Rabu, 30 Mei 2012

Agama dan Maksiat Bergandengan Tangan

on Thursday, January 21, 2010 at 6:32pm ·

Di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) I Kota Pekanbaru dikabarkan ada sejoli mesum di kelas. Di sekolah agama itu katanya ada maksiat yang dilakoni anak didik lembaga itu sendiri. Dua insan pengumbar nafsu diberitakan diberhentikan secara tidak terhormat.
Aib sepertinya memang agak kerap di MAN I Kota Pekanbaru. Sekira tahun 2008, seorang siswa digiring dari penjara oleh jaksa. Ketika itu sedang dilaksanakan Ujian Akhir Nasional. Sesampai di sekolah, siswa itu bergabung dengan peserta lainnya. Tetapi jaksa, tetap mengawal anak didik tersebut. Apa kasus yang diperbuat anak itu? Publik tidak tahu. pihak sekolah dengan segenap jajaran, memakai jurus tutup mulut. Semua bersepakat menyimpan ‘bangkai’. Jurus yang sama juga diterapkan pada kejadian sejoli mesum. Namun yang namanya ‘bangkai’, baunya tak dapat dibendung. Itulah MAN I Kota Pekanbaru. Sebuah sekolah agama, yang terkesan pandai menyimpan tragedi moral.
Syahdan, ada juga kisah dari seorang kawan. Kawan itu dahulu menggeyam pendidikan MAN di sebuah provinsi tetangga. Simbolnya, lembaga pendidikan agama, ada peci dan berpakaian islami, namun di sana ada kegiatan dilarang Tuhan. Sang kawan ketika belajar ilmu hadist malah membawa minuman keras ke dalam kelas. Usai minuman, masih ada sisa. Dibuang sayang, maka diselamatkan melalui kantong celana dan tas. Tuturan Nabi Muhammad yang jadi aturan itu diurai sedemikian dalamnya oleh guru, sementara mulut murid bau aroma camput (merek minuman keras).
“Hebat bukan! Betapa munafiknya saya. Dimana nurani saya? Saya mempelajari hadist, namun saya bergelimang dengan sesuatu yang diharamkan. Di tangan saya ada buku hadist dan Alquran, di saku saya ada saya ada botol camput,” sesal kawan itu.
Itulah sekelumit kisah ada maksiat di sekolah agama. Pantaskah itu terjadi? Pantaslah, karena di sana juga cucu Adam. Sosok yang punya nafsu. Nafsu yang dikobarkan para penggoda yang tingkatan lebih tinggi dari penggoda orang awam. Berikutnya, pantaskah pihak sekolah menyembunyikan aib, yang kemudiannya melahirkan aib lagi? Entahlah Bujang!
Mereka berpenampilan agamis, sementara di lingkungan mereka ada borok.
Ada benarnya juga yang dikatakan cendekiawan Mesir, Muhammad Abduh. Di barat, ia melihat Islam tanpa kaum muslimin. Di timur, ia melihat kaum muslimin, tanpa Islam. Di sekolah agama, ada orang berpakaian islami, tanpa nilai islam itu sendiri. Di sekolah non agama, ada nilai-nilai Islam, tanpa orang berpakaian islami.
Agama sudah terlanjur masuk ke darah daging tanpa dihayati, semua
ritual dijalankan secara sangat seksama dan tepat dan runut menurut
aturan. Tapi hura-hura juga jalan. Ketika mati maunya masuk sorga. Maksiat jalan, agama jalan, ibadah juga jalan. Jadi berdosa pun dalam kekentalan agama.**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar