Rabu, 13 Juni 2012

Samantha Kecil yang Bijak

(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN VOKAL, 14 FEBRUARI 2011)
Perhatikanlah Indonesia hari ini Tuan! Setiap sebentar terdengar kekacauan horizontal, namun kekacauannya tidak sebentar. Antara geng dengan geng berkelahi, satu suku dengan suku lain berperang, warga desa dengan desa lain bertikai, dan satu keyakinan dengan keyakinan saling membunuh.
Banyak sudah darah tercecer di republik ini. Tak terhitung pula nyawa melayang. Entah berapa kali pula isak tangis kesedihan terdengar. Sudah banyak tetesan air mata. Akan tetapi pelampiasan-pelampiasan hasrat individu untuk merusak terus saja terjadi. Integrasi sosial di tengah-tengah masyarakat retak. Warga makin terbelenggu dalam dimensi fisik. Dimensi spiritual hilang dari proyek pembangunan manusia Indonesia, sehingga menjadi dasar mengeksekusi niat untuk melukai fisik orang lain dari waktu ke waktu.
Hmm…pemerintah menyelesaikan semuanya dengan cara yang seragam, mempertemukan dua kelompok yang bertikai dan menandatangani perjanjian damai. Miskinnya formula penyelesaian kasus kekerasan di negeri ini, ada sebuah kisah yang mungkin relevan. Namanya Samantha Smith, lahir pada tanggal 29 Juni 1972, di kota kecil Houlton, Maine, perbatasan antara Amerika Serikat dan Kanada. Tatkala berumur 10 tahun, hubungan antara AS dan Uni Soviet begitu tegang. Bahkan AS memboikot Olimpiade 1980 hanya karena diselenggarakan di Moskow. Presiden AS, Ronald Reagan menyebut Uni Soviet sebuah “kekaisaran jahat” yang nyata.
Melihat ketegangan yang luar bisa itu, Samantha Smith menulis surat kepada Sekjen Partai Komunis Uni Soviet, Yuri Vladimirovich Andropov. Ini isi suratnya;
Dеаr Mr Andropov,
Nama saya Samantha Smith. Umur saya sepuluh tahun. Selamat atas pekerjaan baru Anda. Saya khawatir mengenai Rusia dan Amerika Serikat yang akan masuk pada perang nuklir. Apakah Anda akan memilih untuk berperang atau tidak? Jika tidak tolong beritahu saya bagaimana Anda akan membantu untuk tidak berperang. Pertanyaan ini tidak perlu Anda jawab, tapi saya ingin tahu mengapa Anda ingin menaklukkan dunia atau setidaknya negara kita. Tuhan menciptakan dunia bagi kita untuk hidup bersama dalam damai dan tidak saling melawan.
Hormat kami,
Samantha Smith
Surat Samantha diumumkan dalam surat kabar Soviet Pravda. Samantha senang, namun ia tidak menerima balasan. Ia lalu mengirim surat kepada Duta Besar Uni Soviet untuk Amerika Serikat dan bertanya apakah Mr Andropov akan membalas suratnya. Pada tanggal 26 April 1983, ia menerima respon dari Andropov, dan juga, undangan untuk mengunjungi Soviet.
Samantha Smith diwawancarai oleh Ted Koppel dan Johnny Carson dan dengan laporan malam oleh jaringan besar Amerika. Pada tanggal 7 Juli 1983, ia terbang ke Moskow dengan orangtuanya, dan menghabiskan dua minggu sebagai tamu pribadi Andropov. Samantha Smith bahkan berbicara pada sebuah konferensi pers di Moskow, dan menyatakan bahwa Rusia adalah “sama seperti kita”. Di Artek, ia memilih untuk tinggal dengan anak-anak Soviet ketimbang mengambil akomodasi istimewa yang ditawarkan padanya.
Sayangnya, Andropov tidak bisa bertemu dengan Smith selama kunjungannya, meskipun demikian mereka berbicara melalui telepon. Smith juga menerima panggilan telepon dari kosmonot Rusia Valentina Tereshkova, wanita pertama di dunia yang terbang ke luar angkasa dengan menggunakan Vostok 6 pada tahun 1963. Media mengikuti setiap langkah Samantha. Foto dan artikel tentang dirinya diterbitkan oleh surat kabar dan majalah utama Soviet sepanjang perjalanan dan setelahnya. Samantha dikenal secara luas oleh warga negara Soviet dan dihormati.
Samantha kembali ke Amerika Serikat pada tanggal 22 Juli 1983, dirayakan oleh orang-orang dari Maine dengan mawar, karpet merah, dan limusin. Popularitasnya terus tumbuh di negeri asalnya. Pada bulan Desember 1983, dalam perannya sebagai "Duta Besar Amerika Termuda", ia diundang ke Jepang, ia bertemu dengan Perdana Menteri Yasuhiro Nakasone dan menghadiri Simposium Anak Internasional di Kobe. Dalam sambutannya pada simposium tersebut, ia menyarankan agar para pemimpin Amerika bertukar cucu dengan Uni Soviet selama dua minggu setiap tahun. Alasannya, seorang presiden "tidak ingin mengirim bom ke suatu negara dimana cucunya sedang berkunjung".
Luar biasa bijaknya anak sekecil itu Tuan! Lantas bagaimana dengan negeri kita? Hmm…hanya engkau yang tahu kawan! ***

2 komentar:

  1. Thanks banget, artikelnya sngt bgus.
    Sya sngt mengidolakan Samantha Smith

    BalasHapus
  2. Thanks banget, artikelnya sngt bgus.
    Sya sngt mengidolakan Samantha Smith

    BalasHapus