Rabu, 30 Mei 2012

Tabiat Kita pada Orang Miskin

on Tuesday, January 26, 2010 at 8:29pm ·
 
Banyak orang begitu arogan terhadap orang miskin, terlalu sombong dan menganggap remeh orang tidak beruntung secara materi. Mereka dipandang sebagai beban dan merusak prestise. Kalau kaum papa datang, pandangan dialihkan dengan sejamak sikap acuh.
Respon itu dirasakan orang miskin yang berunjuk rasa ke Kantor DPRD Riau. Mereka menamakan diri Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI) Kota Pekanbaru. Ketika itu mereka tak diacuhkan benar. Kalau pun ada disambut, hanya di tangga pintu masuk. Disambut alakadar saja. Dan itu dinilai paling pantas untuk orang yang berpakaian compang-camping.
Coba kalau yang berunjuk rasa itu, kalangan orang kaya, orang perusahaan, atau orang berpengaruh, semua berebut hendak menyambut. Tak pimpinan tak bawahan memberikan pelayanan paripurna. Ada udang di balik batu. Ada maunya di balik sikap pura-pura. Ada kemunafikan di hati. Ada ketidakjujuran dalam sikap.
Tapi itulah dunia yang silau dengan segala aksesoris harta dan kuasa. Mata menjadi hijau dibuatnya. Sedikit-sedikit berapa uang yang dipunya, berapa mobil dimiliki dan pakaian yang dipakai, yang akan jadi barometer sikap pada orang lain. Kalau pakaian lusuh dan tak mahal harganya, seiring itu pula luntur sikap baik.
Ada sebuah kisah dalam hadist Rasulullah yang diriwayatkan Thabrani dan Ibnu Hibban. Kalian akan berkumpul pada hari kiamat, lalu diseru oleh Allah, “Manakah orang-orang fakir-miskin dari umat ini?” Lalu mereka berdiri, kemudian ditanyai, “Apa amal kalian?” Mereka menjawab, “Wahai Tuhan kami, Engkau telah menguji kami, lalu kami bersabar menghadapinya, sedangkan Engkau memberikan harta dan kekuasaan kepada orang-orang selain kami.”
Allah SWT berfirman, “Kalian benar.” Maka mereka masuk ke surga lebih dulu daripada orang-orang lainnya, lalu perhitungan yang berat pun ditimpakan atas orang-orang kaya dan penguasa.”
Itu kabar baik dari langit. Di balik semua itu ada keyakinan, banyak orang terangkat kemuliannya karena ilmunya. Orang miskin menjadi disegani, dihormati, karena ilmu yang diraihnya. Orang desa yang senantiasa terpuruk menjadi diperhitungkan karena ilmu yang dikuasainya. Bahkan orang cacat, yang awalnya sering diremehkan, dijauhi atau justru dikasihani menjadi dihormati, disegani, bahkan ditakuti. Semuanya karena ilmu. Lantas bagaimana menaruh kalam pengetahuan di dada orang miskin? Kalau sudah berilmu mereka, mereka akan sabar. Karena asal muasal pengetahuan itu sendiri dari sabar.
Kalau mereka sudah berilmu dan sabar, mereka tak akan berunjuk rasa lagi. Karena ilmunya akan menyelamatkan ekonomi dan cara pandangnya. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar