Rabu, 13 Juni 2012

Obat Diet dari Sang Ulama

(DIPUBLIKASI DI HARIAN PAGI VOKAL)
Jika Tuan punya waktu senggang, berjalan-jalanlah keliling Kota Pekanbnaru. Tenggoklah setiap restoran atau tempat jualan makanan. Pasti ramai. Orang antre begitu panjang.
Sepertinya kultur perut sudah mewabah dalam kehidupan warga. Orang mementingkan makan dan mengutamakan isi sumatera tengah. Berbeda dengan toko buku dan pustaka, Tidak seramai di restoran. Kalau pun ada yang berkunjung ke pustaka, paling mereka mencari suasana kesejukan. Usai itu tidur.
Karena itu Tuan, tak heran kalau warga kota ini sudah banyak yang gemuk. Badannya melar. Tetangga Fulan juga begitu. Seakan-akan tubuhnya tidak mampu lagi menopang badan raksasanya itu. Setiap hari mereka mengeluhkan dan setiap sebentar pula mereka melakukan diet. Namun badan tak juga susut bobotnya.
He…he…he… Fulan jadi segan memberi resep diet yang mujarab untuk sang tetangga. Tapi tidak untuk pembaca. Ini resepnya kawan. Ini tentang sebuah peristiwa unik yang terjadi di zaman Khalifah Harun Al Rasyid. Saat itu beliau sedang bingung mengenai kondisi badannya yang kian gendut saja atau dalam istilah sekarang kita menyebutnya obesitas. Saat itu semua tabib dan ahli kesehatan telah dipanggil oleh sang Khalifah agar dapat menyembuhkan alias memberi obat supaya berat badannya dapat turun. Namun semua jampi dan saran yang dianjurkan oleh para ahli itu ternyata nihil belaka. Berat badan dan bentuk tubuh sang Khalifah tetap saja melar. Suatu hari di tengah-tengah rasa putus asanya, khalifah memanggil seorang ulama dan menceritakan masalahnya tersebut. Sang ulama itu mendengarkan dengan seksama penjelasan sang khalifah dan tak ada sepatah katapun yang meluncur dari lisannya. Hingga saat khalifah menuntaskan ceritanya, ulama itu hanya berucap satu kata saja. “Khalifah Ar Rasyid yang mulia, beberapa hari lagi anda akan mati!”
Demi mendengar ucapan sang ulama’ yang tidak mungkin berbohong itu, khalifah berhari-hari hanya termenung ketakutan karena mengetahui kabar bahwa usianya telah dekat untuk dikhatamkan oleh Izrail. Berhari-hari khalifah tidak begitu selera makan, minum dan beraktifitas seperti biasanya. Yang ada dalam tempurung benaknya hanyalah bagaimana dia akan menghadapi ajalnya sebentar lagi. Lambat laun waktu berganti dan tubuh khalifah terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Itu semua tidak lain karena disebabkan oleh ketakutan pikirannya akan kematiannya.
Setelah beberapa waktu lamanya, sang ulama itu menghampiri istana khalifah untuk melihat kondisi pemimpin rakyat itu. Demi mengetahui kedatangan sang ulama, khalifah merasa senang sekaligus bercampur takut. Senang karena dia dapat mengungkapkan segala ketakutannya dan cemas karena usianya kata ulama itu akan segera habis. Setelah mengucap salam dan dipersilahkan duduk oleh khalifah, ulama itu bertanya,”Bagaimana keadaan anda wahai Amirul Mukminin?”
“Ya seperti inilah keadaan saya wahai panutan umat. Setelah anda mengabari saya bahwa beberapa hari lagi saya akan mati, saya tidak enak makan, minum dan tidur. Yang ada dalam pikiran saya hanyalah kematian.”
“Jadi obat saya telah manjur, bukan?”
“Maksud Anda?”
“Iya. Dulu anda sering mengeluhkan berat badan dan bentuk tubuh anda yang berlebihan. Dan anda tidak pernah berhasil mencari solusinya. Dan sekarang apa yang anda idam-idamkan telah anda dapatkan, bukan?”
“Astaqfirullah!” Khalifah terkaget dan baru menyadari akan arah pembicaraan sang ulama.
“Jadi cara menurunkan berat badan Anda adalah dengan Anda memikirkan kematian. Karena tiada hal yang paling menakutkan anak Adam selain hal itu.”
Ingat pesan Rasulullah, “Perbanyaklah mengingat penghancur segala kenikmatan!” Apakah penghancur segala kenikmatan yang dimaksud sang nabi yang mulia itu. Jawabannya adalah kematian. Dengan mengingat kematian kita akan dapat menjalani hidup dengan lebih bertanggung jawab. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar