(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN VOKAL, 14 FEBRUARI 2011)
Perhatikanlah
Indonesia hari ini Tuan! Setiap sebentar terdengar kekacauan
horizontal, namun kekacauannya tidak sebentar. Antara geng dengan geng
berkelahi, satu suku dengan suku lain berperang, warga desa dengan desa
lain bertikai, dan satu keyakinan dengan keyakinan saling membunuh.
Banyak
sudah darah tercecer di republik ini. Tak terhitung pula nyawa
melayang. Entah berapa kali pula isak tangis kesedihan terdengar. Sudah
banyak tetesan air mata. Akan tetapi pelampiasan-pelampiasan hasrat
individu untuk merusak terus saja terjadi. Integrasi sosial di
tengah-tengah masyarakat retak. Warga makin terbelenggu dalam dimensi
fisik. Dimensi spiritual hilang dari proyek pembangunan manusia
Indonesia, sehingga menjadi dasar mengeksekusi niat untuk melukai fisik
orang lain dari waktu ke waktu.
Hmm…pemerintah menyelesaikan
semuanya dengan cara yang seragam, mempertemukan dua kelompok yang
bertikai dan menandatangani perjanjian damai. Miskinnya formula
penyelesaian kasus kekerasan di negeri ini, ada sebuah kisah yang
mungkin relevan. Namanya Samantha Smith, lahir pada tanggal 29 Juni
1972, di kota kecil Houlton, Maine, perbatasan antara Amerika Serikat
dan Kanada. Tatkala berumur 10 tahun, hubungan antara AS dan Uni Soviet
begitu tegang. Bahkan AS memboikot Olimpiade 1980 hanya karena
diselenggarakan di Moskow. Presiden AS, Ronald Reagan menyebut Uni
Soviet sebuah “kekaisaran jahat” yang nyata.
Melihat ketegangan yang luar bisa itu, Samantha Smith menulis surat kepada Sekjen Partai Komunis Uni Soviet, Yuri Vladimirovich Andropov. Ini isi suratnya;
Dеаr Mr Andropov,
Nama
saya Samantha Smith. Umur saya sepuluh tahun. Selamat atas pekerjaan
baru Anda. Saya khawatir mengenai Rusia dan Amerika Serikat yang akan
masuk pada perang nuklir. Apakah Anda akan memilih untuk berperang atau
tidak? Jika tidak tolong beritahu saya bagaimana Anda akan membantu
untuk tidak berperang. Pertanyaan ini tidak perlu Anda jawab, tapi saya
ingin tahu mengapa Anda ingin menaklukkan dunia atau setidaknya negara
kita. Tuhan menciptakan dunia bagi kita untuk hidup bersama dalam damai
dan tidak saling melawan.
Hormat kami,
Samantha Smith
Surat
Samantha diumumkan dalam surat kabar Soviet Pravda. Samantha senang,
namun ia tidak menerima balasan. Ia lalu mengirim surat kepada Duta
Besar Uni Soviet untuk Amerika Serikat dan bertanya apakah Mr Andropov
akan membalas suratnya. Pada tanggal 26 April 1983, ia menerima respon
dari Andropov, dan juga, undangan untuk mengunjungi Soviet.
Samantha
Smith diwawancarai oleh Ted Koppel dan Johnny Carson dan dengan laporan
malam oleh jaringan besar Amerika. Pada tanggal 7 Juli 1983, ia terbang
ke Moskow dengan orangtuanya, dan menghabiskan dua minggu sebagai tamu
pribadi Andropov. Samantha Smith bahkan berbicara pada sebuah konferensi
pers di Moskow, dan menyatakan bahwa Rusia adalah “sama seperti kita”.
Di Artek, ia memilih untuk tinggal dengan anak-anak Soviet ketimbang
mengambil akomodasi istimewa yang ditawarkan padanya.
Sayangnya,
Andropov tidak bisa bertemu dengan Smith selama kunjungannya, meskipun
demikian mereka berbicara melalui telepon. Smith juga menerima panggilan
telepon dari kosmonot Rusia Valentina Tereshkova, wanita pertama di
dunia yang terbang ke luar angkasa dengan menggunakan Vostok 6 pada
tahun 1963. Media mengikuti setiap langkah Samantha. Foto dan artikel
tentang dirinya diterbitkan oleh surat kabar dan majalah utama Soviet
sepanjang perjalanan dan setelahnya. Samantha dikenal secara luas oleh
warga negara Soviet dan dihormati.
Samantha kembali ke Amerika
Serikat pada tanggal 22 Juli 1983, dirayakan oleh orang-orang dari Maine
dengan mawar, karpet merah, dan limusin. Popularitasnya terus tumbuh di
negeri asalnya. Pada bulan Desember 1983, dalam perannya sebagai "Duta
Besar Amerika Termuda", ia diundang ke Jepang, ia bertemu dengan Perdana
Menteri Yasuhiro Nakasone dan menghadiri Simposium Anak Internasional
di Kobe. Dalam sambutannya pada simposium tersebut, ia menyarankan agar
para pemimpin Amerika bertukar cucu dengan Uni Soviet selama dua minggu
setiap tahun. Alasannya, seorang presiden "tidak ingin mengirim bom ke
suatu negara dimana cucunya sedang berkunjung".
Luar biasa bijaknya anak sekecil itu Tuan! Lantas bagaimana dengan negeri kita? Hmm…hanya engkau yang tahu kawan! ***
Thanks banget, artikelnya sngt bgus.
BalasHapusSya sngt mengidolakan Samantha Smith
Thanks banget, artikelnya sngt bgus.
BalasHapusSya sngt mengidolakan Samantha Smith