Rabu, 13 Juni 2012

Kita Angkuh di Lampu Merah

 (TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN PAGI VOKAL, 8 APRIL 2011). Tuan pernah ke Dumai? Jika pernah, barang sekali kunjungilah lampu merah dekat Jalan Cempedak-Budi Kemulian. Duduklah barang sejenak, tak berapa lama, Tuan akan tahu bahwa lampu merah tak bermakna apa-apa di sana.
Sama saja merah atau hijau. Ketika hijau, orang melaju terus. Begitu juga dengan merah. Kalau sudah begitu, Tuan akan sering mendengar sumpah serapah di sana.
Jika Tuan punya waktu, berjalan-jalan juga ke pinggiran Kota Pekanbaru. Manakala bertemu lampu merah, keadaan tidak jauh berbeda. Orang yang berhenti, malah dipandang aneh.

Ini ada beberapa referensi soal lampu merah. Di Kansas, pengendara bisa terus melaju ketika lampu merah. Bagaimana bisa?
Pada 22 Februari 2011, DPRD Kansas menyetujui RUU yang memungkinkan pengendara sepeda motor untuk tetap melaju ketika lampu berwarna merah. Namun, hal tersebut bisa dilakukan jika kondisi tertentu dipenuhi.
RUU ‘Dead Red’ ini memberi pengendara motor terus melaju di lampu merah jika lampu gagal berubah menjadi hijau setelah ‘selang waktu yang beralasan’. Hal ini karena kebanyakan motor tak terlalu besar memicu sensor lampu lalin yang menentukan kapan lampu harus berubah hijau.
RUU ini akan mencegah pengendara motor dan sepeda terkena tilang atau denda karena melaju ketika lampu merah yang tak berubah karena malfungsi sinyal lalin atau sensor yang tak mendeteksi motor atau sepeda.
Sebelum RUU itu dikeluarkan, pengendara harus menunggu hingga sebuah mobil muncul dan memicu sensor. "Mobil dan truk tak memiliki masalah dengan hal ini namun sepeda motor selalu bermasalah dengan lampu lalin," kata Deputi Sheriff Bob Peters.
“Anda mungkin saja berada di seksi jalan saat Anda akan menunggu lima menit dan mungkin saja tak ada lalin lain yang memicu sensor lampu lalin," katanya.
Akan tetapi di Vietnam, menghentikan mobil saat lampu merah bisa membuat Anda babak belur. Harian Tuoi Tre yang dikontrol pemerintah, Kamis (24/3/2011), memberitakan, sopir taksi Do Quoc Thai diserang penumpangnya karena tak mau jalan terus saat lampu merah.
Yang ironis, penumpangnya adalah Mayor Bui Minh Thang, orang nomor dua di divisi lalu lintas kepolisian provinsi Hau Giang. Thai mengatakan, penumpangnya dua kali meminta dia melanggar lampu merah. Ketika sopir itu tetap berhenti, Thang merebut kendali setir, mengancam akan menembaknya, dan menyerangnya menggunakan sabuk.
Kebetulan insiden itu terjadi di depan kantor polisi di kota Can Tho sehingga keduanya diminta masuk untuk ditanyai. Ceritanya belum berakhir karena Thang juga mengancam polisi yang memeriksa dan meminta seorang polisi untuk berlutut dan minta maaf.
Usut punya usut, ternyata Thang mabuk berat setelah minum anggur dan bir sebelum naik taksi. Menerobos lampu merah adalah pelanggaran lalu lintas yang dianggap lumrah di Vietnam. Citra polisi lalu lintas juga buruk karena korupsi dan kekerasan di lapangan.
Dalam laporannya tahun 2010, organisasi pembela hak asasi manusia Human Rights Watch mendesak Vietnam menyelidiki "kebrutalan polisi" berdasarkan dokumentasi 19 insiden kekerasan oleh polisi yang menyebabkan 15 orang tewas.
Itulah dunia jalan raya Fulan. Ada kesombongan dan keangkuhan dengan dalil siapa kita. Hmm…Oh Tuhan! ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar