Rabu, 13 Juni 2012

Ketika Sepakbola jadi Agama

(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN VOKAL, 2 FEBRUARI 2011)
Sepakbola sudah menjadi menu pembicaraan orang Riau sekarang. Orang demam permainan lapangan hijau. Dimana-mana orang bicara bintang lapangan. Karena sering bicara, tersebutlah PSPS Pekanbaru dikenal sebagai tim yang jago kandang.
Stadion Kaharudin Nasution, Rumbai, Pekanbaru, seakan-akan menjadi neraka sepakbola bagi klub asal Pulau Jawa hingga Kalimatan. Tapi manakala bertanding di luar Riau, tim besutan Abdulrahman Gurning melempem. Grogi lebih besar dari percaya diri. Rasa canggung lebih besar dari semangat perjuangan. Mereka tak lagi bermental singa di lapangan.
Kenapa demikian Tuan? Atau jangan-jangan asupan spirit dari masyarakat tak cukup menumbuhkan mental pahlawan bagi mereka? Apakah masyarakat belum sepenuhnya mendoakan kajayaan PSPS Pekanbaru?
Membaca kata doa, ada sebuah ungkapan dan kisah. Ini ungkapannya; sepakbola adalah agama. Dan ini pula kisah pada pertengahan tahun lalu.  Seorang pendeta di Obdam, Amsterdam
, Belanda diberhentikan sementara karena mengartikan ungkapan itu secara harfiah. Seperti diberitakan kantor berita Reuters, Paul Vlaar, pendeta di salah satu gereja di Obdam mengadakan misa khusus untuk tim nasional Belanda. Tak main-main, saat memimpin misa, ia menggunakan jubah berwarna oranye, warna kaus timnas Belanda yang akan bertanding melawan Spanyol di Final Piala Dunia hari itu.
Ia juga menginstruksikan jemaatnya untuk datang mengenakan pakaian berwarna oranye. Alih-alih puji-pujian, para jemaat ia bimbing menyanyikan lagu-lagu sepakbola untuk menyemangati timnas di dalam gereja yang, lagi-lagi, didekorasi sewarna kostum tim Belanda.
Serta merta, Keuskupan Haarlem-Amsterdam menyatakan sikap atas tindakan Paul Vlaar ini. Dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan Jumat, 16 Juli 2010, keuskupan mengatakan bahwa "Vlaar gagal merefleksikan keadilan dan kesucian dari perayaan ekaristi."
Uskup Jozef Marianus Punt, pimpinan Keuskupan Haarlem-Amsterdam mengatakan bahwa menyusul ibadah yang diada-adakan ini, Vlaar akan diberhentikan sementara dari perannya sebagai pendeta. "Kami memberikan waktu perenungan bagi Paul Vlaar yang berlaku segera," ujar Jozef Marianus Punt.
Tapi ternyata dan barangkali Tuhan tidak mendengar doa Vlaar. Dunia mencatat, Belanda kalah 1-0 dari Spanyol dalam final pertandingan dimaksud.

Karena begitu mengguritanya sepakbola dalam ingatan banyak orang, pengamat Zionisme dari Kajian Zionisme Internasional (KAZI), Muhammad Pizaro sebagai dilansir republika.co.id, berpendapat keberadaan gerakan zionisme dalam sepakbola sudah berlangsung lama. Kehadiran zionisme dalam sepak bola adalah bagian dari pesatnya pertumbuhan industri sepakbola di abad ke-21. Seiring dengan kemajuan bisnis sepak bola, gerakan zionisme kian menancapkan kukunya dengan ragam cara.
Protokol zionisnme bertujuan melenakan umat melalui berbagai bidang, termasuk sepakbola. Tujuan zionisme itukan menghancurkan agama. Contoh Chelsea ketika dibeli oleh miliarder keturunan Yahudi asal Rusia, Roman Abramovich. Ia mengungkap, berdasarkan data majalah Forbes 2006, pada 13 Februari 2006 ia memiliki kekayaan bersih sebesar 18.2 miliar dolar AS dan menurut majalah Finance Rusia pada Januari 2007 kekayaannya mencapai 21 miliar dolar AS.
Ia dianggap sebagai orang terkaya yang tinggal di Inggris Raya pada tahun 2003. Segera setelah Abramovich mengendalikan Chelsea
Pizaro juga mengungkap usai mengambil alih Chelsea, Abramovich segera memasukan unsur Zionisme pada Chelsea. Hal pertama yang dilakukan adalah mengubah logo Chelsea
. Pada logo tersebut terdapat singa yang merupakan simbol utama dalam yudaisme, kepercayaan Yahudi. Menurut kepercayaan Yahudi, Singa merupakan cerminan keperkasaan dan kekuatan.
Tak hanya itu, setelah mengalami kekalahan beruntun yang membuat 'Special One' Jose Mounrinho tergusur, Abramovich justru menarik pelatih Avram Grant. Ia seorang pelatih sepak bola yang lahir di Petah Tikva, Israel
, 4 Mei 1955.
Sementara itu, Innovative Minds (Inminds) mencatat klub Inggris Arsenal telah menandatangani sponsorship untuk mempromosikan Israel sebagai daerah tujuan wisata. Dengan nilai  sebesar  350 ribu poundsterling (sekitar Rp 5,9 miliar).  Perjanjian bertajuk ‘tujuan perjalanan resmi dan eksklusif Israel Arsenal’ ini diteken oleh keduanya pada 26 Februari 2009 di Hotel David Intercontinental, Tel Aviv, Israel
Keberhasilan Israel menarik kerja sama dengan Arsenal ditengarai adanya koneksi Yahudi di dalamnya. Ia mencatat Uzi Gafni, salah seorang pejabat kementerian pariwisata Israel pernah menjelaskan mengapa Israel
memilih Arsenal dan bukan klub lain sebagai partner kerja sama untuk mempromosikan pariwisata negaranya.
Kala itu Israel lebih memilih Arsenal karena koneksi Yahudi yang kuat dalam tubuh klub ini. Wakil Presiden dan Direktur Utama David Dein, Kepala Pelaksana Keith Edelman; dan Direktur Keuangan Danny Fiszman berdarah Yahudi. “Aku membutuhkan orang yang memiliki pertalian dengan Yahudi. Mungkin Edelman tidak pergi ke sinagog (tempat ibadah orang Yahudi) setiap hari Jumat. Namun ia dan yahudi-yahudi lain di Arsenal adalah orang-orang yang sangat bersahabat dan selalu siap membantu Israel,” ungkapnya dengan mengutip Haaretz, sebuah surat kabar Israel yang pernah mewawancarai Uzi Gafni.
Tuan dan Puan! Jika Yahudi sudah campur tangan, semua akan terlena. Kadang kerjanya mereka seperti tikus menggigit jari manusia. Sebelum digigit, dihembus dulu. Begitu seterusnya kawan! ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar