(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN PAGI VOKAL, 30 MARET 2011)
Satu
bulan belakangan ini Fulan berada di pinggiran Kota Pekanbaru. Tepatnya
di Kelurahan Sri Meranti. Lazimnya hidup di daerah yang jauh dari pusat
kota, kehidupan serba alamiah.
Termasuk soal buang hajat. Masih
ada warga yang memanfaatkan sungai. Tepatnya anak sungai Siak. Alamat
jadilah kali itu sebagai WC panjang di Kota Bertuah.
Ada yang
mengelitik ketika bicara sungai dan buyang hajat Tuan! Konon di zaman
Raja Harun Al Rasyid dulu tidak ada yang namanya WC, yang ada cuma
sungai atau kali untuk buang hajat. Suatu ketika sang raja merasa
perutnya sedang sakit, dan sudah tidak bisa lagi untuk diajak kompromi.
Seketika itu juga raja meminta para pengawal untuk mendampinginya ke
sungai demi menuntaskan hajatnya. Kebetulan sungai disitu mengalir ke
arah selatan. Dan Sudah masyhur di kalangan masyarakat , jika sang raja
sedang buag hajat di sungai, maka rakyat dilarang keras berak di sebelah
utaranya raja, karena di khawatirkan kotoran tersebut akan mengalir ke
arah selatan dan mengenai badan sang raja. Dan kalau ada yang melanggar,
maka akan mendapatkan hukuman berat dari sang raja. Namun kali ini,
peraturan tersebut tidak di indahkan oleh sang tokoh kocak Abu Nawas,
Abu Nawas dengan santainya juga ikut berak di sebelah utara agak jauh
dari posisi sang raja, sehingga sang raja tidak melihatnya. Disaat asyik
buang hajat, tiba – tiba saja ada suatu benda yang menyenggol pantat
sang raja, tanpa berpikir panjang, benda tersebut langsung dipegang dan
dilihat oleh sang raja, alangkah terkejutnya, ternyata benda tersebut
adalah kotoran manusia. kontan saja hal itu membuat sang raja naik
pitam. seketika itu juga raja menyuruh para pengawalnya untuk menelusuri
sungai di sebelah utara,dan menangkap orang yang berak . Benar saja, di
sebelah utara agak jauh dari posisi sang raja, terlihat sosok abu nawas
sedang berak dengan santainya. Saat itu juga para pengawal langsung
menangkap dan membawanya ke hadapan raja untuk di hukum. Ketika di
hadapkan pada raja, Abu Nawas memprotes pada raja kenapa dia di tangkap
dan akan dihukum. Raja pun menjawab : ”Apakah kamu tidak tahu wahai Abu
Nawas, perbuatanmu itu telah melecehkan privasiku, kamu telah menginjak –
injak harga diriku, kamu memang tidak punya tata krama !!! bentak sang
raja. “Berani – beraninya kamu berak di sebelah utaraku, sehingga
kotoranmu mengenai badanku, selama ini tidak pernah seorangpun dari
rakyatku berani melakukan perbuatan sepertimu” wahai Abu Nawas” Tambah
sang raja dengan nada sangat kesal. “Kini kamu harus menerima hukuman
dariku” “Maaf, tunggu sebentar wahai raja ” sela Abu nawas. “Ada apa?
tanya raja, “kali ini tidak ada lagi ampun bagimu Abu nawas” “Tunggu
sebentar, tolong beri saya kesempatan untuk menjelaskannya. “Saya
melakukan itu semua, karena saya sangat menghormati engkau wahai raja”
mendegar hal itu, raja harun Al Rasyid langsung sedikit tertegun dengan
apa yang disampaikan oleh abu nawas. “Lho perbuatan seperti itu , kamu
bilang malah untuk menghormati aku???” tanya raja dengan ekspresi agak
sedikit keheranan. “Ya benar raja ” jawab abu nawas dengan tegasnya.
Rajapun semakin keheranan dan penasaran dengan abu nawas. “Baiklah kali
ini aku kasih kamu kesempatan untuk menjelaskan alasannya, jika alasanmu
tidak masuk akal maka aku tidak segan – segan untuk memperberat
hukumanmu.” “Baiklah raja, begini alasannya . Raja tahu, selama ini jika
raja tengah mengadakan perjalanan dengan rakyat atau bersama pengawal ,
tidak ada satupun dari rakyat atau pengawal raja yang berani mendahului
jalannya raja, begitu juga dengan saya, ketika saya ikut rombongan raja
, posisi saya ketika berjalan tidak berani mendahului raja, itu saya
lakuakan karena saya menjaga tata krama dan sopan santun kepada raja”
“Ya bagus, lha terus apa hubungannya dengan perbuatanmu yang sekarang
ini??” tanya raja dengan nada semakin penasaran dengan akal cerdik abu
nawas. “Begini raja, saya menghormati engkau tidak setengah – setengah,
melainkan saya menghormati engkau dengan sepenuh hati . Ketika saya
buang hajat , saya memilih di sebelah utara raja, dan sama sekali , saya
tidak berani berak berada di sebelah selatan raja. Hal ini saya lakukan
karena saya kuatir, jika saya berak di sebelah selatan raja, maka nanti
kotoran saya berlaku tidak sopan kepada kotoran raja, karena sudah
berani berjalan mendahuli kotoran raja. sehingga saya memilih berak di
sebelah utara, agar supaya kotoran saya tidak sampai mendahului kotoran
raja. Ini semua saya lakuakan tidak lain, hanya demi Tata krama saya
kepada kotoran raja. Terus terang wahai baginda, kotoran saya tidak
berani mendahului kotoran raja, karena hal itu merupakan perbuatan su’ul
adab. Ketika raja berjalan, saya tidak berani mendahului jalan raja,
begitu juga ketika kotoran raja mengalir, maka kotoran saya pun tidak
berani mendahului kotoran raja. ini semua saya lakuakn karena Sopan
santun dan tata krama saya yang sepenuh hati kepada raja.” “Malah yang
seharusnya diberi hukuman bukan saya wahai raja , melainkan rakyat
engkau yang tidak punya tata krama, karena mereka berani berak di
sebelah selatanmu, sehingga kotoran mereka mendahului kotoranmu. “
Mendengar penjelasan Abu nawas, raja pun tersennyum. dia tidak jadi
marah dan menghukum Abu nawas, tetapi oleh sang raja Abu Nawas malah
diberi hadiah karena alasannya masuk akal. Sejak kejadian itu, raja pun
menginstruksikan kepada rakyatnya untuk berak di sebelah utara sang
raja, demi menjaga kesopanan kepada kotoran sang raja. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar