Selasa, 12 Juni 2012

Kisah Makelar di Akhir Tahun

(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN VOKAL, 16 DESEMBER 2010)
Diceritakan oleh Al-Haistam bin Adi: "Di sudut pasar ternak di kota Kuffah, seorang lelaki buta menghampiri seorang makelar ternak."
"Tolong bantu carikan aku seekor keledai yang bertubuh tidak terlalu kecil, tetapi juga tidak terlau besar; yang berlari cepat di jalan sepi; yang bersabar jika kekurangan makan; yang mau berterima kasih jika makanannya berkecukupan; yang bersemangat jika aku naiki sendiri; dan yang tidur jika dinaiki orang lain," katanya.
"Sabar, kawan. Nanti jika Allah SWT telah mengubah muka seorang hakim menjadi keledai, insya Allah SWT, kamu akan mendapatkan keledai yang kamu inginkan itu," jawab makelar ternak.
Ini sepenggalan cerita soal makelar. Akhir tahun 2010, ini banyak yang mencari kehidupan dari kerja perantara itu mengeluh. Sungguh, kata mereka, tahun ini masa panca kelik.
Adalah lagi anekdot lain sebagaimana dirilis Tempoonline, seorang wanita tiba-tiba mengeluh bahwa ia akan segera diceraikan oleh suaminya. Seorang lelaki di sampingnya meloncat kaget, dan katanya, "Jangan. Masih ada saya. Serahkan urusan itu kepadaku, pasti perceraian bisa diurungkan. Saya berbakat untuk itu, asal komisi cocok." Lelaki itu bernama Adnan Khashoggi, yang kemudian memang dikenal sebagai orang yang punya suara empuk, dan yang mempunyai bakat menjadikan persoalan besar jadi gampang di mata orang lain. Dengan modal bakatnya itulah ia kini menjadi multijutawan Arab Saudi, dengan profesi broker atau pialang atau makelar yang sungguh piawai. Lelucon itu mencoba melukiskan bagaimana pialang itu begitu lincah menyikat kesempatan yang ada, dengan tetap mempertahankan harga yang "cocok". Tapi, akhir-akhir ini, salah seorang terkaya di dunia itu banyak disebut-sebut sedang menghadapi kebangkrutan. Pemilik beberapa kapal pesiar, pesawat jet, dan rumah mewah di banyak negara itu dikabarkan tak bisa membayar utang pada waktunya. Pasalnya, ia terlibat dalam skandal yang belakangan ramai jadi omongan: penjualan senjata Amerika Serikat ke Iran. Nasib pialang besar berusia 51 tahun itu tampaknya memang lagi buruk. Ia bukan saja kehilangan komisi beberapa puluh juta dolar, tapi malah modalnya sendiri amblas. Celakanya lagi, tersiarnya skandal penjualan senjata serta keterlibatan Khashoggi di dalamnya, rupanya, membuat orang-orang yang memberinya utang kehilangan kepercayaan - setidaknya untuk masa sekarang - kepadanya. Di Prancis, dua pesawat jet pribadinya, DC-9 dan DC-8, disita. Lalu 46.000 hektare tanah Khashoggi di Kenya, Afrika, pun diambil oleh perusahaan tambang Lonrho, yang empunya piutang. Sementara itu, Triad American Corp., anak perusahaannya di AS, masih punya utang US$ 100 juta dan, konon, anak perusahaan itu tinggal punya beberapa ratus dolar di kasnya. Tak cuma itu, 60 orang pembantunya di rumahnya yang bak istana di Marbella, Spanyol, mogok, minta kenaikan gaji. Kabar terakhir, pekan lalu, condominium Khashoggi di New York pun disita, atas permintaan perusahaan tambang Lonrho. Utang Khashoggi kepada Lonrho, pada 1985, US$ 4,7 juta, sedangkan harga condominium itu diperkirakan sekitar US$ 30 juta. Padahal, gaya hidup bapak enam anak (dari dua ibu) ini telanjur seolah melihat uang tanpa perhitungan: sehari ditaksir rata-rata ia harus mengeluarkan US$ 250.000. Contoh untuk penghamburan uang itu adalah pesta Natal akhir tahun lalu. Di tanahnya seluas 5.000 m2 di pantai Mediterania, Spanyol, ia menjamu 60 undangan. Vilanya diubah bak istana Moor. Tempat-tempat lilin dari emas diukir dengan hiasan daun warna putih dan sulur-suluran merah. Langit-langit ruang pesta setinggi 15 meter dilapisi perak dengan hiasan piringan emas. Sementara itu, tuan rumah, yang bergaya bagaikan tuan tanah di zaman raja-raja besar Eropa, mengenakan tuxedo dari kain satin abu-abu dan hitam, menyambut tamu-tamunya dengan ciuman di kedua pipi. Pelayan-pelayan mondar-mandir, dengan nampan perak berisi udang besar dan masakan burung dengan buah apel. Untuk anak-anak para undangan, tukang sulap kelas satu dipanggil, diminta mempertunjukkan keterampilan prima mereka. Umpamanya menciptakan burung-burung dara hidup. Dan sebuah kereta Cinderella siap membawa anak-anak berkeliling. Esoknya, sebuah "pesta" yang lain berlangsung di kamar tidurnya, yang seluruhnya saja berwarna putih: milyuner itu menghadiahi Lamia, istrinya sekarang, kalung permata hijau-merah seharga US$ 1,9 juta. "Oh, Baba," kata istrinya terkagum-kagum. Sementara Soraya, istrinya yang diceraikannya secara baik-baik tujuh tahun lalu, pun mendapat kalung merah yang, tentu saja, tak semahal yang pertama.
Itu semua bermula dari sekitar 30 tahun lalu, ketika Khashoggi muda masih kuliah di California, di kota kecil Chico. Waktu itu, sebagai anak muda, tentulah wajar bila ia ingin memiliki mobil pribadi. Lalu ayahnya, Muhammad Khashoggi, dokter pribadi Raja Abdul Aziz - Bapak Modernisasi Arab Saudi mengiriminya US$ 10.000. Tapi, entah mendapat ilham dari mana, mahasiswa Arab itu melihat uang tersebut bisa dilipatgandakannya. Sementara itu, sebuah mobil bisa dia tangguhkan. Jadilah Khashoggi pengusaha leasing kecil-kecilan untuk ukuran dia sekarang. Mula-mula dibelinya dua truk, dan disewakan kepada perusahaan konstruksi di Chico US$ 125 sebulan. Maka, di negeri asing itu, ia mahasiswa kaya dengan penghasilan US$ 350 sebulan (US$ 225 kiriman ayahnya ditambah, itu tadi, sewa dua truknya). Dengan pendapatannya itu, lalu Khashoggi merintis sebuah gaya hidup yang fantastis. Ia pindah ke hotel, dan seorang temannya, mahasiswi, dijadikan sekretarisnya. Anak muda Arab itu lalu memulai satu kehidupan yang elegan, gemerlap lampu-lampu pesta, gemerincingnya gelas-gelas anggur, gemerisiknya gaun-gaun linen, dan semerbaknya bunga-bunga. Hasilnya? Sungguh setara dengan biaya yang dibuang. Akhirnya banyak orang percaya bahwa anak muda pengusaha truk itu punya pengaruh besar di negerinya, Arab Saudi. Kepada majalah Time Khashoggi mengaku, gaya hidupnya itu hanyalah cara untuk mendapatkan kontak-kontak dengan orang-orang penting. Uangnya bukan dia buang tanpa perhitungan. Dengan cara itu ia ingin mendapatkan harga bila terjadi tawar-menawar. Dengan cara itu pula ia masuk dalam daftar undangan kalangan orang penting dan pengusaha. Sebaliknya, dalam beberapa tahun kemudian, kalangan tingkat atas pun ingin dimasukkan dalam daftar undangan Khashoggi. Dua puluhan tahun kemudian, mahasiswa yang tinggal di hotel dan kemudian tak pernah menyelesaikan kuliahnya itu, kata orang, memiliki dunia. Ia, suatu hari, bisa saja tergolek tidur di seprai bulu binatang seharga US$ 200.000 yang melapisi tempat tidurnya selebar 3 meter. Sementara itu, tukang pijatnya, pengurus pakaiannya, dan chiropractor-nya menunggu di ruang sebelah mereka ini memang selalu ikut ke mana "AK" (demikian ia disebut oleh orang-orang gajiannya) pergi. Dan kamar itu bukan lagi di hotel, tapi di sebuah DC-8 milik pribadi seharga US$ 31 juta. Pesawat itu pun masih diubah menurut seleranya, dengan tambahan ongkos US$ 9 juta. Di pesawat itu sudah tentu tersedia dapur komplet. Lalu, bukan cuma di cockpit tersedia map dan jam, tapi juga di kamar Khashoggi. Di ruang pemiliknya itu, juga ada sebuah pesawat televisi yang menyajikan pemandangan berwarna dari bumi, di bawah pesawat yang lagi melaju itu. Sedangkan atap pesawat dihiasi dengan peta elektronik angkasa luar. AK memang punya hobi astronomi. Satu demi satu bintang-bintang bermunculan dari latar gelap: Aquarius, Cancer, Gemini, dan kemudian Leo, bintang kelahiran Khashoggi. Bila Leo ini muncul, segera tampak pula potret sebuah wajah yang bulat, berkumis. Memang, itulah tampang AK. Gambar itu mati-hidup, mati-hidup, mirip lampu reklame. Sebuah desain interior pesawat yang futuristik.
Menarik untuk diamati adalah kisah Khashoggi selanjutnya. Mungkin dunia perdagangan senjata tak lagi menganggapnya penting. Dan bila benar usaha dia yang lain juga mengalami kemunduran, bagaimana milyuner itu mendukung gaya hidupnya yang fantastis. Bisakah mahapialang ini meninggalkan gemerlapnya pesta yang seolah kini telah menyatu dengan irama hidupnya? Ada sebuah kisah tentang Adnan, ketika masih 8 tahun. Ini diceritakan sendiri oleh pialang itu. Suatu senja ia melihat seorang pengemis tergolek tidur di tangga gerbang pagar rumahnya. Sebagai anak yang dididik dalam agama Islam, yang mengajarkan kemurahhatian, ia jatuh kasihan. Orang itu lalu dibawanya masuk ke rumah, diberinya makan. Tak cuma itu, ia pun mengatakan bahwa pengemis itu boleh tidur di dalam. Ketika ayahnya pulang di malam hari, Adnan menunggu pujian atas kemurahhatiannya. Tapi justru kata-kata sengit yang ia terima dari ayahnya. "Adnan, engkau telah merusakkan hidup orang itu," kata Muhammad Khashoggi, seperti ditirukan oleh anak sulungnya kini. Lalu ayah itu menjelaskan bahwa pengemis itu sudah lama bisa tidur di pinggir jalan atau di tempat-tempat tak layak lainnya. Bila kini ia merasakan enak dengan kemurahhatian Adnan, itu justru membuat daya tahan pengemis itu luntur. "la akan begitu tersiksa bila harus tidur di pinggir jalan lagi," kata ayah Khashoggi. "Itulah pelajaran pertama yang saya terima tentang realita hidup," kata Adnan.
He…he…he…inilah nasib makelar. Nasib yang bergantung pada kepercayaan orang lain. ***

1 komentar: