Selasa, 12 Juni 2012

Ketika Keledai Baca Buku

(TULISAN INI DIPUBLIKASI HARIAN VOKAL, 25 NOVEMBER 2010)
Ini pengalaman si Fulan. Suatu ketika Fulan bertamu ke seorang pejabat. Di atas meja sang petinggi, ada sejumlah koran. Media massa itu tersusun rapi. Di dinding terdapat pula lemari yang berisikan sejumlah buku. Kelihatannya baru dan jarang disentuh.
Hebat benar sang pejabat ini. Di ruangannya ada jendela dunia. Pasti luas wawasan
dan jamak pengetahuannya. Hmm…namun tatkala Fulan bertanya, lain soal lain pula yang dijawabnya alias tak nyambung. Yang sakit telingga, diobatinya perut. Ha…ha…ha rancak di lebuh saja pejabat ini. Pandai berdandan, tapi isinya kosong.
Pejabat itu seperti kisah raja Timur Lenk menghadiahi Nasrudin seekor keledai. Nasrudin menerimanya dengan senang hati. Tetapi Timur Lenk berkata, "Ajari keledai itu membaca. Dalam dua minggu, datanglah kembali ke mari, dan kita lihat hasilnya."
Nasrudin berlalu, dan dua minggu kemudian ia kembali ke istana. Tanpa banyak bicara, Timur Lenk menunjuk ke sebuah buku besar. Nasrudin menggiring keledainya ke buku itu, dan membuka sampulnya.
Si keledai menatap buku itu, dan tak lama mulai membalik halamannya dengan lidahnya. Terus menerus, dibaliknya setiap halaman sampai ke halaman akhir. Setelah itu si keledai menatap Nasrudin. "Demikianlah," kata Nasrudin, "Keledaiku sudah bisa membaca."
Timur Lenk mulai menginterogasi, "Bagaimana caramu mengajari dia membaca ?"
Nasrudin berkisah, "Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaran-lembaran besar mirip buku, dan aku sisipkan biji-biji gandum di dalamnya. Keledai itu harus belajar membalik-balik halam untuk bisa makan biji-biji gandum itu, sampai ia terlatih betul untuk membalik-balik halaman buku dengan benar."
"Tapi," tukas Timur Lenk tidak puas, "Bukankah ia tidak mengerti apa yang dibacanya ?"
Nasrudin menjawab, "Memang demikianlah cara keledai membaca: hanya membalik-balik halaman tanpa mengerti isinya. Kalau kita membuka-buka buku tanpa mengerti isinya, kita disebut setolol keledai, bukan ?"
Pengalaman tak sedap itu membuat Fulan jadi sedih. Sungguh mendalam kesedihan Fulan. Lantas bagaimana berharap banyak kepada mereka, mereka sendiri hanya sibuk mendandani penampilan tanpa tahu dia berkapasitas apa. He…he…he dunia! ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar