Rabu, 30 Mei 2012

PKS ‘Perkosa’ Budaya Melayu

on Monday, January 25, 2010 at 8:54pm ·

Seorang pemangku Lembaga Adat Melayu (LAM) Mandau, Fachruddin Syarief amat berang sama ulah kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Sang kader partai dakwah itu memakai simbol pakaian panglima Melayu untuk kepentingan politik.
Usai difoto, dijadikan baliho. Baliho disebar dimana-mana. Terlihatlah kader PKS itu begitu gagah dan seperti orang Melayu benar. Apalagi di baliho itu, ia tersenyum layaknya karakter orang ramah dan sopan. Kata Fachruddin, kader ini bukan orang Melayu. Dalam tubuhnya, tidak ada mengalir darah masyarakat yang terkenal suka berpantun tersebut. Lantas kenapa ia berani memakai symbol adat orang lain.
Kata pengurus PKS daerah setempat, malah niatnya untuk memuliakan adat Melayu. Karena itu kader yang dianggap sosok terbaik itu dihiasi dengan simbol adat orang lain. Kader ini akan maju sebagai bakal kandidat Bupati 2010-2015.
Pertanyaannya, kalau tidak ada hajatan pemilihan kepala daerah, apakah kader PKS itu mau memakai simbol budaya tersebut. Apakah ada keinginan dalam hati mereka untuk benar-benar menjadi bagian dari masyarakat adat tersebut. Atau jangan-jangan ini sifat pragmatis PKS. Mengambil untung dari budaya tertentu. Mengambil simpati dari dengan cara pura-pura bagian dari orang yang diincar. Lantas dimana identitas kader dakwah itu.
Apakah ia mempraktikan pituah, di kandang kambing membebek dan di kandang harimau mengaum, namun ia tetap menjadi dirinya sendiri. Kalau memang begitu, betapa pragmatisnya politik PKS ini.
Apakah tindakan kader PKS itu bisa dianggap ‘memperkosa’ budaya Melayu demi kenikmatan politik Pemilu Kada Bengkalis? Apakah PKS melepaskan nafsu mencari kekuasaan dengan cara mengambil manfaat dari milik kumpulan orang tertentu?
Entahlah! Tetapi menurut ilmuan, budaya kemudian tidak bisa menyangkal dirinya untuk menerima label ‘politik budaya’. Inilah zaman kembalinya politik (the return of politics) seperti yang dinyatakan oleh Slavoj Zizek. Inilah zaman ketika sastra (budaya) adalah politik dan politik adalah sastra (budaya).
Semestinya semua pihak sadar bahwa baliho PKS tersebut dipakai untuk apa, mengapa, dan sampai kapan. Ini merupakan sesuatu yang penting agar penghormatan yang dimaksud kader PKS itu pada adat Melayu bukan suatu penghormatan yang kosong karena keringnya pengetahuan tentang kebudayaan daerah tempatnya kakinya berpijak. **

Tidak ada komentar:

Posting Komentar