on Monday, February 8, 2010 at 5:43pm ·
Pemimpin di Riau terkadang seperti orang pelupa dan suka melupakan. Sudahlah begitu, suka pula menghancurkan peninggalan sejarah. Ini berlanjut terus menjadi karakter. Kejadian masa lampau yang kurang baik sering terulang di masa berikutnya. Parahnya, yang baik pun acap pula tidak teringat, bahkan dilupakan oleh pemimpin sesudahnya. Padahal orang bijak telah mengatakan, sejarah masa lalu adalah sumber kekuatan maha dahsyat kepemimpinan zaman sekarang dan akan datang.
Tapi apa mau disebut, sumur tua di Masjid Raya Pekanbaru telah ditimbun. Atas alasan pemugaran Rumah Tuhan, sumur yang disebut ajaib itu ditiadakan pemerintah setempat. Kini tinggal kenangan dan cerita belaka. Tak ada lagi bukti fisik soal perkara peninggalan
Sultan Siak ke-IV. Bekas pun sudah lenyap. Karena renovasi diartikan merombak total.
Jangan-jangan ini sebuah gerakan penghancuran memori masyarakat. Kata orang, untuk menghancurkan suatu bangsa/negara, hancurkan ingatan sejarah generasi muda. Kalau menilik faktanya, boleh jadi begitu kesimpulannya. Pemerintah adalah penjahat sejarah. Barang bukti sejarah dihancurkan demi kenikmatan onani otoritas.
Wahai Tuan dan Puan! Karena kita tak berdaya melawan kejahatan pemerintah terhadap peninggalan sejarah, ingatlah keajaiban sumur tua itu. Sebagai orang yang lemah power-nya, rekamlah segala catatannya. Ini sekelumit kisah sumur tua yang publikasikan detik.com beberapa waktu lalu. Sumur tua Masjid Raya Pekanbaru tidak pernah kering di saat musim kemarau.
Sejak kehadiran Masjid Raya yang dibangun abad ke-18 silam, sebuah sumur tua berada di sebelah sisi utara masjid. Sumur tua kondisinya sebelum dihancurkan ditembok tinggi. Sebagian sisi bangunan bangunan dirubuhkan karena masjid tersebut akan direnovasi. Kendati masjid ini akan diperluas, tapi kondisi sumur tua tetap pada posisinya.
Masjid tua ini dulunya di zaman kesultanan Siak tidak dipagar. Sumur ini sebagai tempat berwudhu jemaah masjid. Ada yang unik dalam sumur tua ini. Kontur tanah komplek Masjid Raya ini berbukit-bukit yang jaraknya sekitar 100 meter dari bibir sungai Siak.
Dengan tanah yang berbukit, sumur ini hanya memiliki kedalaman 6 meter dengan diameter sekitar 1 meter. Secara logika dengan kondisi stuktur tanah yang berbukit tidak memungkinkankan sumur itu bisa memiliki mata air.
Tapi rupanya Allah SWT memberikan keistimewaan tersendiri bagi sumur tua di kompleks Masjid Raya itu. Sejak dulu hingga kini, air di sumur tua tidak pernah kering walau saat musim kemarau. Airnya juga tidak payau walau tidak jauh dari komplek itu ada Sungai Siak yang terdalam di Indonesia.
Karena keunikannya ini pula, sebagian masyarakat di Riau maupun luar Riau menyakini air sumur itu bisa membawa berkah tersendiri. Masyarakat yakin dengan mandi atau meminum air sumur tua itu bisa menghilangkan segala bentuk penyakit.
Keyakinan itulah, sumur tua ini menjadi incaran warga. Dulu warga dari berbagai daerah selalu mandi di sumur tua itu. Malah warga di sekitar masjid juga memandikan anak-anak mereka di sumur tua itu. Namun karena sumur tua ini terus menerus menjadi incaran warga, lantas pengurus masjid memagarinya.
Sehingga air sumur tua itu sampai kini mengalir tempat wuduk di masjid tersebut. Walau saban hari airnya terus menerus disedot, tapi atas kebesaran Tuhan, sumur tua ini tidak pernah kering.
Keajaiban atas sumur tua ini, juga dapat dibuktikan warga sekitar. Misalnya saja, sisi utara komplek masjid berbatasan dengan sejumlah rumah toko (ruko). Ruko yang berjejer ini sudah bolak balik mencoba membuat sumur bor. Malah salah satu ruko pernah mengebor sumur sampai kedalaman lebih dari 150 m. Namun tidak satu tetes pun air terpancar di sumur bor itu. Padahal jarak ruko itu dengan sumur tua hanya beberapa meter saja. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar