Selasa, 12 Juni 2012

Bermula dari Niat Baik Kawan!

(TULISAN INI DIPUBLIKASI HARIAN VOKAL, 2 DESEMBER 2010)
Fulan baru saja dapat musibah. Petaka yang bermula dari niat baik. Maksud hati ingin menolong orang yang barang jatuh di tengah jalan. Tatkala barang itu jatuh, Fulan membantu mengambilnya. Orang itu lagi mengendarai sepeda motor.
Upss…barang baru disentuh, yang punya barang berteriak; “Rampooooooooooook…rampoooooooooook!”  Fulan terkejut bukan alang kepalang. Mau lari, jelas menambah runyam keadaan. Mau bertahan dan menjelaskan, warga sudah berkerumun. “Alamak mati juga diruku,” kata Fulan membathin.
Berselang tak lama kemudian, orang banyak langsung main hakim. Fulan dipukul. Remuk jua badannya. Darah bercucuran. Fulan pingsan. Semuanya serba hitam dan gelap.
Tak jauh berbeda dengan kisah seorang pemuda. Seketika hujan rintik-rintik membasahi bumi, udara berhembus terasa segar. Seorang pemuda telah selesai menunaikan salat luhur berjamaah di masjid. Pandangannya menyapu ke arah halaman masjid, tidak jauh darinya ada seorang perempuan tua yang duduk di tengah lapangan menarik perhatiannya. Tiba-tiba sebuah tas kecil dari tempat nenek itu terbang tertiup angin kencang. Segera pemuda itu memperhatikan teriakan nenek itu minta tolong, ingin tasnya diambilkan.
Merasa terpanggil, pemuda itu segera berlari mengejar tas kecil. Terlihat tas itu telah melesat jauh, dia berlari dengan terengah-engah kelelahan. Berlarilah pemuda itu sekuat tenaga dan tas kecil itu berhasil juga dipegangnya. Tampak keringat bercucuran, dengan hati penuh kebahagiaan dia berlari kecil mengantarkan tas kecil. Terlintas di dalam hatinya lelah yang dirasakan tentunya akan disambut dengan senyuman dan ucapan terima kasih sang nenek sudah cukup sebagai balasan atas kebaikan yang telah dilakukannya.
Namun diluar dugaan, sang nenek segera merebut tas kecil itu dan membalikkan tubuhnya dengan wajah yang cemberut. Sepintas seperti marah. Pemuda terkejut bukan main. Jangankan senyuman dan ucapan terima kasih, wajah ramahpun tidak terlihat. Pemuda itu kebingungan. “Apa dosaku ya?” ucapnya lirih. Dia tak bisa bergerak, malu, kesal, kecewa tercampur aduk.
Berkali-kali pemuda istighfar. Siang itu dirinya menemukan pelajaran yaitu makna ikhlas. Ya tentang keikhlasan. Keikhlasan berarti tidak pernah berharap apapun, bahkan balasan walaupun berupa senyuman dari yang kita perbuat. Lakukanlah segala perbuatan baik semata-mata karena Allah. Itulah yang disebut dengan ikhlas. Siang itu di halaman masjid, pemuda itu mendapatkan pelajaran bahwa ikhlas itu indah.
Hmm…ikhlas itu indah. Badan biar remuk-redam, tapi hati masih bisa tersenyum. Lantas bagaimana dengan dirimu kawan, yang suka menolong pejabat penipu itu. Tampilan seperti nabi, tapi hatinya yahudi. Entahlah Fulan! ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar