(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN PAGI VOKAL, 9 MARET 2011)
Sepertinya
kasih sayang kian enyah dari kehidupan. Pergi menguap seiring waktu.
Begitulah Fulan mematut dunia sekarang tatkala dia membaca berita
seorang istri membakar istri dan anaknya di Rokan Hulu. Hmm…betapa
kejamnya dunia wahai Tuan!
Dulu katanya cinta, kini malah petaka.
Dulu disampaikan kalau dirinya punya perasaan mendalam pada pasangan,
sekarang malah jadi bencana. Terbalik 180 derajat.
Pada kehidupan
ini memang banyak kisah menyedihkan. Manakala di daerah suluk itu
seorang ayah membakar anaknya, di tempat lain malah anak lelaki berlaku
aniaya pada ayahnya.
Tersebutlah sebuah kisah sepasang
suami isteri muda yang mempunyai seorang anak laki-laki berusia sembilan
tahun. Ayah si suami itu tinggal bersama mereka, ia sudah amat tua,
sangat lemah serta sulit untuk berjalan sendiri. Isteri muda itu amat
tidak menyukai kehadiran ayah mertuanya di antara mereka. Tetapi
suaminya, amat menyayangi ayahnya dan selalu menenangkan isterinya untuk
merawat orangtuanya dengan baik.
Pada suatu malam, si isteri itu
menunggu sampai anak laki-lakinya tidur nyenyak, ia lalu meminta kepada
suaminya untuk menyingkirkan ayah mertuanya itu dari rumahnya, apabila
suaminya ingin tetap hidup bersamanya.
Suaminya amat sedih dan
merasa tidak berdaya menghadapi permintaan isterinya itu. Akhirnya ia
menyetujui permintaan isterinya, supaya kehidupan rumah tangganya tidak
terganggu lagi oleh ayahnya yang sudah tua renta itu.
Setelah
yakin anaknya sudah tidur nyenyak, mereka lalu merencanakan bagaimana
caranya untuk membuang ayahnya itu. Si isteri berkata : “Besok pagi-pagi
sekali, kamu harus katakan kepada ayahmu, bahwa kamu akan membawanya ke
tempat ziarah. Taruh saja dia di dalam keranjang besar dan bawa dia ke
dalam hutan lebat. Tinggalkan saja di sana
, biar dimakan binatang buas, setelah itu cepat-cepat pulang ke rumah.”
Keesokkan
paginya, anak laki-laki itu bangun pagi-pagi sekali. Seperti yang telah
direncanakan orangtuanya, si ayah membawa kakeknya yang dimasukkan ke
dalam keranjang besar dan pergi keluar. Anak itu lalu bertanya :
“Ayah, mau dibawa kemana kakekku ini?”
“Anakku, saya akan membawanya pergi berziarah.”
“Baiklah
ayah, tetapi jangan lupa ya membawa pulang kembali keranjang besar itu,
karena kalau nanti ayah sudah setua kakek, saya akan membawa ayah
berziarah juga.”
Kata-kata anak laki-laki itu menyadarkan mereka,
pasangan suami isteri muda itu lalu berubah pikiran. Mereka akhirnya
merawat orangtua itu dengan baik.
Di India, seorang ayah
yang masih muda merencanakan membuang ayahnya yang sudah tua, si ayah
dimasukkan ke dalam sebuah kereta. Ia lalu membawanya ke kuburan.
Cucunya juga ikut serta. Ketika cucunya melihat ayahnya sedang menggali
lubang kuburan untuk mengubur kakeknya, anak kecil itu berkata kepada
ayahnya: “Ayah, tolong gali sebuah lubang lagi untuk kuburanmu sendiri.
Nanti, kalau ayah sudah tua saya tinggal mengubur ayah saja di situ,
jadi saya tidak usah repot-repot menggali kuburan untukmu.”
Ada
cerita
lain lagi, seorang kakek diberikan makanan dengan sebuah piring yang
amat kotor, ditaruh di atas tanah. Piring itu begitu kotornya sehingga
tak seorang pun yang sanggup untuk memakan makanan dari piring tersebut.
Ketika anak laki-laki tua tersebut melihat bahwa tak ada gunanya lagi
untuk memberi makan kepada ayahnya, ia ingin membuangnya. Anaknya yang
masih muda lalu berkata :
“Ayah, piring tua itu jangan dibuang. Saya ingin menyimpannya.”
Ayahnya bertanya : “Untuk apa?”
Anak muda itu berkata :
“Untuk apa….? Tentu saja untuk memberikan makanan ayah di atas piring itu kalau ayah sudah setua kakek saya ini.”
Tuan
dan Puan! Agar kasih sayang kembali pada tampuknya, ada baiknya kita
ajak anak kecil kita hadir pada momen dimana hati kita lagi tandus?
Semoga sang buah hati jadi penyubur kasih sayang di istana hati. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar