Rabu, 30 Mei 2012

Bunuh Diri ala Anjing Mastiff Tibet

on Tuesday, February 9, 2010 at 6:07pm ·
(tulisan ini disebarluakan oleh Harian Vokal dan riauhariini.com)

Gantung diri menjadi kecendrungan untuk menutup usia. Bilamana ibu paruh baya di Dumai berdandan sebelum tewas, seorang remaja di Pekanbaru malah mengakhiri. riwayatnya dengan seutas tali di pohon nangka.
Ini bukan kabar baru. Sebelumnya banyak deretan kasus yang sama. Karena perkara asmara, anak muda mati minum racun tikus. Karena himpitan ekonomi, ibu rumah tangga menyudahi hidup dengan mencebur ke sumur. Benar-benar terjadi perampasan hak Tuhan.
Alih-alih bicara manusia bunuh diri, ternyata hewan juga melakukan hal yang sama. Dari sebuah literatur, ada kisah seekor anjing bunuh diri di Cina. Seekor anjing mastiff Tibet bunuh diri dengan cara menggigit lidahnya sendiri. Cerita nestapa bermula dari kelakuan si anjing yang berkelahi sama anjing tetangga si majikan. Si majikan marah, terus si anjing itu dipukul. Pukulan itu dimaksud sekadar pelajaran di depan anjing-anjing sejenis lainnya yang dipelihara majikan.
Berselang satu malam, tiba-tiba si anjing ditemukan sudah mati. Anjing itu mengigit lidahnya sendiri. Darah mengalir begitu banyak dan akhirnya tewas.
Pan, sang majikan merasa sangat menyesal. Temannya yang telah memelihara anjing mastiff Tibet selama 20 tahun dan memberitahunya bahwa hewan tersebut adalah rajanya semua anjing dan memiliki rasa kebanggaan diri yang sangat kuat.
Jika anjing mastiff dipukul di hadapan anjing lain, hewan itu merasa malu dan akan bunuh diri untuk mempertahankan martabatnya.
Lain cerita dan lain pula jenis hewannya. 28 Agustus 2009, entah apa yang terjadi, namun sepertinya para sapi di pegunungan Alpen, Swiss, telah melakukan bunuh diri massal dengan cara melompat dari tebing tinggi dekat sebuah desa kecil di pegunungan itu. Hanya dalam tempo 3 hari, 28 ekor sapi ditemukan mati setelah terjun bebas dari ketinggian beberapa ratus meter ke bebatuan di bawah tebing.
Umumnya sapi-sapi yang tumbuh di pegunungan dapat memperkirakan bahaya dan tidak begitu saja jatuh dari tebing.
Menurut penduduk lokal, dalam beberapa hari terakhir memang ada badai petir yang dashyat di wilayah itu. Mungkin badai petir itu membuat hewan-hewan tersebut ketakutan. Sapi-sapi yang berkeliaran di dataran tinggi Alpen bukanlah sebuah pemandangan yang aneh. Para petani membiarkan mereka lepas di dataran hijau diatas desa mereka.
Sapi-sapi itu memang kadang jatuh dari tebing Alpen, namun sangat jarang ditemukan sekelompok sapi jatuh bersamaan dalam waktu dekat di tempat yang sama. Lagipula kebanyakan ilmuwan tidak percaya bahwa hewan mampu melakukan bunuh diri.
Itulah cerita bunuh diri dua jenis makhluk Tuhan. Lantas apakah manusia Indonesia bunuh diri karena harga diri layaknya ninja Jepang yang kalah dalam pertarungan? Atau jangan-jangan mereka gantung diri karena merasa terjajah martabatnya karena kebijakan pemerintah yang tidak berpihak? Yang miskin bertambah miskin dan yang merana kian nelangsa. Entahlah Bujang!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar