Rabu, 13 Juni 2012

Sekeping Hati yang Utuh

(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN VOKAL, 25 APRIL 2011)
Dua hari yang lalu, sejumlah rumah di Pangkalan Kerinci. Pelalawan dimamah si jago merah. Jadi abulah tempat tinggal warga. Sehari kemudian, Peknabaru dilanda banjir. Sejumlah kawasan seperti danau.
Dua tempat yang berdekatan, namun mengalami nasib yang berbeda. Satu api, satu lagi air. Satu panas, satu menyejukan. Manakala keduanya masih kecil kuantitasnya, amatlah berguna. Akan tetapi sudah besar, keberadaan dua unsur  itu membinasakan manusia. Jika tidak percaya, coba sendirilah kawan!
Di Vietnam, tanggal 11 Juni 1963, seorang biksu Budha, Thich Quang Duc yang melakukan self-immolation atau membakar diri. Kejadian  di sebuah siang yang riuh di Saigon (sekarang Ho Chi Minh).  Duc melakukan aksi protes terhadap rezim perdana menteri Vietnam, Ngô Đình Dim yang kerap melakukan penyiksa Diem menekan atau membatasi sangat keras terhadap aktivitas keagamaan. Dia tampil sebagai corong awal kebijakan sosialis di Vietnam, yang disokong oleh Komunis Cina Daratan.
Bersama ratusan biksu lainnya yang ikut mengantarkan menuju keramaian. Percaya atau tidak, menurut seorang saksi mata, Duc dalam melakukan aksi bakar diri ini tidak melakukan pergerakan tubuh sedikitpun, bersuarapun tidak. Dirinya hanya memejamkan mata untuk kemudian diam dan dengan tenang api menjalar, menghanguskan kepala, merontokkan kulit, aroma daging terbakar dan menghanguskan tubuhnya perlahan-lahan hingga hanya kerangka dan abu hasil bekas pembakaran tubuhnya.
Setelah tewas, abunya kini disimpan di sebuah pagoda dengan namanya sendiri. Tubuhnya hancur wahai kawan, tetapi hatinya masih utuh dan kemudian diawetkan. Aksi berani Duc berhasil dipublikasikan oleh Malcolm Browne seorang jurnalis Amerika dan pada tahun yang sama ia pun meraih Penghargaan Pulitzer atas fotonya tersebut.
Publikasi besar-besaran foto tersebut telah meninggikan tekanan masyarakat dunia terhadap Ngo Dinh Diem yang bersekutu dekat dengan Amerika Serikat. Diem meredakan tekanan internasional dengan membangun secara massal pagoda di seluruh wilayah Vietnam. Situasi politik yang dianggap belum mencerahkan selama kurun waktu 8 tahun pemerintahannya tak menghentikan aksi biksu-biksu lainnya yang mengikuti aksi Duc. Krisis politik benar-benar merada setelah secara tragis Diem dibunuh oleh Nguyễn Văn Nhung, seorang mayor pada angkatan bersenjata Vietnam. Pembunuhan itu terjadi setelah Vietnam dan Amerika Serikat tak lagi seharmonis dulu.  Gerakan merestorasi Vietnam, termasuk peristiwa pembunuhan itu dipimpin oleh Ho Chi Minh yang sekarang resmi menjadi nama kota terbesar di Vetnam mengganti Saigon.
Kata seorang pengamat, rangkaian ketulusan dan pengorbanan Duc, kejelian Malcolm Browne, keberanian Nhung dan Minh adalah sebuah kisah kemanusiaan. Kisah yang bermula dari cinta, cinta akan kemerdekaan.
Sedia mati untuk menjalankan keteguhan hati dan prinsipnya. Manusia memang memiliki keyakinan luar biasa dengan pandangan yang cukup hebat. Hanya sangat sedikit sekali dari sekian milyar penduduk di muka bumi ini, yang berani untuk melakukannya. Pilihan gila yang cukup sulit, ini menjadi bukan contoh yang baik tapi sebuah renungan.
Itulah api, itulah air dan itu juga sebuah kayakinan. Keyakinan yang menyebabkan hati tak terbakar api. Lantas bagaimana dengan hati kita Tuan? Terbakar cemburukah atau dingin membeku seperti salju? Entahlah Tuan! ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar