepedihan yang berlebihan! ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar