Rabu, 30 Mei 2012

Alamak! Ribuan Guru Berdusta

on Sunday, February 7, 2010 at 2:47pm ·

Ada 1.820 guru di Riau jadi pembunuh. Pembunuh kejujuran. Pendidik itu berbohong, berdusta dan kerjanya memalsukan karya ilmiah. Demi mengejar golongan IV B, mereka merasa tak berdosa menjiplak karya orang lain. Padahal mereka kebanyakan sarjana.
Tahukah Tuan dan Puan? Untuk apa mereka berani mengingkari nuraninya sendiri dan membohongi banyak orang? Tidak lain tidak bukan, pribadi sebagai guru sudah tercabik-cabik. Karena nilai moral sudah tak utuh lagi, mereka bunuh kejujuran. Sudahlah menghancurkan nilai diri, mereka mengeluarkan uang Rp 5 juta untuk membayar calo. Dari pengkhianatan itu, mereka hanya dapat hanya Rp 150 ribu per bulan sebagai kenaikan gaji dari kepalsuan.
Lantas apa yang bisa diharapkan dari dunia pendidikan yang gurunya banyak pendusta? Ketika mengajar, mereka bicara moral. Tidak boleh berdusta. Berbohong adalah sesuatu yang dilarang dan memalsukan karya ilmiah adalah sifat tak terpuji. Tatkala guru itu menyampaikan hal-hal luhur, wajahnya serius. Seakan-akan ia adalah utusan langit. Terpancar dari mimik, kalau mereka tak sekadar mengatakan, melainkan juga mengamalkan.
Upz…ternyata itu hanya tipu daya. Lain di mulut, lain pula praktiknya. Dunia sekolah yang seyogianya erat dengan moral, rupanya hanya hafalan belaka. Hafalan bagi guru dan untuk dihafal pula oleh anak didik.
Dalam kasat mata, betapa mulianya kerja seorang pendidik. Bila pagi datang, mereka bergegas ke sekolah. Manakala bertutur, kata-katanya menyejukkan hati. Mereka menyampaikan yang baik-baik dan sepertinya juga berperilaku tak jauh dari kebaikan. Mereka layak masuk surga. Tempat keabadian itu milik mereka kelak.
Karena pemalsuan karya ilmiah itu, sontak teringat pula kisah seorang gagah berani di medan perang. Suatu hari pertempuran telah berlaku di antara pihak Islam dengan pihak Musyrik. Kedua-dua belah pihak berjuang dengan hebat untuk mengalahkan antara satu sama lain. Tiba saat pertempuran itu diberhentikan seketika dan kedua-dua pihak pulang ke markas masing-masing. Nabi Muhammad SAW dan para sahabat membincangkan pertempuran itu.
Di kalangan sahabat, mencuatlah kekaguman pada seseorang. Namanya Qotzman. Ketika perang berkecamuk, dia kelihatan seperti seekor singa yang lapar membaham mangsanya. "Tidak seorang pun di antara kita yang dapat menandingi kehebatan Qotzman," kata seorang sahabat.
Mendengar perkataan itu, Rasulullah SAW pun menjawab, "Sebenarnya dia itu adalah golongan penduduk neraka." Para sahabat menjadi heran. Bagaimana seorang yang telah berjuang dengan begitu gagah menegakkan Islam boleh masuk dalam neraka. Satu sama lain saling berpandangan.
Lantas Rasulullah berkata, "Semasa Qotzman dan Aktsam keluar ke medan perang bersama-sama, Qotzman telah mengalami luka parah akibat ditikam pihak musuh. Badannya dipenuhi dengan darah. Dengan segera Qotzman meletakkan pedangnya ke atas tanah, manakala mata pedang sudah dihadapkan ke dadanya. Lalu dia terus membenamkan mata pedang itu ke dalam dadanya. Dia tidak tahan menanggung kesakitan akibat dari luka yang dialaminya. Akhirnya dia mati bukan karena berlawan dengan musuhnya, tetapi membunuh dirinya sendiri. Melihatkan keadaannya yang parah, ramai orang menyangka yang dia akan masuk suurga. Tetapi dia telah menunjukkan dirinya sebagai penduduk neraka."
Sesungguhnya seseorang benar-benar beramal dengan amalan penghuni surga, yang tampak bagi manusia, sementara dia termasuk penghuni neraka. Dan sungguh seseorang beramal dengan amalan penghuni neraka, yang tampak bagi manusia, sementara dia termasuk penghuni surga. **

Tidak ada komentar:

Posting Komentar