Rabu, 13 Juni 2012

Tuan dari Keinginanku

(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN VOKAL. 17 JANUARI 2011)
Fulan sangat salut dengan penceramah yang satu ini. Sebagai pewaris nabi, sosok ini tahu betul dengan kebutuhan batin umat. Umat butuh garam, dia kasih garam. Hamba Tuhan butuh beras, dia kasih beras. Klop habis sang ulama ini.
Pada pengajian Jumat malam di Surau kehidupan, dia menggupas novel “Iblis Menggugat Tuhan” karya Da’ud Ibn Ibrahim Al-Shawni. Melek perkembangan sastra dan ilmu agama sang penceramah itu. Sang ulama mulai dengan kalimat filosofis sebagai kutipan dari percakapan iblis.
Kau bilang Adam berdosa gara-gara hasutanku? Kalau begitu, atas hasutan siapa aku melakukan dosa? Aku sebenarnya melakukan apa yang dia perintahkan, dan aku sepenuhnya patuh pada keinginan Allah. Mau bagaimana lagi? Tak ada ruang yang luput dari kuasanya. Aku bukanlah tuan bagi keinginanku sendiri.Aku menyembah Allah selama 700 ribu tahun!
Tak ada tempat tersisa di langit dan di Bumi dimana aku tak menyembah-Nya. Setiap hari aku berkata pada-Nya, Ya Allah, anak keturunan Adam menolak-Mu, namun Engkau tetap bermurah hati dan meninggikan mereka. Tapi aku, yang mencintai dan memuja-Mu dengna pemujaan yang benar, engkau buat menjadi hina dan buruk rupa.Lihatlah segala penderitaan dan kesengsaraan yang telah ditimpakan-Nya atas dunia ini. Lihatlah betapa monster itu melakukan semuanya hanya untuk menghibur diri! Jika ada yang terlihat murni, dibuat-Nya ternoda! Jika ada yang manis, Dia buat masam! Jika ada yang bernilai, dibuat-Nya jadi sampah! Dia tak lebih dari sekadar Badut dan Pesulap Murahan, Pembohong Gila! Dan Kegilaan-Nya masih terus membuatku lebih gila lagi!
Tuhan itu baik? Kalau ya kenapa ada kejahatan? Dari kekuatan mana kejahatan berasal? Dari kekuatan lain selain Tuhan? Setankah? Berarti setan punya kekuatan yang setara dengan Tuhan?  Bukankah iblis juga salah satu bentuk ciptaanya?
Tuhan memang segalanya termasuk membuat skenario cerita yang dahsyat. Dia memakai teknik bercerita yang kelak aku akan menirunya ketika aku membuat cerita. Ketika Tuhan menciptakan maanusia, Dia memerintahkan semua makhluk untuk bersujud ke ciptaan baruNYA. Namun secara diam-diam Tuhan membisikkan kata-kata lirih ke kuping iblis. "Mari kita berpura-pura bertengkar agar mereka yang membenciKU menampakkan dirinya melalui kau.".
Di hadapan malaikat Dia berkata, "Iblis telah Kukutuk". Malaikat-malaikat menggeleng dan menangis, seraya berkata, "Jika DIA sampai tega mengutuk iblis, malaikat terbaik diantara mereka, siapa lagi yang bisa aman dari kutukannya?"
Dan Tuhan mengumumkan pembangkangan Iblis kepada semua makhluknya. Kenapa Tuhan membuat skenario seperti itu? Karena Dia ingin benar-benar mencari kekasih-kekasihnya.
Olehnya ketahuilah wahai manusia, aku sebenarnya melakukan apa yang Tuhan perintahkan, dan aku sepenuhnya patuh pada keinginan Allah. Mau bagaimana lagi, tak ada ruang yang luput dari kuasa-Nya.
Aku bukanlah tuan dari keinginanku sendiri; jika kuturuti keinginanku, sudah pasti akan kujaga kedekatanku dengan-Nya dari melakukan kesalahan konyol semacam ini. Tak peduli berapa pun harganya. Istana-Nya penuh dengan para penjilat yang mencintai-Nya karena Takut. (Takut akan kemelaratan dunia dan takut akan kobaran Neraka, lalu mereka mencintai Tuhan-Nya demi untuk sebuah surga.), tidak lebih dari itu. Allah telah memberiku kuasa atas dunia demi menyingkap kuasa-Nya yang agung. Kekuasaanku tentu saja tersamar; karena semua adalah milik-Nya. Tetapi melalui aku, Dia meninggikan dan memuliakan diri-Nya. Dengan berperang melawanku, sekalian makhluk-Nya akan menjadi lebih tangguh dan terbukti keimanannya.
Jangan lagi menudingku sebagai sumber penderitaan manusia. Justru manusialah yang merupakan sumber malapetaka bagiku. Karena Adam-lah aku dikutuk. Karena dosa-dosanya, aku juga yang dibuang. Sementara tuduhanku kepadanya, semuanya nyata. Hanya karena tak rela sujud di atas debu untuk memuja anak debu Adam, aku dilaknat. Iblis mengaku sebenarnya dia hanya melakukan apa yang Tuhan perintahkan dan hanya patuh kepada perintah Tuhan.
Telingga anggota majelis tegak. Seakan-akan, makhluk Tuhan adalah boneka yang tak pantas disalahkan manakala melakukan sesuatu yang sumbang. Upss…, kata ulama, itu argumen iblis sebagai makhluk Tuhan dikutuk. Inti dari novel itu adalah keesaan, kemahakuasaan, dan keadilan Tuhan. Shawni meramu adikaryanya ini dengan gayanya yang amat unik dan khas. Novel ini merupakan usaha Shawni dalam menyelaraskan keimanannya dengan akalnya.
Esok paginya, anggota majelis berduyun-duyun ke toko buku. Mereka mencari novel yang hebat itu. Mungkin mereka menemukan kawasan sufi dalam lembaran buku. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar