Rabu, 13 Juni 2012

Ketika Kekerasan Rampas Cinta

 (TULISAN INI DIPUBLIKASI HARIAN PAGI VOKAL, 20 APRIL 2011)
Rampok, pembunuh dan kematian. Kata-kata itu bergelayut di pikiran Fulan ketika membaca berita berita Guru SD ditembak di Pekanbaru. Nyawa manusia benar-benar dalam ancaman. Warga tak lagi hidup dengan rasa nyaman.
Yang menembak, bisa terbahak-bahak melihat korban tersungkur tak berdaya. Si korban merengang rasa sakit dan dendam yang luar biasa. Lantas, kenapa ini mesti terjadi Tuan!
Peristiwa ini akan melahirkan banyak kisah dan duka. Ini kehidupan. Satu orang punya sanak saudara dan teman, mungkin juga kekasih. Satu tetes air mata, menimbulkan tetesan air mata yang lain. Begitulah jika malapetaka mendera seseorang.
Di cina ada kisah yang sangat mengharukan. Mungkin bisa dibilang cinta sejati. Zhuang Huagui, umurnya 26 tahun, berencana menikah tanggal 4 Februari 2010, tapi tanggal 28 Januari 2010, calon istrinya Hu Zhao’e meninggal karena ditusuk perampok di rumahnya.
Petaka datang ketika rencana kebahagiaan sudah dirancang. Maut menjemput dengan ganas saat semuanya sudah disiapkan untuk bergembira ria.
Lalu bagaimana kisah selanjutnya? Pria itu memutuskan untuk tetap mengadakan upacara pernikahan, lalu dilanjutkan dengan upacara penguburan Hu Zhao’e, istrinya.

Rangkaian kegiatan yang tidak lazim itu, diabadikan kamera. Banyak mata menyaksikan Zhuang memegang erat tangan mendiang istrinya saat ikrar pernikahan diucapkan. Usai itu, mobil-mobil berbaris menghadiri upacara pernikahan sekaligus pemakaman Hu Zhao'e.
Setelah itu, Zhuang membersihkan peti mati kristal tempat istrinya terbaring. Dia memegang foto istrinya sambil menyambut orang-orang yang menghadiri upacara itu. Ia mengundang seluruh keluarga dari kedua pihak. Di hadapana mereka, pengantin baru terbujur kaku di dalam peti mati, ia mengenakan gaun pengantin yang sudah dipersiapkan sejak lama.
Lain kisah di cina, tak sama pula yang terjadi di Vietnam. Seorang pria bertahun-tanhun tinggal serumah dengan kerangka istrinya. Pria berusia 55 tahun ini menggali sendiri kuburan isterinya tahun 2004, lalu ia mengambil kerangka dan melapisi kerangka istrinya dengan campuran lempung untuk membentuk figur seorang wanita, lalu memakaikan baju mendiang istrinya, dan meletakannya di tempat tidur.
Isteri pria tersebut sudah meninggal tahun 2003, dan ia selalu tidur di samping isterinya, namun ia khawatir akan kesehatan dirinya jika hujan atau cuaca yang tidak bersahabat. Alih-alih, ia menggali terowongan di kubur isterinya agar bisa tidur di dalam terowongan di sampung kuburan isterinya.
Akhirnya, seorang anaknya menemukan pria tadi yang suka tidur di kuburan sang ibu. Bapak dan anak itu pun memutuskan untuk membawa kerangka ke rumah, pada tahun 2004.
Wahai Tuan! Ada orang mengatakan, cinta dan nafsu sering kali membingungkan kita. Cinta tahan uji, nafsu mudah luntur. Cinta menghargai, nafsu memanfaatkan.
Lalu apa namanya kisah yang terurai pasca petaka mendera kehidupan seseorang? Adakah itu pantas disebut sengasara membawa sengsara di atas sebuah peristiwa. Tapi yang jelas, kekerasan banyak sekali merampas kedudukan cinta. “Hmm…entah iya entah tidak,” kata Fulan yang lagi tak enak hati. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar