(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN VOKAL. 17 JANUARI 2011)
Fulan
sangat salut dengan penceramah yang satu ini. Sebagai pewaris nabi,
sosok ini tahu betul dengan kebutuhan batin umat. Umat butuh garam, dia
kasih garam. Hamba Tuhan butuh beras, dia kasih beras. Klop habis sang
ulama ini.
Pada pengajian Jumat malam di Surau kehidupan, dia
menggupas novel “Iblis Menggugat Tuhan” karya Da’ud Ibn Ibrahim
Al-Shawni. Melek perkembangan sastra dan ilmu agama sang penceramah itu.
Sang ulama mulai dengan kalimat filosofis sebagai kutipan dari
percakapan iblis.
Kau bilang Adam berdosa gara-gara hasutanku?
Kalau begitu, atas hasutan siapa aku melakukan dosa? Aku sebenarnya
melakukan apa yang dia perintahkan, dan aku sepenuhnya patuh pada
keinginan Allah. Mau bagaimana lagi? Tak ada ruang yang luput dari
kuasanya. Aku bukanlah tuan bagi keinginanku sendiri.Aku menyembah Allah
selama 700 ribu tahun!
Tak ada tempat tersisa di langit dan di
Bumi dimana aku tak menyembah-Nya. Setiap hari aku berkata pada-Nya, Ya
Allah, anak keturunan Adam menolak-Mu, namun Engkau tetap bermurah hati
dan meninggikan mereka. Tapi aku, yang mencintai dan memuja-Mu dengna
pemujaan yang benar, engkau buat menjadi hina dan buruk rupa.Lihatlah
segala penderitaan dan kesengsaraan yang telah ditimpakan-Nya atas dunia
ini. Lihatlah betapa monster itu melakukan semuanya hanya untuk
menghibur diri! Jika ada yang terlihat murni, dibuat-Nya ternoda! Jika
ada yang manis, Dia buat masam! Jika ada yang bernilai, dibuat-Nya jadi
sampah! Dia tak lebih dari sekadar Badut dan Pesulap Murahan, Pembohong
Gila! Dan Kegilaan-Nya masih terus membuatku lebih gila lagi!
Tuhan
itu baik? Kalau ya kenapa ada kejahatan? Dari kekuatan mana kejahatan
berasal? Dari kekuatan lain selain Tuhan? Setankah? Berarti setan punya
kekuatan yang setara dengan Tuhan? Bukankah iblis juga salah satu
bentuk ciptaanya?
Tuhan memang segalanya termasuk membuat skenario
cerita yang dahsyat. Dia memakai teknik bercerita yang kelak aku akan
menirunya ketika aku membuat cerita. Ketika Tuhan menciptakan maanusia,
Dia memerintahkan semua makhluk untuk bersujud ke ciptaan baruNYA. Namun
secara diam-diam Tuhan membisikkan kata-kata lirih ke kuping iblis.
"Mari kita berpura-pura bertengkar agar mereka yang membenciKU
menampakkan dirinya melalui kau.".
Di hadapan malaikat Dia
berkata, "Iblis telah Kukutuk". Malaikat-malaikat menggeleng dan
menangis, seraya berkata, "Jika DIA sampai tega mengutuk iblis, malaikat
terbaik diantara mereka, siapa lagi yang bisa aman dari kutukannya?"
Dan
Tuhan mengumumkan pembangkangan Iblis kepada semua makhluknya. Kenapa
Tuhan membuat skenario seperti itu? Karena Dia ingin benar-benar mencari
kekasih-kekasihnya.
Olehnya ketahuilah wahai manusia, aku
sebenarnya melakukan apa yang Tuhan perintahkan, dan aku sepenuhnya
patuh pada keinginan Allah. Mau bagaimana lagi, tak ada ruang yang luput
dari kuasa-Nya.
Aku bukanlah tuan dari keinginanku sendiri; jika
kuturuti keinginanku, sudah pasti akan kujaga kedekatanku dengan-Nya
dari melakukan kesalahan konyol semacam ini. Tak peduli berapa pun
harganya. Istana-Nya penuh dengan para penjilat yang mencintai-Nya
karena Takut. (Takut akan kemelaratan dunia dan takut akan kobaran
Neraka, lalu mereka mencintai Tuhan-Nya demi untuk sebuah surga.), tidak
lebih dari itu. Allah telah memberiku kuasa atas dunia demi menyingkap
kuasa-Nya yang agung. Kekuasaanku tentu saja tersamar; karena semua
adalah milik-Nya. Tetapi melalui aku, Dia meninggikan dan memuliakan
diri-Nya. Dengan berperang melawanku, sekalian makhluk-Nya akan menjadi
lebih tangguh dan terbukti keimanannya.
Jangan lagi menudingku
sebagai sumber penderitaan manusia. Justru manusialah yang merupakan
sumber malapetaka bagiku. Karena Adam-lah aku dikutuk. Karena
dosa-dosanya, aku juga yang dibuang. Sementara tuduhanku kepadanya,
semuanya nyata. Hanya karena tak rela sujud di atas debu untuk memuja
anak debu Adam, aku dilaknat. Iblis mengaku sebenarnya dia hanya
melakukan apa yang Tuhan perintahkan dan hanya patuh kepada perintah
Tuhan.
Telingga anggota majelis tegak. Seakan-akan, makhluk Tuhan
adalah boneka yang tak pantas disalahkan manakala melakukan sesuatu yang
sumbang. Upss…, kata ulama, itu argumen iblis sebagai makhluk Tuhan
dikutuk. Inti dari novel itu adalah keesaan, kemahakuasaan, dan keadilan
Tuhan. Shawni meramu adikaryanya ini dengan gayanya yang amat unik dan
khas. Novel ini merupakan usaha Shawni dalam menyelaraskan keimanannya
dengan akalnya.
Esok paginya, anggota majelis berduyun-duyun ke
toko buku. Mereka mencari novel yang hebat itu. Mungkin mereka menemukan
kawasan sufi dalam lembaran buku. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar