(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN VOKAL, 2 MARET 2011)
Terpaku
Fulan mendengar keluhan teman barunya. Sang teman lagi terbelenggu
kemelut rumah tangga. Pasangan hidupnya tidak seperti yang dibayangkan.
Jauh panggang dari api. Jauh harapan dari kenyataan.Jalan keluarnya tak
lain tak bukan adalah memutus tali perkawinan. Lantaran itu dia datang
ke pengadilan agama. "Mungkin ini jalan terbaik bagi kebahagiaan
masing-masing.
Fulan hanya geleng-geleng kepala. Sembari itu dia
memberikan lembaran tulisan yang ditulis Silvani sebagaimana dilansir
eramuslim.com. Ini isinya Tuan; ketika saya memutuskan untuk menikah,
yang terbayang di benak saya adalah semua yang indah-indah. Betapa
tidak, seumur hidup akan saya habiskan bersama orang yang saya cintai.
Berbunga-bungalah
hati ini saat sang pujaan hati datang pada ayah bunda, bermaksud
melamar, menjadikan saya sebagai istrinya. Dan hari pernikahan itupun
tiba, sungguh hari terindah…
Bagaikan kisah dongeng “Cinderella”,
hari itu sayalah si gadis jelita yang dinikahi sang pangeran tampan,
akan diboyong menuju istananya and they lived happily ever after…
begitulah akhir kisah dongeng "Cinderella".
Bagaimana dengansaya?
Setelah resmi menjadi pasangan suami istri, setelah melewati hari-hari
bersamanya, ohh ternyata… tersadarlah saya, kalau saya dan suami sangat
jauh berbeda.
Perbedaan itu bagaikan bumi dengan langit! Saya yang
suka becerita, suami yang tidak suka mendengar cerita … Saya yang suka
bertemu orang banyak, suami yang tidak suka keramaian… Saya yang
sensitif, suami yang bicara ceplas-ceplos…
Hari demi hari berlalu,
tahunpun berganti. Telah hampir sepuluh tahun kami kayuh biduk rumah
tangga ini. Biduk rumah tangga yang penuh nuansa. Suka, tawa, bahagia,
duka, dan lara ada di sana.
Batin ini kemudian bertanya… Setelah
sepuluh tahun berlalu, masih adakah cinta tersisa? Kemana gerangan
perginya getaran cinta itu? Yaa Allah… saya tak mau cinta itu hilang,
jangan sampai cinta menjadi redup dan kemudian mati. Saya harus
menghidupkan kembali cinta di antara kami.
Saya sadar, manusia
tidak ada yang sempurna, begitu juga saya dengan segala
ketidaksempurnaan saya. Sia-sia mencari pasangan yang sempurna, karena
tak kan pernah ada, karena hanya Allahlah yang Maha Sempurna.
Setiap
manusiapun unik dengan karakter yang dimilikinya. Ini membuktikan bahwa
Allah Maha Kaya. Allah yang sanggup memberikan karakter yang
berbeda-beda pada setiap hamba-Nya. Subhanallah…
Perbedaan yang
ada bukanlah menjadi jarak yang memisahkan kami, melainkan untuk saling
melengkapi. Seperti saling melengkapinya bumi dan langit.
Saya
menikmati hidup berumah tangga dengan segala nuansanya. Berumah tangga
adalah perjuangan. Saya harus pandai mengelola hati, saat hati ini luka
dan kecewa, saya maafkan suami. Karena saya melihat kesungguhannya
memperbaiki kesalahannya. Karena luka bagaikan beban berat di punggung
kita.
Maukah saya berjalan dengan terus membawa beban berat di
punggung? Dan tentang cinta… Cinta dalam rumah tangga ternyata lebih
luas, bukanlah cinta sesaat yang menggetarkan… jauh lebih indah, lebih
dewasa, berwujud rasa kasih sayang kepada pasangan kita.
Dan
kutemukan kembali cinta itu, tak pernah hilang, semakin berkilauan. Saat
saya menatapnya, tertidur dalam lelahnya… Dialah lelaki yang telah
bekerja keras untuk saya, rela bekerja siang malam, berpeluh
keringat…Seumur hidupnya dihabiskan untuk bekerja.
Semua itu untuk
saya! Menafkahi saya, menafkahi kedua anak kami. Satu tujuannya,
membahagiakan kami. Dia teristimewa dipilihkan Allah untuk saya… Yaa
Allah... segala puji dan syukur kupanjatkan kepada Engkau…
Duhai
suamiku… Engkaulah Langit bagiku. Engkau senantiasa menaungiku, memberi
kehangatan sang mentari, melindungi dengan awan putih nan lembut,
mencurahkan air sejuk di kala dahaga, melukiskan semburat warna pelangi…
Saat mentari tenggelam, kau beri aku rembulan dan taburan bintang,
hanya untukku…
Duhai Suamiku… berpijaklah engkau kepadaku sebagai
Bumimu, kan kuberi Engkau cinta, cinta yang tak mengenal lelah, untuk
selamanya.
Fulan berlalu dari hadapan sang teman berambut panjang
itu. entah apa responnya, tak ada yang tahu, kecuali dia dan Tuhannya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar