Rabu, 13 Juni 2012

Fulan Batal jadi Khatib Jumat

(TULISAN INI DIPUBLIKASI HARIAN PAGI VOKAL, 25 JUNI 2011)
Fulan sudah berencana jadi khatib Jumat di sebuah masjid. Layaknya seorang khatib, semuanya sudah disiapkan. Pakai baju bersih dan bagus pun sudah. Bercukur sedari pagi dan potong kuku sebelum matahari merangkak naik.
Bahan akan yang disampaikan pun sudah dikonsep. Sudah terbayang bagaimana dahsyatnya kalau tema yang dikupas dipaparkan di hadapan jamaah.
Coba bayangkan sama Tuan! Fulan mengangkat perkara kehidupan menuju neraka. Dalam suatu riwayat bahwa pada hari kiamat nanti ada suara yang menyeru: “Hadirkan Fir’aun ke mari. Tak lama kemudian Fir’aun datang. Topinya terbuat dari api neraka, pakaiannya baju gatharan atau tir, sedangkan tunggangannya seekor babi. Tiba-tiba ada seruan lagi: Mana orang-orang yang sombong dan takabur? Merekapun pada berdatangan, lantas berangkat ke neraka bersama-sama di bawah pimpinan Fir’aun.
Seruan kedua datang menyusul: Mana Qabil? Sekejap Qabil sudah dihadirkan. Setelah itu ada seruan untuk umum: Mana orang-orang yang pendengki? Berduyun-duyun mereka berdatangan. Mereka berkemas berangkat ke neraka bersama Qabil yang menjadi pemimpinnya.
Seruan ketiga tak kalah kerasnya: Mana Ka’ab bin Asyraf, pemuka ulama Yahudi? Ka’ab pun segera dihadirkan. Kemudian menyusul seruan berikutnya: Mana orang-orang yang menyembunyikan kebenaran dan ilmu? Setelah berkumpul, para malaikat menggiring mereka ke neraka, sedangkan Ka’ab berada di depan sebagai pemimpinnya.
Seruan keempat bertiup keras lagi: Mana Abu Jahal? Tak terlalu lama Abu Jahal sudah hadir. Seperti sebelumnya, segera disusul seruan berikutnya: Mana orang-orang yang mendustakan Allah dan Rasul-Nya? Mereka berjalan menuju neraka dipimpin oleh Abu Jahal.
Seruan kelima pun terdengar lagi: Mana Walid bin Mughirah? Walid datang, disusul kemudian seruan lagi: Mana orang-orang yang selalu mengejek kaum muslimin yang fakir? Walid menjadi pemuka mereka menuju neraka.
Seruan keenam berdengung kembali: Mana Ajda, seorang yang celaka akibat kegandrungannya pada perbuatan liwath yang menjadi tradisi kaum Nabi Luth? Ajda pun datang, menyusul seruan berikutnya: Mana orang-orang yang melakukan liwath? Merekapun diseret ke neraka oleh para malaikat, dan Ajda menjadi pemimpinnya.
Untuk ketujuh kalinya seruan itu berkumandang lagi: Mana Umru’ul Qais? Seperti sulapan, iapun didatangkan dalam waktu sekejap saja. Kemudian disusul seruan berikutnya: Mana orang orang yang ahli sastra dan syair yang berdusta? Segera mereka berkumpul, dan di bawah kepemimpinan Umru’ul Qais mereka berangkat menuju neraka.
Seruan kedelapan lagi-lagi berkumandang: Mana Musailamah Al-Kadzdzab? Diapun didatangkan, dan atas inisiatifnya sendiri ia memanggil orang-orang yang mendustakan Alquran. Mereka berangkat ke neraka bersama-sama.
Kini terdengar seruan yang terakhir: Mana Iblis terkutuk? Tak lama Iblispun sudah berada di depan. Seperti sudah mengerti maksud pemanggilannya, iapun berkata: “Wahai Hakim Yang Maha Adil, datangkanlah kepadaku tentaraku, para mu’adzinku, para pembacaku, mereka yang sejalan denganku, para menteriku, para ahli fiqihku, para penjagaku, para pedagangku, dan para pemukul genderangku, serta para penghalauku”!
Iblis terkutuk dan terusir ditanya, siapakah para sekutumu itu? Dengan jujur iapun berkata: “Tentaraku adalah mereka yang mempunyai sifat rakus, para mu’adzinku adalah orang-orang yang salah bacaannya, sedangkan para pembacaku adalah mereka yang berprofesi sebagai penyanyi. Adapun orang-orang yang sejalan denganku adalah mereka yang mengiris muka dan tangannya kemudian diberi nilai serta siapa saja yang ingin diperlakukan demikian.
Para ahli fiqihku adalah mereka yang mengejek orang-orang yang mengusahakan barang halal. Sedangkan para penjagaku adalah mereka yang mendatangi lemari arak dan yang tidak mau membayarkan zakatnya. Adapun para pedagangku adalah mereka yang memperdagangkan barbathah (barang dan bunga terlarang), para pemukul genderangku adalah pemain musik, sedangkan para penghalauku adalah mereka yang menanam pohon-pohon anggur untuk dijadikan minuman memabukkan.”
Kemudian keluarlah seekor ular yang panjang lehernya sejauh tujuh puluh tahun perjalanan. Ular itu mengumpulkan mereka semua, lalu menggiringnya ke neraka. Situasi pada saatnya benar-benar kacau. Semua orang panik memikirkan nasibnya sendiri. Tidak ada yang hirau pada nasib orang lain. Semua ingin membebaskan dirinya dari nasib buruk yang menimpanya, sementara tak seorangpun di antara mereka yang tidak mengakui kesalahannya.
Inilah kehidupan akhirat! Inilah masa menuju pengadilan maha Adil. Lantas dimana dan apa diri kita sekarang ini wahai cucu Adam!
Sedang asyik-asyik membaca bahan, berderinglah telepon Fulan! Rupanya dari pengurus masjid. Kata sang pengurus, bapak tak jadi khatib, karena asosiasi ulama setempat akan menurunkan anggotanya untuk jadi khatib dengan membawa pesan penguasa.
Hmm…Fulan hanya bisa tertawa. Beginilah ulama zaman sekarang. Ia dekat dengan lingkaran kekuasan dan jadi juru bicara sang penguasa. Sedikit-sedikit pesan penguasa, pesan penguasa tak sedikit. Lantaklah wahai pewaris nabi! ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar