Rabu, 30 Mei 2012

Ketika Pekanbaru jadi Kota Demo

on Wednesday, January 27, 2010 at 10:35pm ·
Sebentar-sebentar demo di Kota Pekanbaru, tapi demonya tak sebentar. Nyaris setiap minggu, ada saja yang berunjuk rasa. Kalau tidak ke DPRD Riau, pendemo menyampaikan aspirasi ke DPRD Kota Pekanbaru. Kalau tidak ke kantor Gubernur, ya mereka ke kantor Polda dan sejenisnya.
Karena banyaknya demo, Pekanbaru jadi kota unjuk rasa. Jika imej itu sudah melekat, alamat mati kepusingan Wakil Gubernur Riau, Mambang Mit memikirkannya. Sekarang saja Mambang Mit sudah pening. Kepalanya sakit melihat maraknya orang menyampaikan aspirasi dengan cara turun ke jalan. Apakah dialog tak lagi ampuh untuk menyelesaikan masalah? Itu yang berkutat dalam benak Mambang Mit.
Respon Mambang Mit justru dengan kacamata kecemasan. Mambang sebagai petinggi daerah tidak mau disalahkan, jika investor tak melirik Riau. Lantaran itulah pendemo harus dijadikan kambing hitam. Memang, teknik pengalihan perhatian menjadi keahlian khusus dari Mambang Mit.
Pemerintahannya sudah gembar-gembor mempromosikan Riau kepada investor. Tak hanya dalam negeri, luar negeri pun acap pula dilakukan. Yang berangkat keluar negeri pun tak satu orang, tapi nyaris satu kompi. Sebagai pemimpin, tentu Mambang tak ingin arang hangus, besi tak ngumpul. Demo hanyalah energi negatif bagi investor.
Menurut pengamat masalah sosial, Bernard Simamora, logika linier dari Mambang Mit mudah ditebak. Ibarat sinetron dengan produser Punjabi. Dengan masuknya investor akan menyerap lebih banyak tenaga kerja, serta pendapatan dari pajak terdongkrak. Diharapkan juga produk yang dihasilkan investor yang mabuk kepayang itu akan menjadi komoditas ekspor, sehingga mampu menghasilkan devisa. Semua itu bisa diklaim dengan sangat baik sebagai upaya menyejahterakan rakyat.
Lantas, apakah Mambang Mit pernah berpikir kenapa demo itu bermunculan? Apa motivasi orang turun ke jalan? Sekilas terlihat, wajah-wajah pendemo itu nyaris sama. Apakah mereka pribadi yang sama, yang mengkhususkan hidup untuk berdemo saja? Entahlah Pak Wagubri! Daripada pusing bergabung saja dengan pendemo itu. Hmmm…**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar