Selasa, 12 Juni 2012

Dia tak Siap Dimaki Tuan!

(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN VOKAL, 27 DESEMBER 2010)
Gubernur Riau, Rusli Zainal takut didemo mahasiswa. Dia bergegas meninggalkan lapangan bola kaki Universitas Islam Riau tatkala mendapat bisikan dari ajudan, bahwa ada segereombolan pengunjuk rasa di dekat kampus. Mereka menuntut kejelasan soal pembangunan fasilitas PON yang tak transparan di kampus itu.
Sontak sang gubernur masuk kamar ganti dan naik mobil. Lalu menghilang lewat pintu belakang. Kenapa sang gubernur takut demontrasi? Apakah dia tak siap dikata-katai sang pendemo? Apakah telinga RZ tipis untuk mendengar hujatan? Apakah mukanya cepat merah tatkala dikritik? Apakah emosinya tak bisa dibendung manakala mendengar pendapat yang tak seide dengannya?
Dia pemimpin dua periode untuk provinsi ini! Hmm…Fulan jadi mau lagi membaca kisah kesabaran utusan langit. Di sudut pasar Madinah Al-Munawarah seorang pengemis Yahudi buta hari demi hari apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata “Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya”. Setiap pagi Rasulullah mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Rasulullah melakukannya hingga menjelang Beliau wafat. Setelah kewafatan Rasulullah tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.
Suatu hari Abu Bakar berkunjung ke rumah anaknya Aisyah. Beliau bertanya kepada anaknya, “Anakku adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan.” Aisyah menjawab pertanyaan ayahnya, “Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja”
“Apakah Itu?” tanya Abu Bakar. Setiap pagi Rasulullah selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana”, kata Aisyah r.ha.
Keesokan harinya Abu Bakar pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Ketika Abu Bakar mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, “Siapakah kamu?”
 Abu Bakar menjawab, “Aku orang yang biasa!”
“Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku. Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya setelah itu ia berikan padaku dengan mulutnya sendiri.
Abubakar tidak dapat menahan air matanya. “Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad SAW.”
Usai mendengar, pengemis pun menangis. “Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghina, memfitnah, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun. Ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia,” katanya yang tak lama kemudian bersyahadat di hadapan Abu Bakar.
Seiring dengan itu, di lain kesempatan, Nabi bertamu ke rumah Abu Bakar. Ketika bercengkrama dengan Nabi, tiba-tiba datang seorang Arab Badui menemui Abu Bakar dan langsung mencela Abu Bakar. Makian, kata-kata kotor keluar dari mulut orang itu. Namun, Abu Bakar tidak menghiraukannya. Ia melanjutkan perbincangan dengan Rasululloh. Melihat hal ini, Rasul tersenyum.
Kemudian, orang Arab Badui itu kembali memaki Abu Bakar. Kali ini, makian dan hinaannya lebih kasar. Namun, dengan keimanan yang kokoh serta kesabarannya, Abu Bakar tetap membiarkan orang tersebut. Rasul kembali memberikan senyum.
Semakin marahlah orang Arab Badui tersebut. Untuk ketiga kalinya, ia mencerca Abu Bakar dengan makian yang lebih menyakitkan. Kali ini, selaku manusia biasa yang memiliki hawa nafsu, Abu Bakar tidak dapat menahan amarahnya. Dibalasnya makian orang Arab Badui tersebut dengan makian pula. Terjadilah perang mulut. Seketika itu, Rasul beranjak dari tempat duduknya. Ia meninggalkan Abu Bakar tanpa mengucapkan salam.
Melihat hal ini, selaku tuan rumah, Abu Bakar tersadar dan menjadi bingung. Dikejarnya Rasululloh yang sudah sampai halaman rumah. Kemudian Abu Bakar berkata,”Wahai Rasululloh, janganlah Anda biarkan aku dalam kebingungan yang sangat. Jika aku berbuat kesalahan, jelaskan kesalahanku!”
“Sewaktu ada seorang Arab Badui datang dengan membawa kemarahan serta fitnaan lalu mencelamu, kulihat tenang, diam dan engkau tidak membalas, aku bangga melihat engkau orang yang kuat mengahadapi tantangan, menghadapi fitnah, kuat menghadapi cacian, dan aku tersenyum karena ribuan malaikat di sekelilingmu mendoakan dan memohonkan ampun kepadamu, kepada Alloh SWT. Begitu pun yang kedua kali, ketika ia mencelamu dan engkau tetap membiarkannya, maka para malaikat semakin bertambah banyak jumlahnya. Oleh sebab itu, aku tersenyum. Namun, ketika kali ketiga ia mencelamu dan engkau menanggapinya, dan engkau membalasnya, seluruh malaikat pergi meninggalkanmu. Hadirlah iblis di sisimu. Oleh karena itu, aku tidak ingin berdekatan dengan kamu. Aku tidak ingin berdekatan dengannya, dan aku tidak memberikan salam kepadanya.”
Setelah itu menangislah Abu Bakar. Fulan jadi berpikir, banyak manusia mendatangkan rombongan iblis dengan membalas cacian dan fitnaan. Tapi sedikit orang yang mampu sabar. Entah mereka lupa kalau sabar itu mendatangkan rombongan malaikat yang siap memohonkan ampun untuk kita? Lantas Gubernur Rusli itu lari dari kejaran pendemo, alasannya apa? Hmm…mungkin takut mendatangkan rombongan iblis. He…he…he..! (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar